Untuk ibuku, dan untuk semua ibu yang ada di dunia ini.
Selamat hari ibu sedunia, kalian adalah wanita terhebat yang pernah ada
...
Aku yakin kau menyembunyikan rasa sayangmu dibalik kebencian
yang selalu kauperlihatkan padaku. Ketahuilah anakku, aku menyayangimu lebih
dari apapun, dan aku tak membutuhkan apapun agar kau menyadarinya
Aku ingat saat aku merasakan tendangan kecil dari perutku, kau menggeliat kesana kemari dan bisa kurasakannya dengan jelas, sangat jelas. Dulu kau anak yang hiperaktif, selalu saja menyulitkanku tidur. Namun, semua itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak akan pernah tergantikan. Walau aku belum dapat melihatmu dan menggenggammu dengan tanganku, namun aku dapat melihat dan merasakan keberadaanmu lewat mata hati ini
Aku juga ingat disaat kau menghirup udara bebas dunia ini untuk pertama kalinya. Rasa sakit yang menerjang saat aku berusaha untuk mengeluarkanmu hilang akibat suara tangisanmu. Jeritanmu yang lantang membuatku lega sekaligus haru, tak ada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan disaat aku melihatmu untuk pertama kalinya. Wajahmu mirip sekali dengan wajahku, sejak hari itu aku berjanji agar melindungimu dari segala marabahaya yang akan mendatangimu
Perkembanganmu sangat cepat, anakku. Bahkan aku sendiri tak pernah sadar bahwa kau bisa tumbuh sebesar ini. Waktu memang cepat berlalu dan aku semakin menua. Aku senang saat aku mendengar kata pertama yang keluar dari mulutmu, aku senang saat aku melihat dirimu berusaha berjalan walau berulang kali kau terjatuh, aku senang segala sesuatu tentangmu, anakku
Saat kau mengenakan seragam untuk pertama kalinya jantungku
berdebar kencang, tak kuasa menahan tangis haru bahwa kau sudah menginjak
bangku sekolah. Mungkin memang sudah saatnya aku melepasmu untuk belajar hal-hal
yang baru, mengeksplorasi segala sesuatu tentang dunia ini
Hatiku hancur saat aku melihat luka lebam di pelipis kirimu. Kau terlihat begitu trauma setelah kejadian yang membuatku syok. Dasar anak-anak berandal, selamanya aku tak akan pernah memaafkan mereka yang telah berbuat keji padamu. Sempat aku ingin menarikmu dari sekolah, namun ayahmu meyakinkanku bahwa kau akan baik-baik saja. Aku menuruti kata-katanya, walau batinku merasa tidak enak. Benar firasatku, semakin hari kau semakin pendiam dan aku mulai mencium hal yang tidak beres di sekolahmu. Lagi-lagi mereka mengusikmu dan bertindak kasar padamu. Lega rasanya saat anak-anak berandal itu dikeluarkan dari sana, tidak ada yang akan mengganggumu lagi anakku. Kau akan selalu aman dalam pelukanku
Di usia remaja ini kau semakin sering marah, emosimu sering meledak tak terkendali. Aku tahu kau marah besar padaku. Aku selalu saja melarangmu untuk berbuat ini itu, tidak membebaskanmu untuk menjelajahi dunia ini. Dengarkanlah anakku, aku takut bila hal buruk menimpamu, aku tak ingin kehilanganmu, itu saja.Kau adalah hartaku satu-satunya, kumohon mengertilah anakku.. Aku tak pernah menyangka bila kau akan tumbuh besar sebagai seorang yang pemarah. Aku takut, sangat takut. Banyak hal di luar sana yang bisa membahayakanmu, banyak hal di luar sana yang dapat mempengaruhimu, aku hanya takut bila aku tak bisa memelukmu lagi
Suatu malam saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku tak melihat keberadaanmu di rumah. Aku khawatir, bahkan rasa khawatirku mungkin dapat membunuhku saat itu juga. Tanpa kabar kau pergi dan tanpa kabar pula kau pulang. Ayahmu berulang kali mencoba untuk menghubungimu, namun hasilnya nihil. Saat aku mendengar ketukan pintu dari luar aku langsung berlari, berharap bahwa yang datang adalah dirimu. Benar, kau pulang dengan keadaan lemah, lalu kau terjatuh dalam pelukanku. Apa yang terjadi? Aku tidak melihat sosok anakku yang kukenal, yang kulihat hanyalah manusia yang kacau di hadapanku. Namun tetap saja, kau adalah anakku dan aku tetap akan menyayangimu. Ayahmu terlihat sangat murka, wajahnya merah padam dan emosinya meledak hebat. Kau hanya dapat terdiam, membungkam diri dari hujan pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahmu. Aku merekam segalanya, tak sanggup berkata-kata dan berkomentar tentangmu. Tetes air mata mulai membasahi tanah, hatiku hancur, tubuh ini lemas tak dapat berbuat apa-apa. Apa yang telah terjadi, anakku?
Sekarang kau tidak lagi berseragam sekolah, yang aku lihat adalah anak manusia yang telah dewasa. Aku mulai melihat perkembanganmu akan ketertarikan lawan jenis. Berulang kali aku melihat wajahmu berseri-seri sehabis menelpon temanmu yang tak kukenal, berulang kali juga aku melihatmu menangis akibat bentakkan dari temanmu yang kudengar telah menjalin hubungan denganmu. Kuatlah anakku, cinta tak seburuk itu
Baru pertama kali kau membawa teman sepermainanmu ke rumah, mengenalkannya padaku dan ayahmu. Dari raut wajahmu aku dapat melihat kau sangat bersemangat, yakin bila ia adalah orang terpilih untuk menjadi pendamping hidupmu. Aku bahagia karena telah melihat kebahagiaan yang melanda anak semata wayangku, namun hati kecilku berteriak kencang karena takut kehilanganmu, takut bila kekasihmu membawamu pergi dan tak akan pernah mengizinkanmu bertemu dengan wanita tua yang sudah mengasuhmu puluhan tahun lamanya
Hari itu tiba, kau menikahi kekasihmu yang waktu itu kau kenalkan padaku. Rasa haru bercampur bahagia mewarnai hatiku. Maafkan aku yang hanya dapat menyumbangkan sedikit uang untuk membiayai pesta pernikahanmu. Kerja kerasmu terbayarkan sudah, kini hari yang kau nanti-nantikan datang, hari itu milikmu sayangku. Selamat menempuh hidup baru bersama kekasihmu..
Rumah terasa sepi tanpa gelak tawamu, aku dan ayahmu hanya bisa mengurus satu sama lain dan mengenang masa-masa dimana aku masih menimangmu. Rasa rindu membuat hatiku sedih, aku sangat rindu padamu, anakku. Kembalilah pulang, kembalilah pulang...
Tubuh ini semakin kecil dan semakin lemah. Tak terhitung berapa usiaku saat ini, helai demi helai rambutku memutih. Bisa kulihat wajah jelek dalam cermin saat aku berdiri di depannya karena kerutan dimana-mana. Aku memutuskan untuk berbaring, tidur dalam jangka waktu yang lama.. Lama sekali hingga mata ini tak dapat lagi terbuka. Kulihat wajahmu basah akibat air mata yang tak terbendung, melihatku yang tak lagi bernafas. Maafkan aku bila ibumu tak pernah mengasuhmu dengan baik, selamanya aku mengutuk diriku atas perbuatan-perbuatan yang telah menyakiti hatimu. Kuharap kau bahagia selamanya dengan kekasihmu, ibu akan tetap mengawasi dan menjagamu dari atas sini. Jika kau merindukanku pejamkanlah mata dan rasakan keberadaanku dengan mata hatimu, karena hanya itu yang dapat menghubungkan kita kembali, sama seperti saat dimana kau masih ada di dalam perutuku. Aku pulang, anakku. Aku harap kita dapat bertemu kembali di suatu tempat dimana kita tak akan pernah berpisah dan saling berpelukan, menjaga satu sama lain. Jangan sedih, karena aku tak suka melihatmu berlinang air mata. Lihatlah aku yang tertidur di awang ketenangan, jagalah dirimu baik-baik.. Aku mencintaimu lebih dari apapun, selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar