Ini cuma sekedar wacana sih, sekedar wacana
Saya suka bingung sama orang-orang di sekitar saya. Kadang mereka begitu menginginkan kematian yang katanya damai dan terhindar dari segala masalah. Padahal, kalau saya baca di Al Quran setelah meninggal malah masih harus berurusan dengan-Nya? Justru menurut saya itu masalah, toh kan kita nggak pernah tahu dosa dan pahala kita seberapa, kalau dosa kita lebih banyak gimana? Saya sih paling takut berurusan sama Yang Di Atas
Di sekolah juga saya dicap sebagai manusia terbijak, padahal muka kayak gini dimana bijaknya? Ah yasudahlah saya gak mau basa-basi, langsung saja pada pokok pembahasan
---------------------------
Rintik hujan menggenangi lapangan, gemuruh petir menggema dalam telinga. Aku hampir tidak bisa tidur saat itu, padahal mataku sudah setengah tertutup. Kantuk yang menjeratku begitu menyiksa, terlebih didukung oleh udara dingin dari luar dan kelas yang membosankan. Kala itu jam pelajaran matematika
Perlahan-lahan kelopak mataku turun dan menutup mata ini, membuatku melayang dalam dunia mimpi. Mimpi yang kualami sangat aneh, mengingat banyak pecahan kaca dimana-mana dimana-mana dan kobaran api yang ganas membakar habis segalanya. Seorang wanita terkulai lemah di lantai. Rambutnya terurai panjang, wajahnya begitu cantik, ia nampak sedang kebingungan dengan mata yang setengah terbuka. Namun, setelah diperhatikan ada yang salah dengannya. Dari pelipisnya mengalir darah, menodai lengan kausnya yang panjang, lebam dimana-mana. Kemudian alur berubah menjadi mundur, wanita itu kini tidak mengucurkan darah dan bersih dari lebam. Terlihat ia sedang berjalan dengan anak kecil. Wajahnya sangat familiar dengan ingatanku. Mereka terlihat bahagia berdua, namun tiba-tiba segala sesuatu berubah. Sekumpulan laki-laki masuk dalam bangunan itu membawa senjata-senjata tajam. Salah satunya membawa alat peledak kemudian melempari seluruh sudut bangunan dengannya. Semua orang berteriak lalu kemudian wanita dan anak kecil itu terpisah satu sama lain. Rupanya, wanita itu adalah ibu dari anak kecil tersebut. Ia memanggil-manggil nama ibunya namun semua terlambat, api menghanguskan semuanya termasuk anak kecil itu
Terdengar suara-suara yang memanggil namaku, aku kemudian terbangun dan dikejutkan oleh wajah angkuh guruku yang sedang berdiri persis di sampingku. Sambil bersungut-sungut aku kembali bangun dari tidurku dan berusaha untuk konsentrasi dalam pelajaran. Di satu sisi aku kesal karena guruku yang membangunkan tidurku (walau aku tahu aku salah namun mebangunkanku dari tidur adalah hal yang tidak bisa ditolerir) namun di satu sisi aku lega karena akhrinya mimpi aneh itu berakhir. Aku memutar otak mengapa aku samapai bisa bermimpi seperti itu, mungkin hanya halusinasiku? Entahlah, yang jelas aku mengenal wajah anak kecil itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar