Perempuan mana yang tidak ingin terlihat sempurna? Bahkan mungkin tidak hanya kaum hawa saja yang ingin menjadi sempurna, kaum adam pun ikut berlomba-lomba menuju suatu puncak dimana mata memandang kagum dari ujung helai rambut hingga ujung jari kaki. Memang butuh waktu untuk menjadi sempurna, namun untuk mempertahankannya lebih melelahkan dan menyakitkan. Aku merupakan salah satu dari sekian juta perempuan yang berusaha untuk meraih kriteria sempurna, dan ini kisahku
Memang melelahkan untuk menjadi sesuatu yang bukan seperti apa yang semestinya kita. Terkadang, ingin kulepas semua cat dan topeng yang menempel pada wajahku, namun dengan alasan sosial yang harmonis aku rela bertahan hingga aku menemukan ujungnya, sebuah akhir akibat waktu yang terus menggerogoti topeng ini. Aku tidak menyalahkan mereka yang membenciku, itu hak mereka. Namun jangan salah, aku juga memiliki hak untuk membenci kalian, namun aku memilih untuk menguburnya baik-baik hingga aku sendiri yang memutuskan untuk mengeluarkannya kembali dengan kondisi terbakar api abadi. Entah karena trauma akan masa lalu atau tuntutan akan hidup yang membuatku begini. Semakin lama aku semakin menguasainya, dan aku sadar sama halnya seperti kupu-kupu, aku bermetaforfosa menjadi wanita seutuhnya. Dan aku sadar, umur kupu-kupu tidak lebih dari satu bulan
Setiap orang mempunyai angan dan mimpi, dan setiap orang memiliki angan dan mimpi yang beragam. Mimpiku adalah bumi menjadi tempat yang damai dan aku sebagai pemimpinnya, keren bukan? Aku menyukai tantangan, dan aku yakin setiap awal memiliki akhir dan setiap akhir akan bertemu dengan awal yang baru. Jalan menuju sukses memang tidak mudah, banyak lubang dan kerikil yang siap menjatuhkanku kapanpun di saat aku lengah. Sempat aku ragu karena ujung yang aku cari tidak kunjung tampak, namun dorongan dari orang sekitar membuatku terus bersemangat hingga aku melewati garis akhir. Tentu saja dorongan yang mereka berikan tidak semuanya bersifat negatif. Apapun yang mereka katakan padaku, akan kubuktikan kalau mereka salah dan akan kalah di kemudian hari
Sempat aku bertanya, normalkah aku? Mengingat usiaku yang bisa dibilang belia aku sudah memikirkan hal yang tidak semestinya dipikirkan oleh sebayaku. Di atas tanah ini aku menemukan banyak orang yang tidak biasa. Mereka yang mencari jalan dan solusi hidup sendiri. Mereka yang dianggap tidak waras dan sulit di terima di lingkungannya. Mereka, yang mungkin, bernasib sama sepertiku. Entah apa yang Tuhan rencanakan namun aku bersyukur atas segala yang dilimpahkan-Nya. Semakin berkurang umurku semakin jenuh kepalaku akibat apa yang kumiliki, namun tetap saja semua ini bagai bantal tidur yang nyaman
Setiap hidup itu pilihan, entah bangkit dan berusaha atau jatuh dan menyesal
-K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar