12/31/2012

2013

Tahun baru pada kemana? Pada nonton tetangga masang petasan doang ya? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA saya juga sih HEHE

Yaa karena memang nggak ada rencana kegiatan apapun untuk merayakan malam pergantian tahun, kali ini saya sendiri menghibur diri dengan membuat pesta kecil-kecilan dengan cara makan sebungkus keripik kentang sambil nonton tv. Memang nasib keluarga nggak pengen pergi kemana-mana dan memang tidak punya pacar jadi semuanya serba di rumah. Mungkin cerita malam tahun baru saya hampir mirip sama kalian-kalian, cuma saya ditemenin temen saya yang sebut aja Leha. Kita kenalan kira-kira 4 hari yang lalu dan kecelakaan. Entah kenapa saat saya pertama kali ketemu dia, Leha mengingatkan saya pada teman saya yang satu ini

Neng Sindy Dewi Rosmiati, 1996-sekarang

Mmh.. Sebenarnya nggak terlalu mirip sih (dan nggak pake behel) cuma kelakuan dari si Leha mengingatkan saya sama teman saya yang fotonya dipajang di atas dan karena teman saya pernah main peran di teater yang sangat menggambarkan fisik Leha

Aslinya nggak berkerudung, rambutnya dibikin cepol khas Betawi

'Kecelakaan' yang saya maksud disini adalah..
(Suasana kamar tidur dengan penerangan dari cahaya televisi)
Awalnya saya lagi main twitter, tiba-tiba di timeline saya muncul tweet seperti ini


Sebenarnya saya nggak terlalu suka sama acara tv yang ada unsur horor-nya, tapi karena ini suatu pengecualian akhirnya saya langsung beralih ke channel tv lokal yang punya program yang dimaksud. Saya tunggu kira-kira setengah jam sampai acara mulai. Ah, memang keberuntungan saya, teh Risa muncul paling awal jadi saya bisa langsung matiin tv dan tidur dengan tenang setelah dia udah nggak muncul lagi di tv. Jujur saya emang dasarnya penakut tapi karena penulis dan musisi favorit saya lagi ada di tv, saya nggak mau ketinggalan berita tentang dia. Alhasil selama nonton Risa di tv, yang ada malah merekam sedikit informasi dari tv karena berkali-kali harus tutup mata

Lagi enak-enak nonton tv, tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri. Perasaan kebelet pipis pun muncul, tapi itu bukan karena vesica urinaria saya yang nggak kuat nahan urine (baca: kencing). Hal ini akan kalian alami bila ada jurig yang lagi berseliweran di sekitar kalian

Ah, terkutuk kau program tv horor, terimakasih telah mendatangkan jurig ke rumah saya

Duduklah perempuan berumur sekitar 25 tahun di samping saya. Berani nengok ke samping? Nggak mungkin lah-_-
*kemudian dia megang tangan saya*
"F*ck....."
Oke karena sudah ketauan kalau saya tau dia ada di samping saya akhirnya dia (yang setelah itu mulai saya panggil Leha) mulai menghujani saya pertanyaan-pertanyaan nggak penting. Saya cuma pura-pura main hape sambil sesekali menanggapi ocehannya sampai akhirnya dia bosen nyerocos. Fix, nggak bisa tidur lagi malam ini..

....

Jadi intinya malam tahun baru saya ditemani Leha yang merengek minta ditemenin nonton kembang api diluar. Saya yang udah mager alias malas gerak memuntahkan alasan-alasan yang nggak masuk akal buat nggak keluar rumah, dan alasan terbodoh yang pertama keluar dari mulut saya adalah: "Saya nggak tau tempat nonton kembang api yang bagus dimana". Leha memang licik pintar, dia berjanji untuk mencarikan tempat yang bagus untuk melihat kembang api berdua. Sebenarnya sih bukan berjanji tapi.. memaksa. Walau di luar gerimis dan gelap tapi kaki ini nggak pernah berhenti buat jalan ke tempat yang Leha maksud. Maaf, kalau saya yang mengendalikan sih tentu saja saya sudah lari balik lagi ke rumah (kalian pikir sajalah sendiri cara Leha memanipulasi saya untuk jalan-jalan). Pertama saya lagi flu dan kedua orang-orang komplek mulai melototin saya yang jalan-jalan sendirian keliling komplek di tengah malam. Berasa jablay, serius

Sudah sampai di tempat yang Leha maksud (lapangan bola yang penuh orang-orang main kembang api) akhirnya saya anteng berdiri ngeliatin kembang api bareng Leha. Kalo dari jauh, kita berdua mirip anak tk, lari-larian sambil tepuk tangan kayak teletubbies. Saya sendiri sering ketawa karena tingkah Leha yang random, tingkahnya sangat mirip teman saya yang di atas.  Setelah 2013 resmi datang saya langsung ngibrit ke rumah. Kebayang nggak sih tengah malam jalan-jalan di komplek yang separuh warganya udah ninggalin tempat tinggal mereka yang otomatis bikin komplek sepi dan gelap? Kunti is in the air, kunti is everywhere~

By the way, saya nggak bisa ngebayang kalo temen saya tau tentang si Leha

Yaah itu cerita saya yang dikerjain sama si Leha. Karena efek kehujanan semalem, flu saya tambah parah. Happy New Year 2013, may happiness will always be with you! *tiup terompet*

12/22/2012

Riwayat Seorang Ibu


Untuk ibuku, dan untuk semua ibu yang ada di dunia ini. Selamat hari ibu sedunia, kalian adalah wanita terhebat yang pernah ada
...
Aku yakin kau menyembunyikan rasa sayangmu dibalik kebencian yang selalu kauperlihatkan padaku. Ketahuilah anakku, aku menyayangimu lebih dari apapun, dan aku tak membutuhkan apapun agar kau menyadarinya

Aku ingat saat aku merasakan tendangan kecil dari perutku, kau menggeliat kesana kemari dan bisa kurasakannya dengan jelas, sangat jelas. Dulu kau anak yang hiperaktif, selalu saja menyulitkanku tidur. Namun, semua itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak akan pernah tergantikan. Walau aku belum dapat melihatmu dan menggenggammu dengan tanganku, namun aku dapat melihat dan merasakan keberadaanmu lewat mata hati ini

Aku juga ingat disaat kau menghirup udara bebas dunia ini untuk pertama kalinya. Rasa sakit yang menerjang saat aku berusaha untuk mengeluarkanmu hilang akibat suara tangisanmu. Jeritanmu yang lantang membuatku lega sekaligus haru, tak ada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan disaat aku melihatmu untuk pertama kalinya. Wajahmu mirip sekali dengan wajahku, sejak hari itu aku berjanji agar melindungimu dari segala marabahaya yang akan mendatangimu

Perkembanganmu sangat cepat, anakku. Bahkan aku sendiri tak pernah sadar bahwa kau bisa tumbuh sebesar ini. Waktu memang cepat berlalu dan aku semakin menua. Aku senang saat aku mendengar kata pertama yang keluar dari mulutmu, aku senang saat aku melihat dirimu berusaha berjalan walau berulang kali kau terjatuh, aku senang segala sesuatu tentangmu, anakku
Saat kau mengenakan seragam untuk pertama kalinya jantungku berdebar kencang, tak kuasa menahan tangis haru bahwa kau sudah menginjak bangku sekolah. Mungkin memang sudah saatnya aku melepasmu untuk belajar hal-hal yang baru, mengeksplorasi segala sesuatu tentang dunia ini

Hatiku hancur saat aku melihat luka lebam di pelipis kirimu. Kau terlihat begitu trauma setelah kejadian yang membuatku syok. Dasar anak-anak berandal, selamanya aku tak akan pernah memaafkan mereka yang telah berbuat keji padamu. Sempat aku ingin menarikmu dari sekolah, namun ayahmu meyakinkanku bahwa kau akan baik-baik saja. Aku menuruti kata-katanya, walau batinku merasa tidak enak. Benar firasatku, semakin hari kau semakin pendiam dan aku mulai mencium hal yang tidak beres di sekolahmu. Lagi-lagi mereka mengusikmu dan bertindak kasar padamu. Lega rasanya saat anak-anak berandal itu dikeluarkan dari sana, tidak ada yang akan mengganggumu lagi anakku. Kau akan selalu aman dalam pelukanku

Di usia remaja ini kau semakin sering marah, emosimu sering meledak tak terkendali. Aku tahu kau marah besar padaku. Aku selalu saja melarangmu untuk berbuat ini itu, tidak membebaskanmu untuk menjelajahi dunia ini. Dengarkanlah anakku, aku takut bila hal buruk menimpamu, aku tak ingin kehilanganmu, itu saja.Kau adalah hartaku satu-satunya, kumohon mengertilah anakku.. Aku tak pernah menyangka bila kau akan tumbuh besar sebagai seorang yang pemarah. Aku takut, sangat takut. Banyak hal di luar sana yang bisa membahayakanmu, banyak hal di luar sana yang dapat mempengaruhimu, aku hanya takut bila aku tak bisa memelukmu lagi

Suatu malam saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku tak melihat keberadaanmu di rumah. Aku khawatir, bahkan rasa khawatirku mungkin dapat membunuhku saat itu juga. Tanpa kabar kau pergi dan tanpa kabar pula kau pulang. Ayahmu berulang kali mencoba untuk menghubungimu, namun hasilnya nihil. Saat aku mendengar ketukan pintu dari luar aku langsung berlari, berharap bahwa yang datang adalah dirimu. Benar, kau pulang dengan keadaan lemah, lalu kau terjatuh dalam pelukanku. Apa yang terjadi? Aku tidak melihat sosok anakku yang kukenal, yang kulihat hanyalah manusia yang kacau di hadapanku. Namun tetap saja, kau adalah anakku dan aku tetap akan menyayangimu. Ayahmu terlihat sangat murka, wajahnya merah padam dan emosinya meledak hebat. Kau hanya dapat terdiam, membungkam diri dari hujan pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahmu. Aku merekam segalanya, tak sanggup berkata-kata dan berkomentar tentangmu. Tetes air mata mulai membasahi tanah, hatiku hancur, tubuh ini lemas tak dapat berbuat apa-apa. Apa yang telah terjadi, anakku?

Sekarang kau tidak lagi berseragam sekolah, yang aku lihat adalah anak manusia yang telah dewasa. Aku mulai melihat perkembanganmu akan ketertarikan lawan jenis. Berulang kali aku melihat wajahmu berseri-seri sehabis menelpon temanmu yang tak kukenal, berulang kali juga aku melihatmu menangis akibat bentakkan dari temanmu yang kudengar telah menjalin hubungan denganmu. Kuatlah anakku, cinta tak seburuk itu

Baru pertama kali kau membawa teman sepermainanmu ke rumah, mengenalkannya padaku dan ayahmu. Dari raut wajahmu aku dapat melihat kau sangat bersemangat, yakin bila ia adalah orang terpilih untuk menjadi pendamping hidupmu. Aku bahagia karena telah melihat kebahagiaan yang melanda anak semata wayangku, namun hati kecilku berteriak kencang karena takut kehilanganmu, takut bila kekasihmu membawamu pergi dan tak akan pernah mengizinkanmu bertemu dengan wanita tua yang sudah mengasuhmu puluhan tahun lamanya

Hari itu tiba, kau menikahi kekasihmu yang waktu itu kau kenalkan padaku. Rasa haru bercampur bahagia mewarnai hatiku. Maafkan aku yang hanya dapat menyumbangkan sedikit uang untuk membiayai pesta pernikahanmu. Kerja kerasmu terbayarkan sudah, kini hari yang kau nanti-nantikan datang, hari itu milikmu sayangku. Selamat menempuh hidup baru bersama kekasihmu..

Rumah terasa sepi tanpa gelak tawamu, aku dan ayahmu hanya bisa mengurus satu sama lain dan mengenang masa-masa dimana aku masih menimangmu. Rasa rindu membuat hatiku sedih, aku sangat rindu padamu, anakku. Kembalilah pulang, kembalilah pulang...

Tubuh ini semakin kecil dan semakin lemah. Tak terhitung berapa usiaku saat ini, helai demi helai rambutku memutih. Bisa kulihat wajah jelek dalam cermin saat aku berdiri di depannya karena kerutan dimana-mana. Aku memutuskan untuk berbaring, tidur dalam jangka waktu yang lama.. Lama sekali hingga mata ini tak dapat lagi terbuka. Kulihat wajahmu basah akibat air mata yang tak terbendung, melihatku yang tak lagi bernafas. Maafkan aku bila ibumu tak pernah mengasuhmu dengan baik, selamanya aku mengutuk diriku atas perbuatan-perbuatan yang telah menyakiti hatimu. Kuharap kau bahagia selamanya dengan kekasihmu, ibu akan tetap mengawasi dan menjagamu dari atas sini. Jika kau merindukanku pejamkanlah mata dan rasakan keberadaanku dengan mata hatimu, karena hanya itu yang dapat menghubungkan kita kembali, sama seperti saat dimana kau masih ada di dalam perutuku. Aku pulang, anakku. Aku harap kita dapat bertemu kembali di suatu tempat dimana kita tak akan pernah berpisah dan saling berpelukan, menjaga satu sama lain. Jangan sedih, karena aku tak suka melihatmu berlinang air mata. Lihatlah aku yang tertidur di awang ketenangan, jagalah dirimu baik-baik.. Aku mencintaimu lebih dari apapun, selamanya

Cerita Kuno


Rasanya bukan saya bila tak pernah terbangun pada tengah malam
Ah, ini akibat permainan Slender yang begitu adiktif (padahal pada kenyataannya saya tak akan pernah berani untuk memainkannya lagi— bohong, saya terus saja mencicipi seri-seri game indie Slender yang baru)
Jadi... mau cerita apa ya?
Sebenarnya bukan kebetulan saya terbangun dari tidur saya. Walau pada siang harinya saya tidak tertidur namun mata ini rasanya tak inigin terpejam, selalu saja ada bayang-bayang yang menghantui saya. Saat saya menulis ini saya sedang berada di kamar, sendirian. Mmmh, sebenarnya tidak sepenuhnya sendirian sih...
Maksud saya kan ada bantal, guling, ipod saya dan earphone-nya sudah mulai ada cacat dimana-mana... (seharusnya bagian ini tidak perlu dibahas)
Kalian tahu kan Gerakan 30 September yang konon katanya menewaskan banyak jendral dan petinggi militer lainnya? Saya akan berbagi sedikit pengalaman yang katanya pernah terjadi pada keluarga saya dulu sekali sebelum saya terlahir
Kisahnya berawal dari naiknya pangkat ayah dari ayah saya yang saat itu menduduki posisi letnan (keluarga saya memang dikenal sebagai keluarga tentara yang kaku dan menjunjung tinggi kedisiplinan, hingga saat ini saya masih dapat merasakan tradisi militer yang digunakan untuk mendidik anak-anak) dan pengaplikasian ideologi Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Keluarga ayah saya menganut aliran Nasionalis, sangat berbeda dengan keluarga sepupu ayah saya yang beraliran komunis. Kedua keluarga ini sering bertengkar, setiap bertemu satu-sama lain selalu saja ada masalah yang timbul akibat perbedaan ideologi. Nampaknya, ideologi baru yang ditetapkan negara tidak berlaku pada mereka. Komunis yang dikenal kejam dan akan meraih segala sesuatu dengan cara apapun mulai menyebar dan bergerak ke seluruh pelosok Indonesia, melancarkan misi-misi mereka untuk mengkomuniskan Indonesia. Melihat keadaan ini, kakek saya mulai bergerak membangun pertahanan keluarganya, setiap anak buahnya ditugaskan untuk menjaga anak-anaknya tak terkecuali ibu dari ayah saya. Keadaan menjadi lebih mencekam saat satu per satu petinggi militer mulai meninggal secara mengenaskan, yang konon katanya dalangnya adalah para anggota-anggota partai komunis. Keluarga ayah saya tidak ambil langkah dalam hal ini, mereka hanya bisa terdiam mengurung diri dan melindungi satu sama lain dari serangan-serangan komunis. Berbagai cara nyaris menghilangkan satu per satu nyawa anggota keluarga ayah saya, mulai dari cara halus sampai cara kasar. Keadaan memuncak saat rumah ayah saya (yang dulu ayah saya masih berumur satu tahun, berada di kawasan Kebayoran Lama) didatangi oleh orang-orang tak dikenal, termasuk sepupu ayah saya yang menganut aliran komunis di dalamnya. Mereka masuk dengan kasar, mencaci dan mengeluarkan kata-kata kotor dan nama kakek saya. Keluarga ayah saya hanya bisa mengunci diri dalam sebuah ruangan (saat itu berfungsi sebagai perpustakaan) sedangkan kakek saya menghadapi orang-orang tak dikenal tersebut dengan beberapa kerabatnya. Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara tembakan dari bawah, kemudian semua menjadi hening. Paman saya sempat menguping pembicaraan yang terdengar jelas walau mereka berada di lantai dua, kira-kira yang diceritakan kepada saya seperti ini
“Ini yang terjadi bila kalian menentang kami, Kus! Tak ada yang dapat menghentikan kami dan saudara-saudara kami, bahkan Tuhan sekalipun! Kami tak terkalahkan dan kalian hanya serangga-serangga kecil yang dengan mudah dapat kami binasakan. Menyerahlah, Kus! Cepat atau lambat pun kami akan menemukan keluargamu—dalam keadaan hidup ataupun mati”
Setelah percakapan itu selesai semua menjadi hening, bahkan isakan yang keluar dari saudara-saudari paman saya mulai mereda. Beberapa menit kemudian terdengar kembali suara tembakan dari luar, diikuti dengan erangan seorang laki-laki yang terdengar sangat lantang. Semua yang ada dalam ruangan itu terdiam dan hanya bisa menunggu kedatangan seseorang yang membawa kabar baik maupun buruk—segala sesuatu sangat menentukan nasib dari nyawa mereka
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dari luar. Pamanku yang baru berusia 13 tahun memberi isyarat untuk tetap tenang dan biarkan dia yang mengatasinya—setidaknya itu yang ia ceritakan padaku. Sembari menggenggam linggis di tangannya, ia membuka pintu dengan hati-hati. Ibunya berdiri tepat di belakangnya dengan sebuah tongkat kayu panjang yang biasa digunakan sebagai alat bantu jalan. Belum sempat mereka mengayunkan senjata masing-masing, ternyata yang berdiri di ambang pintu adalah ayah mereka, tanpa luka maupun lebam pada tubuhnya. Suara erangan yang tadi mereka dengar masih terdengar, walau volumenya kian mengecil. Rumah dipenuhi oleh laki-laki berseragam militer, lengkap dengan persenjataannya. Darah berceceran di mana-mana, menodai sebagian dari permukaan lantai satu. Meski terlambat, ibu dari ayahku mengingatkan untuk tidak menghiraukan kejadian yang telah meninmpa mereka barusan
“Untung saja kakekmu masih diberi kesempatan hidup oleh-Nya, dia memang laki-laki beruntung” ujar pamanku
“Lalu, apa yang terjadi pada orang-orang komunis itu?” tanyaku dengan antusias
“Tidak ada yang tahu. Ada yang bilang mereka semua dipenjara, ada yang bilang mereka semua sekarang mendekam dalam rumah sakit jiwa. Namun sepupuku, dia masih ada dan masih sering mengunjungi kami dengan damai. Tetap saja, mungkin akibat trauma yang melanda, kami jarang bahkan mungkin tidak pernah mempercayainya lagi. Ia mengunjungi kita hanya setahun sekali, dan itupun saat hari raya idul fitri”
Saya selalu suka dengan cerita-cerita yang keluarga saya alami saat saya belum terlahir di dunia, mereka sangat menarik minat saya dalam hal berimajinasi. Bagaimana jika saya ada diantara mereka? Bagaiman jika kakek saya ternyata mati dalam kejadian itu? Semua pemikiran itu muncul dalam benak ini yang saat itu saya masih berumur 10 tahun. Seiring berjalannya waktu, entah kenapa saya merasakan perbedaan yang kentara walau tembok pemisah di antara mereka sudah diruntuhkan. Seperti benih, seakan dendam keluarga saya sengaja ditanamkan pada saya sejak saya masih kecil. Setiap keluarga sepupu ayah saya yang beraliran komunis datang berkunjung, keluarga saya seakan tidak ingin merangkul mereka lagi walau dalam keadaan susah sekalipun. Jangankan merangkul, untuk membuka tangan mereka saja sepertinya tak pernah. Saya yang menyadarinya berusaha untuk menghapuskan perbedaan itu dengan sangat hati-hati, mungkin karena cerita yang dulu mempengaruhi saya dan sepupu saya yang lainnya. Walau partai komunis sudah tidak ada, namun sempat saya melihat bendera mereka dikibarkan di pusat kota, bahkan mereka segan dengan bangga mengibarkan bendera mereka di depan istana negara saat mengadakan konvoi besar-besaran yang mengatasnamakan rakyat kecil. Saya juga mulai mencium gerak-gerik mereka walau sangat tenang dan sulit terbaca oleh militer, dan pengaruh yang diberikan pun juga sangat besar pada negara ini
Keluarga saya tak pernah ingin mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan G30S PKI, nenek saya sangat mengagumi anak dari Jendral Nasution yang telah menjadi korban pembantaian massal, dan saya sendiri dapat melihat sikap mereka yang sangat membenci komunis. Entahlah, saya rasa saya juga membenci mereka, mungkin karena didikan keluargaku? Saya tak pernah tahu, yang jelas bila ada temanku yang mengajakku pergi ke Monumen Pancasila, saya akan menolaknya mentah-mentah dengan alasan “Tempat itu horor, aku tak ingin melihat hantu tanpa kepala atau hantu yang merengek-rengek kesakitan penuh bercak darah pada pakaiannya”
Ahahaha, saya hanya bercanda, saya mau saja pergi ke tempat itu asal ada yang mau menemani kemanapun saya pergi, hehe. Saya menyukai sejarah dan tempat-tempat bersejarah walau sering bulu kuduk ini berdiri sesaat saya berdiri di dalamnya. Saya ini penakut sekali ya?

12/18/2012

Angsa Rapuh

Jika ditanya soal cita-cita saat umur kita enam atau tujuh tahun maka aku akan dengan mudah menjawab pertanyaan mereka. Namun cita-cita bukan hanya sekedar kalimat belaka, di umurku yang sekarang cita-cita merupakan hal yang mahal dan tidak semua orang dapat meraihnya. Masih ada realita yang harus dihadapi, dan terkadang sering menghalangiku untuk menggapainya. Kenyataan adalah mimpi namun mimpi bukanlah kenyataan

Presiden Sukarno berkata "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit", lalu bila sudah tegantung di atas sana apakah kita masih mampu untuk mendapatkannya kembali atau malah tergantung di atas selamanya?

Luka yang terlalu mendalam dapat membuat seseorang mengubah perilakunya seratus delapanpuluh derajat, pemikiran-pemikiran yang berlebihan menciptakan keraguan yang sia-sia. Ibuku bilang "Hadapilah realita yang ada" namun jika realita yang kulihat adalah tekad yang kuat akan membawa orang ke tempat yang tinggi akankah angan masih menjadi angan?

Selama ini aku hanya dapat menari di dalam kamarku sendirian. Hanya tembok dan cermin-cermin kaca yang menjadi saksi bisu kerja kerasku. Segala emosi dan ekspresi tumpah dalam ruangan ini. Tak bisa kubayangkan berapa tetes air mata yang telah membasahi lantai tempat kuperpijak. Kabut elegi dan awan mendung jadi temanku, ketika di luar sana hanya garis-garis keceriaan yang kutampakkan

Nada minor mengalun, mengalir melalui gerakan-gerakan seorang balerina. Waktu terus mengejar untuk mengakhiri semua. Jika bapak dan ibu mengizinkanku untuk menjalani apa yang kuinginkan pasti alur tak akan begini jalannya. Leherku tidak terlalu panjang untuk mendongak ke atas, mataku terlalu rabun untuk melihat ke depan, yang ada di depanku hanya tembok yang menjulang tinggi. Semakin gugenggam harapan semakin cepat mereka menghilang

Angsa memang anggun, namun ia juga rapuh

Menari dalam malam, luka dan lebam warnai tubuh. Tangis terbendung tekad, emosi terhalang senyuman, dan mimpi bukanlah angan belaka. Namun, apakah mimpi masih nyata?

-Balerina

12/16/2012

Hujan Jangan Marah

Ini cuma sekedar wacana sih, sekedar wacana

Saya suka bingung sama orang-orang di sekitar saya. Kadang mereka begitu menginginkan kematian yang katanya damai dan terhindar dari segala masalah. Padahal, kalau saya baca di Al Quran setelah meninggal malah masih harus berurusan dengan-Nya? Justru menurut saya itu masalah, toh kan kita nggak pernah tahu dosa dan pahala kita seberapa, kalau dosa kita lebih banyak gimana? Saya sih paling takut berurusan sama Yang Di Atas

Di sekolah juga saya dicap sebagai manusia terbijak, padahal muka kayak gini dimana bijaknya? Ah yasudahlah saya gak mau basa-basi, langsung saja pada pokok pembahasan
                                                 ---------------------------
       Rintik hujan menggenangi lapangan, gemuruh petir menggema dalam telinga. Aku hampir tidak bisa tidur saat itu, padahal mataku sudah setengah tertutup. Kantuk yang menjeratku begitu menyiksa, terlebih didukung oleh udara dingin dari luar dan kelas yang membosankan. Kala itu jam pelajaran matematika
       Perlahan-lahan kelopak mataku turun dan menutup mata ini, membuatku melayang dalam dunia mimpi. Mimpi yang kualami sangat aneh, mengingat banyak pecahan kaca dimana-mana dimana-mana dan kobaran api yang ganas membakar habis segalanya. Seorang wanita terkulai lemah di lantai.  Rambutnya terurai panjang, wajahnya begitu cantik, ia nampak sedang kebingungan dengan mata yang setengah terbuka. Namun, setelah diperhatikan ada yang salah dengannya. Dari pelipisnya mengalir darah, menodai lengan kausnya yang panjang, lebam dimana-mana. Kemudian alur berubah menjadi mundur, wanita itu kini tidak mengucurkan darah dan bersih dari lebam. Terlihat ia sedang berjalan dengan anak kecil. Wajahnya sangat familiar dengan ingatanku. Mereka terlihat bahagia berdua, namun tiba-tiba segala sesuatu berubah. Sekumpulan laki-laki masuk dalam bangunan itu membawa senjata-senjata tajam. Salah satunya membawa alat peledak kemudian melempari seluruh sudut bangunan dengannya. Semua orang berteriak lalu kemudian wanita dan anak kecil itu terpisah satu sama lain. Rupanya, wanita itu adalah ibu dari anak kecil tersebut. Ia memanggil-manggil nama ibunya namun semua terlambat, api menghanguskan semuanya termasuk anak kecil itu
       Terdengar suara-suara yang memanggil namaku, aku kemudian terbangun dan dikejutkan oleh wajah angkuh guruku yang sedang berdiri persis di sampingku. Sambil bersungut-sungut aku kembali bangun dari tidurku dan berusaha untuk konsentrasi dalam pelajaran. Di satu sisi aku kesal karena guruku yang membangunkan tidurku (walau aku tahu aku salah namun mebangunkanku dari tidur adalah hal yang tidak bisa ditolerir) namun di satu sisi aku lega karena akhrinya mimpi aneh itu berakhir. Aku memutar otak mengapa aku samapai bisa bermimpi seperti itu, mungkin hanya halusinasiku? Entahlah, yang jelas aku mengenal wajah anak kecil itu

12/15/2012

Noda Dalam Kanvas (Part 2)


       Aku pergi ke Jerman tanpa pamit pada Nuri, membawa ibuku dan adik perempuanku kesana, mencoba peruntungan untuk mencari nafkah di negri orang
       Sesaat aku hendak melangkah untuk mengejar pesawat yang akan kami tumpangi, suara langkah kaki yang kukenal terdengar dari belakang. “Nabil..”
       Suara yang sangat kukenal terdengar sangat parau. Aku menoleh ke belakang, berat rasanya kepala ini saat aku melakukannya. Ia menatapku dengan tatapan penuh kecewa. Air matanya mengalir deras, tubuhnya berdiri lemas seperti tak dapat menahan beban namun ia tetap berkutat untuk menemuiku


Nabil: Nuri maafkan aku—“
Nuri: Tak perlu Nabil, aku tahu segalanya dari Diah. Dia menceritakanku segalanya. Pergilah jika itu memang kewajibanmu, tapi berjanjilah untuk kembali..
Nabil: Nuri maafkan aku, aku tahu aku egois sekali, aku berjanji aku akan kembali untukmu. Bersabarlah, Nuri dan tunggulah aku..
Nuri: Jangan terlalu lama, Bil.. Aku sayang kamu..
     
       Kami berpelukan sangat lama hingga berkali-kali adikku mengingatkanku bahwa pesawat sebentar lagi akan berangkat. Lengan bajuku basah akibat tangisan Nuri dan aku tak pernah merasa bersalah seperti ini. Aku mengecup kening Nuri tanda perpisahan, lama sekali
       “Jangan coba-coba untuk menjadi menyebalkan di sana, nanti kamu nggak punya temen, Bil hahahahaha”. Ia tertawa kaku, senyumnya terpaksa untuk membuatku ikhlas akan perpisahan ini
       “Enak saja, harusnya aku yang bilang kayak gitu ke kamu!”
       Kami berdua tertawa lalu berpisah. Ia tersenyum tipis padaku di saat terakhir aku melihatnya pada hari itu
--------------------------
      Hampir delapan tahun lamanya aku di Jerman, dan aku pulang ke tanah air setelah perpisahanku dengan Nuri waktu itu. Aku malu pulang dengan anak yang kutimang beserta istri yang kurangkul sekarang. Tak sedikitpun wajah Nuri terbayang saat aku di Jerman, dan kini aku merasa sangat bersalah, seperti segala macam beban di dunia ini bertumpu pada pundakku. Namun istriku kemudian mengetahui tentang hal ini memaksaku untuk berterus terang kepada Nuri dan berkunjung ke rumahnya. Istriku seorang wanita Jawa yang berkuliah di sana setelah mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Sebagai wanita sudah pasti ia tahu betul bagaimana perasaannya bila ia berada di posisi Nuri sekarang. Sepanjang perjalanan aku terus memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat kenangan kami berdua semasa berpacaran dulu
-------------------------
      Kulangkahkan kakiku dengan berat memasuki pekarangan rumah Nuri. Rumahnya tampak sepi seperti tak berpenghuni. Tak lagi berjejeran tanaman-tanaman yang ibunya pelihara, hanya ada belukar yang tak tertata dan tumbuh dengan liar. Saat kuketukkan pintu rumahnya leherku seperti terganjal sesuatu, seperti ada sesuatu yang menggumpal dalam tenggorokanku. Aku berharap Nuri lah yang akan membukakan pintu itu untukku, namun ibunya yang keluar. Aku menyapa ramah padanya, lalu kami berpelukan. Saat aku bertanya bagaimana keadaan Nuri ia hanya membisu, tertunduk lemas dan memandang lantai rumah dengan tatapan kosong. Ia menunjuk kamar Nuri lalu memberi isyarat kalau aku boleh masuk melihat keadaannya. Ia kemudian pergi ke belakang dan aku masuk menuju kamarnya
     Aku tidak siap untuk melihat reaksi Nuri..
     Aku terlalu takut, sangat amat takut..
     Kugenggam kenop pintu dengan erat lalu membuka pintu dengan perlahan. Aroma khas rumah sakit tercium menusuk hidungku, bau obat-obatan membuat kepalaku pusing. Aku menyipitkan mata untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi kepada Nuri dan saat itu juga...
---------------------
Jakarta, 12 Juli 2010
Nuri, jika kau sudah membaca surat ini aku akan merasa sangat bahagia. Terakhir kali aku mendatangimu kulihat kau sedang tidur maka dari itu aku tak ingin mengganggumu jadi kuputuskan untuk pulang. Ya, aku kembali
Kumohon jangan marah selepas membaca surat ini, tunggu aku menjelaskan segalanya, oke? Ingat, rupamu jelek saat kau marah Nuri!
Kau tahu tidak? Mungkin jika kau ikut denganku kau akan menyukai tempat yang kutinggali. Berlin memang sepadat Jakarta namun udaranya bersih sekali. Orang-orang di sana juga ramah, aku yakin kau akan menyukai Nyonya Margot. Dia tetanggaku, dia senang membuatkan kue untukku. Kue buatannya enak sekali
Di Jerman juga aku menemukan perempuan yang sangat cantik dan anggun, yang sampai sekarang menemaniku suka maupun duka. Karena dia hariku lebih berwarna, karena dia tak pernah sekalipun aku merasa kesepian, ditambah lagi malaikat kecil yang datang dalam kehidupan kami berdua
Ia mirip sekali denganmu Nuri, kalian memiliki banyak persamaan. Rasanya, rinduku padamu terisi olehnya. Namanya Tari, Lestari lebih tepatnya
Tolong jangan kau marah dulu Nuri...
Nuri aku tahu aku salah, aku tahu aku tidak menunggumu, namun aku kembali Nuri, aku kembali. Saat aku melihat keadaanmu terbujur lemas di atas ranjang hatiku hancur. Kau tetap menungguku walau dalam kondisi kritis sekalipun. Aku tak tega mendengar cerita ibumu yang setiap hari mengharapkanmu membuka mata hanya untuk sekali saja. Ia sangat mengharapkan tawamu kembali, sama halnya sepertiku. Aku rindu padamu Nuri, sungguh
Nuri, kenapa kamu harus sakit? Semoga kamu benar-benar sudah pulih kembali saat surat ini kau baca
Jangan tanyakan soal keadaan ibuku, ia sudah sehat bugar. Bahkan untuk koprol saja sepertinya ia mampu kok! Hahahahahaha
Maaf aku hanya bisa menitipkan surat pada ibumu, aku sangat sibuk sekali. Aku harus mengurus pekerjaanku yang tertunda, sekarang aku tulang punggung bagi keluarga ibuku maupun keluarga kecilku. Nabil sayang Nuri, muah! Hahahahaha!
------------------------
       Aku tak pernah mendengar kabar tentang Nuri lagi setelah dua tahun lamanya. Kuputuskan untuk berkunjung ke rumahnya kembali namun tak ada siapa-siapa. Rumah itu kosong tak berpenghuni. Nuri, kemana dirimu? Aku tahu aku telah tidak bertanggung jawab, aku tahu aku sudah menginkari janjiku untuk meminangmu. Aku merindukan celotehan-celotehanmu, aku merindukan gelak tawamu. Kumohon jangan pergi dulu Nuri, aku ingin bertemu denganmu, dimanapun kau berada....

Noda Dalam Kanvas (Part 1)


Dia menunggu...

Tangannya menyusut, tulang pipinya menonjol keluar dan tulang rahangnya terlihat sangat jelas, rambutnya berkurang menjadi sangat sedikit hingga aku dapat melihat kulit kepalanya. Matanya terpejam, terlihat sangat cekung dan kehitaman. Kini ia hanya tulang berbalut kulit. Aku tak mungkin meninggalkannya dengan keadaan seperti ini...
----------
Malam itu udara sangat dingin. Lampu jalanan menyinari hanya seperempat badan jalan. Cahaya senter tak mampu menjangkau jarak yang cukup jauh. Berulang kali aku menyipitkan mataku agar tak menginjak binatang-binatang yang memang suka seenaknya berkeliaran. Nuri terus saja menggenggam tanganku, menyenderkan kepalanya di pundakku. Beberapa kali aku melihat ia memejamkan matanya. Bibirnya bergetar sehingga nampak ia sedang berdoa. Aku hanya dapat merangkulnya yang sedang menahan dingin, saling menghangatkan diri dari udara malam Tanah Parahyangan
“Kita sampai, kau boleh membuka matamu”
Nuri perlahan-lahan membuka matanya, badannya kembali berdiri tegak dan otot wajahnya tidak lagi sekaku tadi. Ia menyipitkan kembali matanya, lalu mengerucutkan bibirnya. “Ini tempat apa ya?”
Ia melepaskan genggamannya, melangkah pelan untuk melihat sekitar. Saat ia berbalik badan, alisnya menyatu, memasang ekspresi keheranan yang paling aneh. “Gelap banget—“
“Coba lihat ke atas” ucapku
Kepalanya mengadah ke atas, lalu saat ia menyadari apa yang telah terjadi pipinya memerah, senyumnya melebar kemudian ia berteriak histeris seakan ia baru sekali melihat pemandangan yang ia lihat kali ini. Tak henti-hentinya ia memuji-Nya, tak henti-hentinya ia melompat kegirangan. “Di Jakarta nggak ada nih!”. Ia kemudian dengan semangat mengambil gambar dengan kameranya pada hamparan bintang-bintang di langit yang kebetulan pada saat itu waktu menunjukkan pukul 4 dini hari
Aku dan Nuri sudah tiga tahun bersama lamanya. Kami satu universitas namun beda jurusan. Ia mengambil jurusan sastra inggris. Nuri sangat ambisius atas apa yang dia suka, ia bertekad untuk memenuhi cita-citanya, menjadi dosen. Aku seorang kriminolog muda. Usiaku dengan Nuri terpaut hanya satu tahun lebih tua. Sudah saatnya aku menyelami pekerjaan yang layak. Aku bukan mahasiswa lagi. Pekerjaan di Jerman sangatlah menggiurkan, banyak perusahaan yang menginginkanku duduk di balik meja kantor mereka. Namun Nuri adalah alasanku untuk tetap tinggal, walau aku tahu hal ini tidak akan bertahan lama mengingat ibuku yang sudah semakin tua dan semakin rentan yang membutuhkan perawatan kesehatan, dan aku tahu biaya yang akan dikeluarkan tidak akan sedikit
“Bil?” pandanganku yang semula tak terarah kemana sekarang mataku menuju wajah Nuri yang melihatku keheranan. “Kok daritadi kamu bengong aja? Biasanya kamu yang paling semangat buat foto-foto” ledeknya. Senyum jahilnya membuatku ingin menimpalinya, membalas celaannya dengan mengungkit-ungkit kebiasaan-kebiasaan buruknya. Namun, sebelum aku mengambil ancang-ancang, ia sudah berada sangat jauh dariku untuk mendapatkan sudut yang lebih bagus. Sambil menggenggam kameranya, ia melompat setengah berlari seperti anak kelinci yang baru menemukan tempat baru yang mereka sukai. Aku tak sanggup meninggalkannya, takkan pernah sanggup
Namun aku sudah menerima pekerjaan itu..
Aku tak tahan melihat ibuku terus-menerus melemah, aku tak ingin melihatnya tersiksa seperti itu..
Dan Nuri, mau tak mau harus kutinggali..
Aku yakin ia akan baik-baik saja, toh ia adalah wanita yang kuat meski fisiknya seperti anak-anak
“Nuri, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Kemarilah” aku memanggil namanya setengah berteriak. Kubentangkan kain putih di atas rerumputan hijau. Ia kemudian menghampiriku, melepas alas kakinya untuk berpijak pada kain lalu duduk menyandarkan kepalanya di atas bahuku. Tanganku gemetar, kurasakan keringat dingin mengalir di punggung pelipisku. Aku belum siap untuk mengatakan hal ini

Nuri: Hari ini kamu senang nggak? Kalau aku sih senang banget, pemandangan kayak gini jarang, bahkan mungkin gak pernah ada sepanjang sejarah Jakarta, hihihihi
Nabil: Ih lebay! Jakarta dulu juga nggak kayak sekarang kali. Kalo sekarang banyak gedung dan mobil-mobil berseliweran, dulu banyak sawah dan kebo berseliweran. Kayak kamu, kebo! Hahahahahaha!
Nuri: Awas ya, Bil! Kamu lebih kebo! Jarang mandi! Bau!
Nabil: Ah pacarku jelek kalau marah, jeleeeeek sekali. Kenapa aku mau jadi pacarmu ya? Kan kamu jelek! Hahahahahahahahaha!
Nuri: Kamu kok gitu sih.. (wajahnya berubah menjadi sangat sedih, membuat rasa bersalahku menambah dinginnya kota Lembang saat itu)
Nabil: Nur, aku kan cuma bercanda.. Lagipula nggak mungkin kan aku sama kamu bisa sampe kayak gini. Kamu pake apa sih kok bisa cantik banget? Pake jampi-jampi yaa?
Nuri: Ih gombal (wajahnya kembali tersenyum, namun senyum kecut yang keluar. Nampaknya ia benar-benar menganggapku serius saat itu)
Nabil: Yaudah, Nuri jeleeek! Nuri jeleek! Nuri jelek kalo lagi marah, kayak bu Syam hiii!

Lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak karena kelakuan konyol kami. Suasana mencair hingga tak terasa lagi kekakuan yang ada diantara kita

Nabil: Nur, aku mau bilang sesuatu ke kamu tapi janji kamu nggak akan marah ya
Nuri: Apa? Bilang aku jelek lagi? Bilang aku mirip kebo lagi?
Nabil: Ih enggak, sekarang serius! Tapi kamu merem dulu yaa

Nuri memejamkan matanya sementara aku meraih cincin bermata intan tunggal dari saku celanaku. Aku menarik nafas sangat dalam untuk mempersiapkan diri, sementara Nuri melukiskan senyum jahilnya tanda ia sedang menerka-nerka kalau aku akan menjahilinya lagi

Nabil: Nah, sekarang kamu boleh buka mata kamu
Nuri: Loh tadi kamu ngapain, Bil? (Nuri tampak curiga padaku dan memperhatikan sekitar bila ada yang ganjil atau tidak)
Nabil: Nuri pacarku yang cantik, sudah kutunggu malam ini, malam dimana kita merayakan hari jadi kita setelah 3 tahun lamanya. Aku tahu kau menunggu lama untuk hal ini, maka dari itu aku mempercepatnya. Biar hamparan rumput, tingginya pepohonan, lembutnya angin, serangga-serangga, binatang-binatang yang menjadi bagian dari bioma ini menjadi saksi bisu aku menjadikanmu calon istriku. Bolehkah aku memasangkan cincin ini pada jari manismu?

Nuri tercengang, matanya berkaca-kaca, tangis harunya tak terbendung lagi. Sesaat kemudian hening, lalu keheningan itu terpecah oleh tawanya

Nuri: Kamu memang tidak pandai berkata-kata, Bil! Kalau kamu ada di kelasku mungkin kamu jadi predikat anak paling sering dapet nilai merah, hahahahaha!
Nabil: Ih kamu, aku serius tau
Nuri: Baiklah pacarku yang ganteng, awalnya aku tak pernah percaya bahwa kau akhirnya                     mengambil resiko yang sangat berat ini. Aku merasa terlalu rendah, tak layak untuk mengenakan cincin yang sangat indah itu. Namun, apapun yang kau inginkan, aku akan selalu ada untukmu pangeranku. Aku bersedia menjadi calon istrimu

           Pelan-pelan aku mengenakan cincin itu pada jari manisnya. Ia tak bisa menahan tangis haru sekaligus tawa karena kelakuan anehku. Saat cincin itu mencapai ujungnya, rasa bersalahku menghantui kembali, mengingatkanku untuk mengatakan yang sebenarnya, bahwa aku harus pergi
           Namun, aku tak pernah berani untuk mengungkapkannya..

12/07/2012

Intermezzo

Sering kali pertanyaan-pertanyaan muncul, "Dari mana kau mendapatkan semua cerita itu?". Kalian boleh menganggap semua cerita itu nyata ataupun hanya bualan belaka, aku tidak peduli. Tujuanku menulis hanyalah untuk menghibur dan memberi sedikit ulasan cerita yang mungkin akan menjadi pembelajaran kalian, menjadi cerminan kalian. Tak perlu kau ketahui darimana aku mendapatkan semua cerita itu, semua cerita telah mendapat persetujuan dari pihak yang terkait
Jika kalian bertanya bagaimana aku mendapatkan cerita-cerita semua itu tentu saja dengan bersosialisasi. Pernyataan-pernyataan yang muncul dari benak kalian kalau aku mengetahuinya begitu saja, atau semua itu hanya imajinasiku saja, kutegaskan kalian salah. Sudah kubilang, semakin kau mengenalku semakin kau dibuatnya penasaran. Aku hanya remaja biasa yang sering pusing akibat tugas yang menumpuk, hehe. Seperti yang lainnya, aku mengalami banyak perubahan dibandingkan saat masa-masa di mana aku masih mengenakan rok merah ataupun rok biru. Aku menjadi lebih pemarah, suka menangis karena hal-hal sepele. Ya, aku memang anak yang bisa digolongkan sangat emosional. Tetapi jangan kaget jika aku berubah menjadi sedingin es. Kalian akan mengetahui sebabnya suatu saat
Aku tidak seperti yang kalian bayangkan. Mungkin firasat kalian bisa jadi benar dan belum tentu benar. Ingat, terkadang perasaan sering disalah artikan sebagai pemikiran, begitu pula sebaliknya. Tentang kehidupanku? Aku tidak terlalu suka dengan keramaian, namun selalu aku yang dituduh kalau aku yang membuat kegaduhan oleh teman-temanku. Dimanapun aku berada, dalam kerumunan apapun, mereka selalu menyalahkanku atas apa yang kuperbuat. Aku sadar aku memang suka jahil, habisnya aku senang melihat raut wajah teman-temanku yang jengkel ataupun tertawa malu sehabis aku jahili. Aku juga senang menggambar dan bermain musik, bagiku seni dapat berbicara. Setiap petikan gitar ataupun goresan kuas di atas kanvas membisikkan makna-makna tersendiri di telingaku. Belakangan ini aku senang dengan kegiatan menulis. Bagiku, jika seseorang dapat membuat karya yang begitu hebat, kenapa aku tidak? Namun tentu saja semua berfondasikan atas minatku dalam bidang seni. Aku adalah perempuan Libra, bisa kau bayangkan sendiri bagaimana sifat Libra bukan? Hihihi :)
Tentu saja masih banyak cacat dari cerita demi cerita yang aku cetak per-halamannya. Aku ingin dan aku akan terus belajar dari kesalahanku. Terimakasih kepada kalian yang telah membaca blog ini, semoga bermanfaat bagi hidup maupun........ Tugas bahasa Indonesia! :D

-Penulis

Surat Untuk Astrid

       Hampir 17 tahun lamanya kita menjalin hubungan kasih, merajut benang cerita dalam rumah sederhana pemberian ibuku. Hari ini, adalah hari dimana anak sulung kita bertambah umurnya. Ingin rasanya kuluapkan segala emosi yang ada di jiwaku padamu, namun aku tersadar aku tak punya keberanian seperti yang kau punya. Aku ingat betul saat ia hadir dalam kehidupan kita, tepat 15 tahun yang lalu. Sekarang ia semakin dewasa, banyak perubahan yang ia alami, dan ia semakin mirip denganmu. Aku sadar ia bukan lagi bayi mungil yang dulu sering kutimang, namun aku senang menganggapnya seperti itu dan hal itu sering membuatnya jengkel. Aku punya firasat bahwa ia membenciku. Bagiku, hal itu bukanlah sebuah masalahselagi aku masih bisa menatap wajahnya. Aku sadar bahwa sebagai pria dewasa, aku telah gagal untuk menjadi ayah yang baik dan membuatnya semakin membenciku. Mungkin batas kesabarannya telah rusak akibat pertengkaran yang kita buat hampir setiap hari. Aku yakin ia mengerti dan memahaminya, dan aku tahu ia membenci teriakan dan tangisan. Belakangan ini aku sering melihat ia mengasuh anak bungsu kita, dan kembali lagi ia mengingatkanku padamu
       Tak ada niat sedikitpun untuk mengingkari janji yang kita sebut di depan Tuhan. Aku mencintaimu lebih dari yang kau kira, dan aku terlalu penakut untuk menegaskannya. Mungkin detik ini kau sudah mendapatkan pria yang jauh lebih tampan dan berani daripada aku. Aku terus merahasiakan hal yang telah terjadi diantara kita, yang membuat semua menjadi lebih gelap dan suram, namun anak-anak kita tidak sebodoh itu. Diam-diam mereka mulai curiga dan satu-persatu pertanyaan bermunculan dari mulut mereka yang seharusnya tidak mereka tanyakan. Sempat aku pernah membaca buku harian putri kita. Ia tahu segalanya, dan semua itu tertulis dengan tinta merah. Terdapat bekas tetesan air mata di beberapa tempat, bahkan kertasnya nyaris sobek karena ia menekankan pulpennya terlalu keras. Hatiku hancur, betapa ia membenci perlakuanku yang tidak pernah menanyakan keadaannya di sekolah, bagaimana hubungannya dengan sosialnya, dan hal-hal yang seharusnya seorang ayah tanyakan. Ingin ku berlari memeluknya dan meminta maaf atas segala hal yang telah kusesali, dan sekali lagi aku tak pernah berani untuk mengeluarkan emosiku secara terang-terangan. Belum sempat aku pulih dari luka dalam, ia tak ingin bicara denganku hingga tiga hari lamanya. Ia sadar bahwa buku hariannya telah dibaca. Seakan-akan ia telah membaca pikiranku, seakan-akan ia memasang mata di setiap dinding rumah ini, seakan-akan ia mengikutiku kemanapun aku pergi, ia selalu mengetahui apa yang kurahasiakan dan aku semakin takut karena ruangan yang kumiliki semakin sempit. Aku tahu ia menghargai privasi seseorang tetapi selalu saja ada 1000 rasa cemas dan khawatir di pikiranku. Aku tak ingin ia menjadi stress akibat beban yang ia terima
       Astrid, aku tidak ingin memutus tali hubungan kita. Aku tahu kau membenciku namun untuk kali ini saja, biarkan anak kita merasakan kembali hangatnya suasana keluarga kecil kita. Mungkin tidak akan sempurna, tetapi aku ingin melihat kembali senyuman anak-anak kita yang sudah lama tidak mereka tampakkan. Yang aku inginkan hanyalah kesungguhanmu dalam membahagiakan mereka di hari ulang tahun putri sulungmu
       Perlu kau ketahui, semenjak kepergianmu ia lebih sering menangis, menerjang dan menggeliat seperti orang kerasukan. Ia lebih sering begadang dan menorehkan emosinya pada buku gambar yang pernah kau berikan beberapa waktu lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa. Sempat pada suatu malam ia berteriak memberontak dan memanggil nama-nama yang tak kukenal. Tentu saja itu bukanlah dia, anak yang kukenal pendiam dan pandai menyembunyikan emosinya. Seisi rumah bergidik ketakutan. Ia membutuhkan sosok ibu lebih daripada Yati, pembantu kita yang kurasa tak cukup dapat menggantikan peranmu seutuhnya. Astrid, jadilah ibu yang mau meluangkan waktu untuk anak-anak kita setiap saat kembali. Mereka butuh rangkulan dan pelukanmu. Demi anak-anak kita, bukan hubungan kita yang sudah kusut dan sulit diluruskan kembali. Aku harap kau mengerti apa yang aku tuliskan dan ucapkan


Salam sayang

Hudi

12/06/2012

K

Perempuan mana yang tidak ingin terlihat sempurna? Bahkan mungkin tidak hanya kaum hawa saja yang ingin menjadi sempurna, kaum adam pun ikut berlomba-lomba menuju suatu puncak dimana mata memandang kagum dari ujung helai rambut hingga ujung jari kaki. Memang butuh waktu untuk menjadi sempurna, namun untuk mempertahankannya lebih melelahkan dan menyakitkan. Aku merupakan salah satu dari sekian juta perempuan yang berusaha untuk meraih kriteria sempurna, dan ini kisahku

Memang melelahkan untuk menjadi sesuatu yang bukan seperti apa yang semestinya kita. Terkadang, ingin kulepas semua cat dan topeng yang menempel pada wajahku, namun dengan alasan sosial yang harmonis aku rela bertahan hingga aku menemukan ujungnya, sebuah akhir akibat waktu yang terus menggerogoti topeng ini. Aku tidak menyalahkan mereka yang membenciku, itu hak mereka. Namun jangan salah, aku juga memiliki hak untuk membenci kalian, namun aku memilih untuk menguburnya baik-baik hingga aku sendiri yang memutuskan untuk mengeluarkannya kembali dengan kondisi terbakar api abadi. Entah karena trauma akan masa lalu atau tuntutan akan hidup yang membuatku begini. Semakin lama aku semakin menguasainya, dan aku sadar sama halnya seperti kupu-kupu, aku bermetaforfosa menjadi wanita seutuhnya. Dan aku sadar, umur kupu-kupu tidak lebih dari satu bulan

Setiap orang mempunyai angan dan mimpi, dan setiap orang memiliki angan dan mimpi  yang beragam. Mimpiku adalah bumi menjadi tempat yang damai dan aku sebagai pemimpinnya, keren bukan? Aku menyukai tantangan, dan aku yakin setiap awal memiliki akhir dan setiap akhir akan bertemu dengan awal yang baru. Jalan menuju sukses memang tidak mudah, banyak lubang dan kerikil yang siap menjatuhkanku kapanpun di saat aku lengah. Sempat aku ragu karena ujung yang aku cari tidak kunjung tampak, namun dorongan dari orang sekitar membuatku terus bersemangat hingga aku melewati garis akhir. Tentu saja dorongan yang mereka berikan tidak semuanya bersifat negatif. Apapun yang mereka katakan padaku, akan kubuktikan kalau mereka salah dan akan kalah di kemudian hari

Sempat aku bertanya, normalkah aku? Mengingat usiaku yang bisa dibilang belia aku sudah memikirkan hal yang tidak semestinya dipikirkan oleh sebayaku. Di atas tanah ini aku menemukan banyak orang yang tidak biasa. Mereka yang mencari jalan dan solusi hidup sendiri. Mereka yang dianggap tidak waras dan sulit di terima di lingkungannya. Mereka, yang mungkin, bernasib sama sepertiku. Entah apa yang Tuhan rencanakan namun aku bersyukur atas segala yang dilimpahkan-Nya. Semakin berkurang umurku semakin jenuh kepalaku akibat apa yang kumiliki, namun tetap saja semua ini bagai bantal tidur yang nyaman

Setiap hidup itu pilihan, entah bangkit dan berusaha atau jatuh dan menyesal

-K

10/27/2012

Self potrait



Hello!
Itu gue dan my friend, well just call him Alvin
Gue yang lagi megang bunga dan Alvin yang... berwujud setengah anjing hehehe.__.
Filosofinya sih... well chrysanthemum itu salah satu bunga yang paling gue suka. Entahlah, di film Curse of The Golden Flower sih chrysanthemum itu melambangkan antara kehidupan, kemakmuran, dan dinginnya suatu pemerintahan atau sikap. Itu gue lagi pake seragam, tiap pagi kalo turun dari mobil selalu dengan rambut acak-acakan (abis tidur) ke sekolah pake sweater dekil-,- dan my best friend Alvin :)
Alvin sendiri sebenernya.... manusia bukan hewan juga bukan. Ga ngerti sih dia jenisnya apa HAHAHAHAHAHA *dilindes. Tapi dia baik parah dan kayaknya sih cuma gue yang kenal (sama Nita) dan gue rasa juga cuma gue dan Nita yanng mengakui keberadaannya.__." gue sendiri gatau dia jahat atau baik tapi kalo lagi jahat... gue gaberani ngomong ke dia. Liat aja pedangnnya, itu pedangnya Ichigo Kurosaki dari BLEACH karya Kubo Tite dan metal bracesnya yang ada gambar Dovahkiin dari Elder Scroll V: Skyrim, yang artinya he's my protector :D
Kita udah temenan lama.. Well ceritanya panjang dan ceritanya cuma gue dan orang tua gue yang tau :)


10/25/2012

1,000 pageviews

WOHOOOOOOOO 1,000 PAGEVIEWS PEMIRSAHH HUAAAAAA GAK NYANGKA :"""")
Walau gaada komentar di tiap postingan gue tapi ternyata ada yang baca yaaah :") TERNYATA GUE PUNYA SECRET ADMIRER HAHAHAHAHAHAHAHA /NO *dilindes
Ah apa sih istimewanya blog gue? Padahal isinya cuma kelakuan-kelakuan idiotnya anak SMA yang sedang terbelenggu tugas... *ohok
Btw kalo berkunjung ke blog gue komentar kek walau cuma "post lo jelek ca iyuh" juga gapapa gue menghargai semua komentar kok :)
yaah mungkin ini jadi postingan paling ga penting di blog gue tapi gue seneng ternyata ada stalkernya toh HAHAHAHAHAHA /NO. Oiya, 1,000 pageviews ini juga barengan sama libur 3 hari berturut-turut dan pr gue kelar semua dan tagihan gaada yang bolong dan remed gue selesai semua dan sketsa diri gue dan Alvin udah selesai juga :""") nanti gue post deh ehe. Tapi sketsanya di kertas jadi mohon maklum kalau nanti fotonya kurang bagus ; u ;

Gue cuma bisa berdoa selepas lulus nanti gue masuk sastra UI. Kalo emang bisa dapet beasiswa yaa gue mau sih tapi gue harus fakultas sastra Inggris dong? Apa Jepang? Gue pengennya sastra Indonesia UI :(
Yang penting gue harus sukses dapet undangan dulu :)

ありがとうございます :*

10/15/2012

Jingga dalam fana

Namaku Risma, dan ini ceritaku

Beberapa tahun lalu aku menjalani hidupku diwarnai oleh warna-warna cerah oleh lelaki paling sempurna di dunia ini. Seragam batik beserta celana abu-abu yang kebesaran di bagian betis dan aroma koridor sekolah yang khas selalu membuatku teringat padanya. Dunia begitu indah saat itu. Kini aku tersesat, tak tahu harus kemana. Aroma dupa dan kain lusuh menghapus jejakkku dimanapun aku melangkah. Sakit rasanya saat kau kehilangan orang yang kau cintai
Ardi merupakan anak yang baik. Ia selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan dirinya. Ia yang membuatku tersenyum, ia pula yang membuatku menitikkan air mata. Mungkin ia bukan yang paling menonjol diantara yang lain, namun ia selalu ada di sampingku saat aku senang maupun sedih, tak peduli suasana apa yang mengisi hatinya. 3 tahun ia di sampingku, melindungiku, menjagaku, menyelamatkanku dari segala marabahaya yang ada. Ia menyayangiku, begitu pula aku hingga nila membanjiri akal dan jiwa.
Suatu hari sehabis kami bertengkar hebat aku memutuskan untuk keluar malam bersama teman-temanku. Aku memang belum berusia 17 tahun saat itu namun aku sudah merasa dewasa. Hanya dalam hitungan hari aku resmi menjadi dewasa sepenuhnya. Kabut emosi dan pekatnya rasa depresi membuatku buta arah. Malam tidak pernah mengecewakan, namun di saat pandanganmu kabur di situlah permainan dimulai. Tirai afghan yang anggun terbuka lebar-lebar dan menunjukkan sisi dunia malam yang sesungguhnya. Uang terasa ringan di tanganmu, perempuan tak lagi ditinggikan derajatnya, hitam dan merah bercampur dalam gemerlapnya malam. Suasana mencekam terbalut dalam gaun-gaun indah penari dan warna-warni lampu. Pening di kepala tak menghalangiku untuk berhenti meminum semua cairan kimia itu
Aku mengagumi Awan, temanku saat aku duduk di kelas 10. Rambutnya yang ikal, rahangnya yang kuat, tubuhnya yang atletis, perempuan mana yang tidak tergila-gila padanya? Lupakan Ardi, mungkin ia telah melupakanku dan berjalan dengan perempuan lain. Kutarik kemeja Awan dan menyeretnya ke lantai dansa. Kami benar-benar menikmati malam itu hingga aku merasa lelah. Kemudian kami duduk di kursi panjang. Aku bersandar di bahunya yang sekeras batu. Mataku terasa berat, kakiku bahkan tak kuasa menahan berat badanku. Di saat terlemah Awan menarik kepalaku, memaksa kami bertatapan. Ia menopang daguku, tatapannya tajam bagaikan elang, menyodorkan bibirnya yang tebal dan basah. Aku mulai tersadar dan mendorong badannya, berusaha untuk lepas dari cengkramannya. Suaraku habis disaat aku ingin berteriak, terlukis senyum jahat di wajahnya. Energiku terkuras habis dan aku memutuskan untuk pasrah. Aku memejamkan mataku, berharap Ardi kembali padaku, melayangkan tinju ke wajah pria bedebah ini
Tuhan menjawab doaku. Ardi menarik Awan dan melemparnya jauh-jauh dariku. Ia membawaku pulang dari tempat gelap itu menggunakan sepeda motornya. Saat kami sampai di pintu gerbang rumahku Ardi melontarkan sejuta kata-kata dan beragam emosi abstrak yang tak bisa kutebak karena sudah tercampur rata dengan dinginnya udara malam. Lalu untuk pertama kalinya aku melihatnya menangis. Termakan emosi, aku pun membalas semua luapan emosinya dengan kata-kata kotor, meninggalkannya di belakang bersama lampu jalan yang redup.
Keesokan harinya aku tak melihat Ardi di sekolah. Aku bertanya-tanya namun tak ada yang memberi tahu hingga seorang teman berlari dari gerbang sekolah dengan berurai air mata menghampiriku. "Ardi...." ia berkata dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Saat ia memberitahuku keadaan Ardi, air mata mengalir deras membasahi pipiku. Aku berlari sekuat tenaga, menghampiri sepeda milik satpam sekolah tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku, mengarungi jalan besar dan... Orang-orang mulai mengerumuni tubuh Ardi yang bersimbah darah. Sepeda motornya rusak tak berbentuk, orang-orang hanya menonton, tak berlaku apa-apa. Kuhampiri tubuhnya, kurebahkan kepalanya di pangkuanku, menangis sekencang mungkin tanpa menghiraukan jumlah mata yang sedang memperhatikanku. Celana abu-abunya sobek, batiknya kotor, ternodai pekatnya darah. Polisi mulai berdatangan, menenangkan situasi dan membawa Ardi ke rumah sakit. Aku menemaninya seharian hingga ia dibawa ke tempat tinggalnya untuk diistirahatkan yang terakhir kalinya.
Di kediamannya ibu Ardi memberiku secarik kertas. Katanya kertas itu harus diberikan kepada perempuan bernama Risa. Aku Risa, dan aku membaca isi dari kertas tersebut secara pelan dan perlahan

Risma.. Aku tahu mungkin ini akan terjadi. Jika kau sedang membaca surat ini mungkin aku sudah tiada. Aku memang punya firasat-firasat buruk meski aku tahu kau hanya akan menganggapku berkhayal. 3 tahun merupakan waktu yang lama dalam menjalin hubungan. Aku masih ingat wajahmu yang masih kekanak-kanakan saat dulu masa orientasi kita. Aku ingat setiap senior yang menghampirimu selalu mengagumi kecantikanmu. Banyak pria di sana yang menginginkanmu, namun aku merebutmu duluan. Mungkin aku bukan yang terbaik, namun aku yakin hatiku hanya untukmu. Aku ingin kau tahu aku selalu memikirkan keadaanmu setiap saat, mengkhawatirkanmu lebih dari yang kau kira. Aku takut kau terjatuh di lubang yang gelap dan dalam hingga kau terluka. Aku sudah memiliki firasat sekitar seminggu yang lalu. Aku sengaja tak cerita padamu karena aku takut kamu meninggalkanku di saat terakhir aku bernafas di dunia
Risma, maafkan aku yang telah berbuat kasar kepadamu, yang telah melukai hatimu, yang telah membuatmu menangis setiap malam. Aku tahu aku salah, malam itu aku sangat khawatir akan dirimu. Sungguh, aku tak pernah berniat untuk melukaimu.
Risma, aku harap kau selalu mengingatku. Meski aku tak akan pernah menghampirimu di kelas, meski aku tak akan pernah lagi menjemputmu untuk pergi ke sekolah, namun yakinlah Risma, aku akan selalu menemanimu disaat kau terpuruk. Kamu: Inspirasiku

Air mata membasahi pipiku, tubuhku gemetar dibuatnya. Ardi, kenapa harus begini? Aku menyesal telah membentakmu malam itu, aku menyesal telah membuatmu khawatir, aku menyesal atas segala perbuatanku. Biarkan aku menyusulmu Ardi, biarkan aku tidur di sampingmu..
Tanpa pikir panjang aku berlari ke jalan besar tempat dimana Ardi menghembuskan nafas terakhirnya. Mungkin ini yang terbaik, mungkin memang ini yang terbaik..
Seketika semua berubah menjadi gelap. Tubuhku terasa remuk, sakit. Aku mendengar suara orang-orang yang lama-lama memudar... Layaknya tidur, aku terbangun dengan kondisi yang parah. Kakiku sulit untuk digerakkan, perutku terasa sobek, kepalaku terasa pecah. Aku berjalan, terus berjalan di lorong gelap beraroma dupa, pulang. Aku dapat mendengar suara tangisan ibuku, adikku, ayahku, keluargaku. Apa yang telah kulakukan? Aku menyesal telah berlaku begini. Ardi pun tak pernah kutemukan. Keluarga yang menyayangiku kutinggalkan begitu saja. Mungkin sekarang Ardi kesal, marah kepadaku yang telah bertingkah bodoh. Aku hanya bisa berjalan di lorong gelap ini sendirian..

8/28/2012

Kus part 1

Yogyakarta, kota yang hangat, indah, dan ramah. Aku sangat mencintai kota ini. Sudah 10 tahun aku menginjakkan kakiku di tanah berpasir vulkanik. Namaku Kus, dan ini ceritaku.
Pernahkah kalian berpikir bahwa sekolah sangat membosankan? Aku benci sekolah, duduk berjam-jam mendengar pak Thomas bercerita betapa hebatnya anaknya yang telah menjadi kolonel di timur. Teman-temanku tak kalah membosankan dengannya, mereka hanya menyombongkan harta orang tuanya, bersenang-senang disamping tungku perapian dengan menyiksa rakyat pribumi. Hanya Peter yang tidak seperti mereka. Ia sering kabur dari pelajaran denganku dan bermain-main dibawah pohon manggis di belakang sekolah. Jika ketahuan ibuku maka aku habis dimarahinya. Ibuku masih sangat belia. Perbedaan umur kami hanya 20 tahun. Wajar, ia menikahi ayahku saat ia berumur 16 tahun dimana ayahku berumur 50 tahun. Di tanah kelahiranku, perempuan tak ada artinya dibanding harta dan tahta. Ayahku seorang bupati, pejabat keraton yang setia. Ia memang bergelimang harta, menjabat kedudukan tinggi namun hatinya sangat baik. Kalau saja ia tidak pergi menghadap-Nya saat aku berumur 3 tahun mungkin perawakannya akan lebih jelas di ingatanku. Aku benci ayah tiriku, benci. Ia hanya dapat memakan harta tanpa bekerja. Bagiku ia tidak lebih rendah dibandingkan seorang gelandangan. Korupsi yang membuatnya bangkrut dan menikahi ibuku, janda bergelimang harta. Terkadang aku bertanya kepada Tuhan, marah kepada-Nya, mengapa ayah meninggalkanku begitu cepat? Bahkan aku belum dapat merasakan bagaimana hangatnya rangkulan ayah, ketegasannya dalam menghadapi masalah keegaraan, dan kebahagiaan saat ia pulang dari keraton membawakanku mainan listrik dari Belanda. Kakakku, Risman lebih beruntung dibandingkanku. Setidaknya ia telah mendapatkan kereta listrik itu. Aku iri padanya. Aku memang warga kerajaan namun aku tidak berlaku selayaknya bangsawan
"Kus, kau tahu? Ayahku terus bercerita tentang manusia kerdil bermata sipit. Aku penasaran, mungkinkah kurcaci ada?" tanya Peter yang sedang duduk di dahan pohon. "Kau percaya kurcaci? Setidaknya kurcaci tidak bermata sipit" jawabku.
"Tapi kata Sarah mereka ada! Kata ayahku mereka sangat kejam dan mereka akan datang ke sini. Setiap hari ayahku selalu menyebut mereka Nippon dengan intonasi marah"
Mataku terbelalak. Mungkinkah kurcaci dapat berlaku kejam? Setahuku mereka ramah dan senang bekerja keras di hutan. Lagipula, apa itu Nippon? Apakah para Nippon tak punya tempat tinggal lagi? Buat apa mereka ke sini?
"Mungkin ayahmu hanya menakutimu saja, Peter. Kurcaci itu hanya ada di dunia dongeng. Lagipula aku tak pernah mendengar yang berjenis Nippon. Seharusnya kau lebih sering tidur tepat waktu hahahahaha"
Aku mendengar langkah kaki yang cepat. Saat aku berbalik ibuku datang dengan peluh yang mengalir sangat deras. Ia menarik tanganku dari Peter, tanpa menjelaskan atau mengeluarkan sepatah katapun. Aku mengelak namun kembali ia menarikku, membawaku pulang meninggalkan Peter sendiri
"Apa yang ibu lakukan? Aku tidak pulang larut malam, aku baru saja bermain!"
"Jauhi orang Belanda itu, Kus!"
"Apa salah Peter? Apa salahku? Aku hanya ingin bermain!"
"Kau bisa mati karenanya! Jauhi orang-orang Belanda! Jauhi keluarga Peter!"
Kenapa ibuku? Ada apa dengan Peter? Aku bingung, kenapa dengan orang-orang Belanda? Tak biasanya ibuku membenci keluarga Peter seperti itu. Lalu kenapa aku bisa mati karenanya?
Pertengkaran kami berhenti saat kami mendengar ketukan pintu yang disertai suara langkah kaki yang berat. Ibuku menggendongku ke kamarku, menyuruhku untuk bersembunyi di lemari pakaian. Aku hanya diam, menguping sedikit pembicaraan mereka. Rupanya ibuku sedang berbicara dengan tentara Nippon
"Dimana manusia Netherland itu" tanya seorang Nippon dengan logat yang aneh. Lidahnya seperti tertarik saat ia mengeja huruf L dan menjadikannya semi R. Benarkah kurcaci itu ada? Mengapa ibu menyembunyikanku dari Nippon?
"Saya tidak tahu, saya tidak mempunyai urusan dengan orang Netherland dan Nippon seperti kalian. Saya hanya pejabat kerajaan, itu yang saya tahu"
Terdengar benturan keras sesaat ibu menyelesaikan kalimatnya. Aku kaget, khawatir akan ibuku. Lekas aku keluar dari tempat persembunyianku dan menghampiri ibuku. Rupanya Nippon tidak seperti apa yang Peter katakan. Mereka tinggi dan gagah, berkulit kuning dan matanya sipit bahkan beberapa kulihat samar-samar tampak. Seorang laki-laki yang sedang memegang pedang panjang menghampiriku, menarikku kepada pemimpin mereka
"Kamu teman orang Netherland? Dimana orang Netherland itu?"
Aku hanya terdiam, ketakutan. Nafas orang Nippon terasa berat dan panjang, raut wajah mereka juga menyeramkan. Aku melihat ibuku yang terkulai lemah dengan memar di pelipis kanannya. Pria itu lalu menggamparku. Rasa sakit seperti tak terasa karena tertutup oleh rasa khawatirku akan ibuku
"Dimana orang Netherland itu?!"
"Peter ada di rumahnya bersama ayahnya! Kalian tidak akan pernah dapat menyentuh Peter! Ayahnya seorang tentara!"
Pemimpin Nippon itu tersenyum kecut padaku, "Kamu sudah memberiku informasi yang baik, terima kasih"
Lalu tiba-tiba aku merasakan dentuman keras di kepalaku, mendengar jeritan ibuku dan ayah tiriku. Semua menjadi gelap... sangat gelap...

8/14/2012

Urban Myth: By Games

Gue bakal share opini gue tentang urban myth yang baru-baru ini booming di kancah internasional
Lo tau kan Slenderman? itu loh yang ada di 9gag yang cowok tangannya panjang, kakinya panjang, dan kurus dan dia gapunya mata, hidung, mulut sama kuping. lo mainin aja game-nya "SLENDER" dijamin gabisa tidur-_-
Sebenernya Slenderman itu fake. lo cari di youtube itu yang video Slender Documentary, itu palsu. dari angle dia ngambil gambar juga udah bikin dia fake. tapi karena game indie SLENDER itu lagi booming makanya orang percaya kalo Slenderman itu ada. kisah Slenderman sendiri itu awalnya dari kontes online bikin kreatifitas cerita serem. jadi si pembuat slenderman itu nge-photoshop foto slenderman ke foto panorama abad 18-an. ceritanya Slenderman itu gapunya muka, tingginya 12 kaki, pake tuxedo, punya tentakel di belakangnya dan definitely dia bukan orang. dia suka ngehantuin hutan di amrik sana dan dia suka nyulik orang yang lagi tersesat, entah buat dimakan atau dikirim ke dimensi lain. alhasil karena emang sotosopnya udah kayak beneran, orang-orang jadi salah persepsi kalo Slenderman itu nyata. muncul lah ide bikin indie game berjudulkan SLENDER dan sukses bikin 9gagger (dan anak muda lainnya) ketakutan sama Slenderman. Slenderman bukan orang, bukan hantu, bukan hewan, dan bukan alien. he's kinda unknown being that (maybe) try to survive (from his hunger :P). game-nya juga sederhana kok, kalo emang gamau mainin lo liat aja di youtube, itu banyak banget walkthrough SLENDER. dan sekarang jadi urban myth karena para 9gagger *trollolololol*. sebenernya gue juga takut akan si Slenderman, karena lo tau kan di negara kita sendiri ini yang banyak hutan dan sejarah yang uka-uka bikin Slenderman makin real mata gue (belum lagi efek main SLENDER jadi kebawa mimpi gue-_-). maksud gue kan banyak mahluk ga jelas yang mukanya emang rata di sini, tapi yang pasti ga pake tuxedo dan gaada tentakel di punggungnya. yaaa lo tonton aja sendiri, di tipi banyak kok. tapi yang jelas Slenderman lokal kita ga nyulik orang-orang, but if you meet Slenderman, be prepared to cry and pee on your pants :)
Kedua, The Grudge. lo tau game Ju On: The Grudge kan? itu loh game keluaran jepang buat PC dan Wii. sebenernya di sini sih pasaran banget. lo search di google atau di youtube The grudge itu banyak banget. fisiknya ya gitu, perempuan berambut panjang dengan daster putih dan goresan luka di mana-mana. yep, kita mungkin kenal si The Grudge dengan sebutan kunti, tapi bedanya dia ga suka ketawa dan dia jalannya ngesot. gue sih belom pernah nyobain (karena gue gapunya Wii), tapi kalo diliat di youtube sih lumayan serem. yaaa model horor asia lah, main ngagetin. makanya banyak orang indonesia bilang kalo The Grudge itu udah basi secara itu setan lokal asli indonesia. cuma karena orang bule baru kenal sama hal begituan makanya jadi tenar si The Grudge ini. padahal, dari dulu juga udah ada kok bahkan lebih serem. lo tau kan film The Ring? menurut gue sadako lebih serem daripada The Grudge
Masih banyak urban myth yang belum gue ulas dari video games, kayak Amnesia, Ao Oni, dsb. mungkin kalo kita bikin game sendiri dengan hantu lokal, mungkin bakal lebih sukses daripada Slenderman dan The Grudge (tapi tanpa pocong loh yaaa, walau fisiknya keliatan idiot tapi pocong itu aslinya serem loh-_-). cuma balik lagi ke kitanya, emang kita mikirin bangsa ini? boro-boro, kan kerjaanya berantem mulu :)

8/12/2012

Retoris

"Manusia dapat menjelaskan bagaimana alam semesta ini terbentuk, namun tidak dengan mengapa alam semesta ini dibentuk" -Para Pencari Tuhan Jilid 6
Gue ngerasa aneh....
Jadi selama ini pertanyaan "kenapa gue dilahirin", "kenapa gue ada di dunia ini" itu semuanya retoris.... kenapa? gue kepo.... tapi gue takut dianggap kalo gue meragukan adanya Allah..
TAPI GUE KEPOOOOO (; A ;)
Kenapa sih.. gue bukannya ga bersyukur, gue menikmati hidup kok. tapi kalo kayak gini terus gue bisa stress bung. terutama keluarga gue sendiri aja bikin skenario dan sandiwara buat gue. mereka pikir gue ga tau, tapi gue tau... gue tau semua itu... dan itu sakit banget loh. bahkan gue sendiri ragu kalo gue masih bisa percaya sama nyokap gue sendiri :')
Tapi gue sayang banget sama nyokap gue sendiri, sayang banget. kalo ga sayang gue ga mungkin mengubur mimpi gue demi dia. demi nyokap gue.....
Kenapa hidup ini penuh sandiwara sih? gue aja ga bersandiwara kok didepan mereka. kenapa? apa yang salah sama gue? seinget gue masa kecil gue tuh ga kayak gitu, ortu gue sayang sama gue (sampe sekarang juga sih) tapi ga segitunya. gue inget kok waktu nyokap gue nangis pas bokap gue marah-marah, dan itu gue masih umur 4 tahun seinget gue. itu memori yang gabisa lepas dari gue, gak akan pernah bisa. dan trauma itu keulang lagi, kenapa?
Ga ada yang tau kenapa semua itu terjadi, gaada yang bisa jawab
Bahkan gue masih bertanya-tanya, kenapa gue beda sendiri? padahal part itu udah diambil sama sepupu gue, tapi kenapa gue kecipratan juga? you know what i mean. dan lo tau kan siapa yang udah ngambil part itu? walau bukan sodara deket sih tapi bukannya hukumnya gitu? bukannya cuma satu orang? kenapa jadi 2 orang..
Oke mungkin itu gabisa gue pungkirin lagi, itu bukan rahasia lagi, tapi seenggaknya di SMA gue pengen gak kayak di SMP, gue pengen. tapi masalahnya kenapa ortu gue ga ngedukung? kenapa ortu gue malah ngejauhin gue? kenapa mereka malah nutup rapat-rapat soal gue? gue ini siapa? gue labil :')
Kalo ortu gue mau buka mulut mungkin sekarang gue ga perlu nanya kayak gini, kesannya gue meragukan adanya Allah..
Astaghfirullahaladzim :')
Apa gue kurang dewasa? apa gue terlalu kejauhan? bahkan temen-temen gue ga nanya kenapa dia dilahirin, mereka fine aja sama hidup mereka tuh (don't mention terasontime, itu sisi lain dari dunia, kawan. you'll explore what you've never seen:) )
It keeps bothering me, like a bee lives in my ears. I can't let myself free from these thoughts
Kalau gue dewasa nanti, apa iya gue bakal nemuin jawabannya?
Gue harap iya, tapi gue gamau jadi orang dewasa. orang dewasa itu jahat, mereka lebih mentingin dirinya sendiri, mereka gapunya sisi menyenangkan dalam hidup mereka. mungkin itu sebabnya mereka sering stress kali ya._.
Suatu saat gue percaya kalo pertanyaan gue diatas bukan retoris, pasti ada jawabannya :)
Amin..

Megane Senpai

Lo tau kan apa itu megane? yep, kacamata. dari kecil emang tipe cowok gue itu pake megane. di sekolah gue banyak yang pake megane tapi ada kakak osis yang bikin gue curious. makanya, kakak2 yang pake kacamata itu gue sebut Megane Senpai

Ada kakak osis namanya Adam. dia itu agak bences tapi hatinya baik :| pertama kali mos juga kayak ada magnet kecil dari si kak adam ini. mungkin karena dia memperkenalkan diri dengan bahasa jepang kali ya... hmmm. dia anak 12IPS, kelas berapanya gue ga tau. makanya gue ngasih coklat sama suratnya ke dia, karena osis cowok lainnya gue kurang srek gitu-,-

Yang kedua namanya Dio. Dia anak dance. roboticnya sih bagus, blockingnya dapet, cuma dance itu ga banget buat gue. yaaa lo tau kan gue trauma karena apa? :) anaknya sih kece, tapi sayang pendek._. (maaf banget loh kak maaf) ada jambulnya gitu. tadinya gue pengen ngasih surat sama coklatnya ke dia tapi gue agak gimanaaa gitu. oiya, dia kidal! lucu yaaaa :D

Terakhir namanya Rani, tapi dipanggilnya Kyora (yang ini cewek loh-,-). dari awal ketemu kak kyo itu..... kayak gue ketarik gitu aja sama charm-nya :| gue juga gangerti sih tapi (feeling gue loh ya..) kayaknya ini orang itu beda dari yang lain. sekarang gue juniornya dia (maksudnya junior dalam arti temen, gatau sih kalo dia nganggep gue temen juga :| tapi gue harap sih iya XD). dia ituuuu otaku loooohhh ah senangnya dapet senior otaku :') bahasa jepangnya juga normal (?) maksud gue, gue bisa paham apa yang dia omongin. walau ga se-master kak Adam (yaiyalah baru kelas 11 ca-__-) tapi dia bisa bahasa jepang :'). kita sama-sama teater, terakhir kali kita sharing itu jumat kemaren waktu gue guling2 sambil megap2 di pojok aula pas istirahat teater-___-" dia nanya "kamu kenapa" dan gue bilang "gapapa" padahal gue lagi ngedrop banget dan itu tiba-tiba, troll banget ga sih-___- yaaa lo tau kan kalo gue drop tiba-tiba gara-gara apa... kalo ga alergi yaaaa you know what i mean-,- ternyataaaaa kak kyo itu punya beberapa kesamaan sama gue (lanjutannya ada di diary :D). lucu-lucu anak teater itu, mereka semua punya cerita beda-beda. banyakan sih sedih tapi gue gamau ngungkit-ngungkit lah sendirinya aja gue kayak gini... /NO/ sekarang gue ngerti kenapa mereka masuk teater. menurut apa yang gue amatin sih ya, mereka itu gabisa lagi tahan cerita yang ada di otak, mereka pengen berekspresi, nuangin apa yang mereka pengen ledakin tapi gabisa, mereka benci rutinitas (aduh itu mah elo ca-_-). gue pribadi sih ingin lari dari kenyataan *salah* gue pengen lebih berekspresi lagi, gue gabisa nahan apa yang ada di otak gue lagi. intinya lelah :)

7/29/2012

Putih Abu-Abu


Eh lo mesti tau gue masuk ke SMA yang gue pengen GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA(><). Iya sekarang gue anak SixtySix15!!!!! Dan pas masuk gue keinget bu SM hahahahahahahahahahaha kenapa dia bisa bener terus sih hahhh gue bete tauuu dia gapernah salah apa ngeramal Щ(°°Щ) eh maapin aku bu SM hehehehehe(._.”). Berarti arti dari sukses UN tuh masuk ke SMA yang diinginkan dengan jerih payah sendiri toh... pantesan temen-temen gue yang masuk di SMA favorit-nya tapi pake bocoran ga dibilang sukses UN hmmmm(__-__). Lucu juga yaaaa hihihi :D
Otomatis gue pake rok putih abu-abu bruhh B). Temen gue Maya masuk SMK 57, Sultan masuk SMK 3 Percik, dan Fahri bareng gue masuk 66. Cuma gue berdua sama Fahri yang masuk sekolah reguler, Maya sama Sultan masuk SMK Rintisan Sekolah Bertarif Internasional, eh Bertaraf Internasional maksudnya :D yup SMK RSBI. Di Jakarta ada sih SMA RSBI tapiiiii gue gaboleh masuk situ. Gue juga ga minat sih karena kalo gue masuk situ mungkin gue udah setengah gila karena SMA RSBI yang deket rumah gue itu isinya anak pinter-,-
Di SMA 66 anaknya stylish semua, gue berasa paling culun tau ga-,- ceweknya behelan, cowoknya jambulan, dan gue? Gendutan-,-. Pertama kali MOPDB asli loh gue takut banget. Sebenernya gue maleeeeeeees ikut MOPDB tapi nyokap maksa ish 3-|. Kakaknya galak apalagi kak Savira L. Tapi gue tau sih dia sebenernya baik tapi tetep aja bikin ketakutan-___-“. Terus gue ikut eskul teater, TERASONTIME; TEATER ANAK SIXTYSIX ON TIME YEAHHHHHHH!!!!!! Sumpah asik banget ikut teras ga nyesel aaaaaaaaaaaa!!!! Semuanya kayak orang gila, bahkan kakak kerudungan juga ikutan gila eeeeee maapin aku kak kyora huuu sumimasenoooooo(.___.”). Intinya anak teater semua bebas berekspresi hihihihiJ. Alasan gue masuk teater supaya gue bisa nuangin isi kepala gue di teater, gue ga pernah bilang itu tapi mungkin mereka tau walau tidak tersurat huhuu. Yaaa lo tau isi kepala gue apaan kan? Bukan bokep!!!!-,- imajinasi yang imposibruhhh :DD
Di kelas 10 ini gue janji gabakal ngulangin kesalahan gue 3 tahun yang lalu. Gue gamau jadi anak yang dimarahin guru terus, yang jarang ngerjain pr, yang males sekolah gue ga mau. Gue mau jadi orang yang berguna, gue mau jadi apa yang gue pengen dan gue sadar itu semua ga segampang ngelempar hape ke kasur tanpa jatoh ke lantai kalo lagi emosi(?). Gue mau ngebuktiin, apakah bu SM bener lagi ngeramalnya apa dia Cuma mengada-ada kalo gue bisa sukses di umur 29. Yang jelas sih... gue ga terlalu percaya HAHAHAHAHA maapin aku bu SM jadi gamal00 :3

7/13/2012

Identity Leaked?



Oke pertamanya gue gugelicious, gue cuma pengen kasih tau gue adalah gugelicous
Pertama gue penasaran siapa sih omgugel itu? Dalam pikiran gue dia orangnya kharismatik, ngerti what a woman feels, but who is he? dan gue coba figure it out
Dia make avatar yang fotonya cuma setengah. yaaaa maksudnya biar ga ketauan siapa dia. tapi makin lama dia makin ceroboh dan gue berasa kenal sama itu orang. gue cari di google ttg omgugel dan... gue shock. fotonya itu mirip banget sama anak SMUN ** yang namanya ******. could that be possible? gue langsung tanya ke temen gue yang kebetulan mengagumi (yup correction dari si dia walaupun lebih consider ke suka :P) si ****** itu, dan pas gue kasih fotonya dia bilang "astaga chaaa ganteng! kamu dapet darimana? itu kak ****** kan?" (intinya gitu gue lupa dialog originalnya).gue jawab "bukan, itu omgugel...........". gue berdua shock dan kepo abis. gue ngomongin itu semua di twitter dan fb, and it seems someone stalked my twitter account. so i ended up the conv. and never talk about it anymore with my friend. behelnya, sipitnya, idungnya, terutama senyumnya! itu lengket banget sama si kak ****** di memori gue. entah gue gatau bener apa engga but i'm pretty sure about it

7/02/2012

To my beloved bestfriend

Singing the happy songs with sad expression
Share the warmth of the sun
Help the people with her pure heart
When the others try to dirt it


Life is a game
Once you fail, you can try it again
Never losing hopes, never stop dreaming
Try to fly with broken wings
Cut her legs, take her soul
Nothing can stop her but herself


Flow wherever the river goes
Just a small fish
Swimming through the rough river
With thousands mysteries above her head
Feeling curious, but never dare to prove
Never know she could be the brightest star
Only if she dare to take the risks


Smart enough to judge, but easily can trust
No broken bones, no torn skin
Hand everything she got to help others
But fooled in the end


Only few who want to help her stand
Back to the black notes
Minor and Mayors
All blended together
Singing the happy songs with sad expression

The boy who shouldn't be named

Once I met a boy
Yellow skinned with black hair
Run along the corner
Smart enough to mature, strong enough to survive
But his heart isn't as strong as his body
Karma is not the answer, revenge is
Leaving scars to worn out dolls
Stared them with sadness, treated them with evil
Sugar coated the bitter core


No one knows what was his purpose
But I know, somehow he has his own answer
Although no one could understand
Never moan, never cried
Fear the light, brave the dark
Bury the hopes, bury the dreams


Like a mirror
Reflects everything
Telling the truth
Instead of fakes


Once I met a boy
Just a boy..
Happily tagging along the sad ones
While his heart crying so hard

6/25/2012

Ganesha Operation Cinere

Lo tau ga? gue kan bimbel di GO ya, pertamanya gue pikir GO itu anaknya alim alim, secara bimbel terpandang kesuksesannya. namun opini gue dirobohin sama anak anak 603 terutama si JACK. HUAAAAAAAAAAA ngakak loh :D
sebelum gue masuk kelasnya si jack (603) gue masuk kelas 602. 602 bisa dibilang seru, mereka anaknya kooperatif, tapi kalu ada maunya individualis. itu yang gue sebelin. pertamanya gue cuma kayak batu apung di atas kali ciliwung, ngambang, diem, dan ngikutin arus. Karena schedule gue yang padet maka dari itu gue pindah hari ke jumat sabtu, 603. and the stories begin
Pertamanya sama, gue cuma jadi batu, cuma kali ini batu cadas yang susah ngikutin arus. yaa biasa, namanya anak baru perlu penyesuaian. gue sekelas sama sowok yang pernah gue suka, sama orang yang dulu dan sekarang temen gue, dan mahluk yang ga jelas jenisnya; anggi, ayu, zahra, dan indah. walaupun mereka jenisnya pada ga jelas, tapi mereka yang paling ga jelas adalah anggi. hahahaha miss the moment :D
Oiya gue udah bilang kan gue orangnya susah menyesuaikan diri?
Yaaa gue sadar kok, gue bukan manusia sempurna, bytheway i like the way i am :)
Oke gue di situ dari awal... umm... oktober 2011 kalo ga salah, dan temen gue pertama kali di 603 itu si monic sama lutfan hahahaha :D lalu mulai dari nita, sinta, anak jkrs semua gue cobain (?) kecuali laras hahaha._. dari awal masuk itu kelas emang gue ga suka sama itu orang, dari cara ngomongnya, cara jalannya, cara dia bertingkah, semuanya. tapi dia ga jahat sepenuhnya sih.-. entah kenapa dia ngaku punya cowo dari new york dengan bangganya. gue sih... ga percaya banget hahaha dari cara ngomong pake bahasa asing (read: bahasa inggris) udah ga jelas. well bukannya gue sombong tapi gue tau lah dari grammar-nya dari pronouncing-nya gue ga yakin... cuma ga yakin-___- bukan cuma itu aja, dia udah (mungkin) fitnah kita semua dengan indah. gue gatau mana yang bener, but it had made us all upset
Okeeee lalu ada kejadian apa aja pas gue di 603? BANYAAAAAAK AAAAA KANGEN :') gue gila-gilaan, ngalusin, kepoin, semua adaaa. bukan gue doang tapi kita semua! waktu main tod pas pelajaran bahasa dari kak UH itu seru banget aaahhhh <3
And unfortunately ada kejadian ga enak juga bung-_-
Well, sebenernya this is my first time mengamati kesurupan massal wakaka jadi agak shock aja padahal sih biasa aja._.
Ya gitu deh hahahaha kunti ajaib dalangnya :3
Sengaja ga di ceritain karena takut ada apa-apanya hihihi :D
Sorry guys, yang jelas ada kesurupan massal ajahh

603 GANESHA OPERATION ROCKS

Answers and Questions


Answers and Questions

Yoooo disini gue dan si caca akan menjawab pertanyaan temen-temen hihihi barangkali aja kan gue jawabnya asal atau mungkin pas sesi caca dia jawabnya ganyambung? Kali ini kita bakal jawab semuahhh :DD

Question 1:
Kenapa kalo temen-temen pada mau ke rumah lo pada gadibolehin?
A:      Yaduuu pertanyaan itu._.
          Bukannya ga boleh, yang namanya rumah gue itu restricted areanya banyak *hoalah* malesnya adalah kalo bawa temen ke rumah urusannya panjang kalo ada bokap. Terakhir kali gue bawwa temen ke rumah waktu sd kelas 4 dan dia ga pernah ke rumah gue lagi. Jadi kalo lo berurusan sama bokap gue, gue angkat tangan aja._. terus kalaupun ke rumah gue juga ga bisa ngapa-ngapain. Mau main? Paling main boneka, main game Cuma dibolehin sesi liburan aja, sabtu minggu pun ga boleh-___-

Question 2:
Kenapa lo aneh?
A:      Kalo itu mungkin sifat caca tapi mungkin gue juga iya sihh.-. gue juga kurang ngerti sama itu orang, udah sensitif, jahat, galak nyeh kaga jelas dah tiap hari pms mulu-_-
Lahhh?-_____-
Seumur hidup gue ga kayak gitu deh. Mungkin iya sedikit tapi seenggaknya gue lebih normal daripada si jack hahahahaha
Oiya ini caca J

Question 3:
Kenapa caca ga asik orangnya?
A:      Yang ngomong begitu mungkin gabisa ngaca J
          (read: fitnah)

Question 4:
Apa bedanya caca sama jack?
A:      Bedanya mungkin ga terlalu banyak tapi kita berdua alter egonya si missabnormal hahaha
          Bedanya adalah... CACA NGESELIN GUE KECE HUAHAHAHAHAHA
(read: jack fitnah)
          Kalo caca itu sifat lamanya si missabnormal, dia cenderung lebih kalem, kalo si jack dia baru-baru aja ketemu sejak tahun lalu, dia cenderung lebih seneng ketawa, hihihihiJ

Question 5:
Kenapa nama twitternya missabnormal?
A:      Biar gampang diinget dan.... I hate normal ;D
          (read: liat aja orangnya kayak apa._. *plak*)

Question 6:
Rumah lo yang mana deh? Hijrah mulu, kadang main di graha, di griya, di cakra, yang bener yang manaaaa Щ(°▲°Щ)

A:      Rumah gue yang asli di cakra, tapi gue seneng ngebolang sendiri ke rumah bude-pakde gue yang kebetulan rumah gue selalu sepi._.

Question 7:
Emangnya lo beneran avatar yah?
A:      Laaaaaahhh.________.
          Yang namanya avatar itu pengendali keempat elemen dunia kan ya? Berarti gue bukan dong-_____- salah tanya tuhhh *plakk*
          Mungkin dari gue bertingkah juga keliatan :D

Question 8:
Gimana ceritanya bisa jadi korban php?
A:      Next question please *uhuk*

Question 9:
Kenapa lo seneng banget ngeledek anak cadel dan anak indigo? Kayak nita misalnya?
A:      Kalo nita itu........... Karena dia enak diledekin XDD *digorok bu erni*
          Tapi ketahuilah, gue ngeledekin ada kodenya, bukan asal cari jokeJ

Last question:
Apa cita-cita lo, dan motto lo?
A:      Cita-cita gue itu sebenernya pengen jadi sastrawan Inggris tapi psikolog kayaknya enak juga cuma bisa stress gue ngelawan orang kelainan jiwa-_-
          Sebenernya motto gue sih simple, stab or stabbed, eaten or escape, play or played, semua di dunia ini itu ada maknanya. Orang diciptakan buat survive, kadang temen sendiri pun bisa jadi musuh kita suatu saat. Dan yang terpenting, knowledge beyond everything, but behaviour beyond knowledge, ngerti ga? Pengetahuan di atas segalanya, tapi akhlak diatas ilmu hehehe :D ga ngerti yah? Yaudah deh-..-


One of UFO occupants