Tidak ada yang spesial, aku hanya suka ketika aku menengok ke belakang dan melihat diriku yang lama. Begitu jelek, bau, dan memalukan. Namun demikian aku senang sekali karena diriku yang dulu lah yang dapat membawaku hingga saat ini. Aku yang dulu merupakan bagian dari keberhasilanku saat ini.
Aku tak membicarakan keberhasilan materi, aku membicarakan tentang keberhasilan secara psikis.
Aku berhasil bahagia, aku berhasil keluar dari kebimbangan menentukan masa depan, aku berhasil melewati masa remaja yang sulit.
Selamat ulang tahun, Nisa. Meski hari ulang tahunku terjadi dua bulan yang lalu, anggap saja aku sedang berulang tahun saat ini karena aku baru saja menerima KTP.
Tidak bisa dibilang lepas dari masa remaja sepenuhnya memang, namun aku sudah menginjak anak tangga yang lain. Agak dingin dan berbatu.
Mungkin anak tangga di atasnya lebih dingin dan kasar.
Doakan aku ayah, ibu, anakmu sebentar lagi menjadi wanita dewasa.
11/09/2014
10/11/2014
Tiga Tudung Raksaksa
Lihatlah mereka yang berkerumun di bawah pohon raksaksa
Bermain dan bernyanyi di bawah terik matahari
Menggunakan pakaian merah dan kuning, tertawa
Suara tawa mereka aneh
Wajah mereka dipoles dengan riasan yang aneh pula
Lihatlah mereka yang berkerumun di bawah rumah raksaksa
Berbicara dan berdiskusi tentang awan-awan yang bergerak
Terlihat sibuk dan rumit, berteriak
Suara teriakan mereka aneh
Jiwa mereka dipahat dengan bentuk yang aneh pula
Lihatlah mereka yang berkerumun di bawah tenda raksaksa
Tertidur dan melamun melihat titik-titik hujan turun
Tak ada beban, statis
Mereka tak bersuara, aneh
Tubuh mereka berdiri dalam posisi yang aneh pula
Tubuh mereka berdiri dalam posisi yang aneh pula
Di atas sana ada dewa
Entah satu atau lebih
Memandangi mereka yang terhalang dedaunan, atap, dan terpal
Maka dewa buatkan matahari, awan, dan hujan
Agar mereka sadar dewa ada di atas sana
Meski tak terlihat dari balik dedaunan, atap, dan terpal
Yang sibuk tertawa, berteriak, dan tidur
9/22/2014
Doraemon Dan Labirin Kaleng
Suatu hari aku menonton film Doraemon dan Labirin Kaleng.
Duduk melihat gambaran abad 22 versi dunia Doraemon, sungguh lucu. Manusia
membuat robot yang bentuknya sedemikian rupa mirip seperti manusia agar dapat
berfungsi layaknya manusia, untuk membantu pekerjaan-pekerjaan manusia. Lalu
seorang ilmuwan membuat robot yang lebih canggih daripada robot-robot lainnya,
robot yang dapat berpikir dan bekerja selayaknya ilmuwan, memiliki nafsu
selayaknya manusia yang diciptakan untuk membantu sang ilmuwan bekerja dalam membuat penemuan-penemuan
baru, bahkan mungkin robot baru. Robot itu kemudian berubah menjadi
jahat karena terlalu sempurna.
Ia diciptakan dengan akal, ia ingin menguasai dunia, memperjuangkan kasta robot yang bukan sekedar
pembantu manusia. Ia
lalu menciptakan teknologi
untuk manusia yaitu sebuah alat transportasi yang membuat manusia tak perlu
repot-repot berjalan,
bernapas, bahkan buang air besar lagi. Manusia menjadi bergantung pada
alat tersebut dan membuat mereka lumpuh karena tak pernah lagi menggunakan
kakinya. Selagi robot jahat
tersebut mulai mencuri kekuasaan-kekuasaan di kota-kota dan negara-negara, para
manusia diculik dan dimusnahkan.
Cerita dimulai saat Nobita menemukan koper misterius yang
ternyata isinya adalah portal menuju Dunia Kaleng. Melalui portal, Nobita dan
Doraemon menjelajah Dunia Kaleng yang indah dan modern, hingga mereka melihat
masalah besar yang melanda Dunia Kaleng. Merasa kemanusiaan dalam ancaman,
Nobita dan teman-temannya berani berjuang melawan robot ilmuwan jahat tersebut untuk kebenaran.
Sang Pencipta dikhianati oleh ciptaannya sendiri.
Alkisah hiduplah seorang manusia dengan kecerdasan di atas
rata-rata. Pada zaman itu ia hidup dalam ketidakadilan dan justifikasi
kaum-kaum barbar. Lalu, ia mengaku bahwa ia mendapat pencerahan yang
disebut-sebut datang dari atas langit, suatu tempat yang tak bisa orang raih.
Ia datang dengan peraturan baru, menyeimbangkan kebenaran dan keburukan,
memperbaiki kerusakan yang dibuat oleh manusia pada masa itu. Perjuangan yang
ia lakukan sangat berat karena hanya ia dan sahabat-sahabatnya sendiri yang
dulu melawan peraturan yang sudah dipercaya oleh orang-orang ratusan tahun
lamanya. Kaum minoritas melawan kaum mayoritas. Orang itu bernama Nabi.
Nabi
bukan orang biasa, melainkan orang dengan spiritualisme tinggi. Dikatakan dalam
cerita bahwa ia dapat berkomunikasi dengan mahluk-mahluk yang tak semua orang
dapat lihat, menelaah misteri kematian, bahkan berkomunikasi dengan
penciptanya, pencipta umat manusia. Ia berkata manusia diciptakan oleh zat tunggal
yang berkuasa atas segala isi dari alam semesta, awal dari segala awal, akhir
dari segala akhir, yang paling
sempurna dari yang paling sempurna, mahluk adidaya. Ia disebut Tuhan.
Membangunkan orang dengan suara saja tidak cukup. Nabi butuh
alat lain untuk menyadarkan orang-orang bahwa apa yang mereka percaya selama
ratusan tahun adalah keliru. Ia mendakwahkan firman Tuhan yang akan hanya
tertanam pada memori pendengarnya. Akhirnya, muncul dokumentasi dari
firman-firman Tuhan berupa bukti fisik agar peraturan Tuhannya dapat hidup
hingga puluhan atau ratusan tahun kedepan. Dokumentasi itu disebut Kitab.
Untuk
apa aku mematuhi “firman Tuhan”-mu kalau “firman Tuhan”-ku lebih menguntungkan
diriku? Untuk apa aku mengikuti peraturan baru bila peraturan lama ini sudah
membudaya, mendarah daging dari zaman nenek dari nenekku hidup, yang dipercaya
selama ratusan tahun? Bagaimana aku percaya bahwa apa yang kau katakan adalah
benar, sedangkan apa yang kupercaya adalah salah?
Turunlah sesuatu yang menjanjikan keuntungan bagi
orang-orang yang mengikuti peraturan baru sang Nabi, suatu konsep yang tak
pernah terpikirkan oleh manusia manapun. Barang siapa yang meninggalkan ajaran
lama (yang merupakan adat buruk) maka akan dijanjikan kehidupan yang tentram
dan damai setelah kematian. Namun, bukan hadiah atas perilaku baik yang lebih
menarik perhatian melainkan hadiah atas perilaku buruk. “Barang siapa yang menentang ajaran Kami, maka akan menjalankan
hidup setelah mati dengan sangat sengsara. Ia akan ditempatkan pada tempat
dengan api abadi, di mana manusia sebagai bahan bakarnya. Di sana kalian akan disiksa dengan berbagai jenis siksaan pedih yang
kekal”. Pada masa itu manusia percaya adanya kehidupan setelah kematian. Konsep
hadiah atas amalan baik dan buruk, serta dunia setelah kematian disebut Surga
dan Neraka.
Nabi berhasil menyeimbangkan yang baik dan buruk. Nabi
berhasil menyebarkan virus kebaikan, berdasarkan firman Tuhan. Peradaban
manusia berubah menjadi damai dan lebih baik dari sebelumnya. Ajaran baru, era
baru dimulai saat itu.
Waspadalah terhadap Nabi lain setelah aku.
Beratus tahun berlalu, Nabi sudah lama mati namun ajaran
Kitab tak pernah hilang. Sebuah warisan dari seseorang yang pernah
memperjuangkan keadilan, sebuah warisan dari seorang pahlawan. Manusia banyak
berkembang, manusia banyak berubah, memperbaiki diri dan memperbaiki peradaban
untuk kehidupan yang lebih baik. Lalu tiba di suatu titik di mana Kitab mulai
dipertanyakan. Seiring waktu berubah, banyak hal yang bertentangan dengan
Kitab, banyak penemuan yang tak disebutkan dalam kitab. Manusia kembail hidup
dalam tanda tanya seperti anak
ayam kehilangan induknya. Lalu, bagaimana mereka kembali
hidup pada jalan yang lurus, sedangkan ajaran Kitab kini mulai tak sejalan
dengan peradaban? Tiada Nabi lain yang lahir, tiada Nabi lain yang akan
menyelamatkan mereka. Apa yang mereka percaya selama ratusan tahun kini
tak berguna bagi hidupnya karena peradaban telah bermetamorfosa terlalu jauh
dari dasar kebaikan yang dikatakan Kitab. Satu persatu manusia mulai
meninggalkan ajaran Kitab. Meski sulit, namun mereka mencoba berdiri di atas
kaki sendiri. Tiba masanya manusia hidup dengan pedoman dan prinsip hidup
secara individual.
Apakah Kitab yang sudah lama kita percaya itu benar? Apakah
Kitab yang ada saat ini asli? Mengapa hidup dapat berubah jauh dengan ajaran
Kitab, sedangkan dasar dari kita hidup sendiri adalah Kitab itu sendiri?
Apakah Nabi berkata benar, bahwa peraturan baru yang ia bawa
saat itu merupakan firman Tuhan?
Dapatkah Manusia mencari kebenaran dari pikirannya?
Nobita dan Doraemon menelusuri Labirin Kaleng untuk mencari kebenaran.
Orang-orang mulai gelisah, lalu munculah Nabi-Nabi baru yang entah asalnya dari mana, yang berkata bahwa mereka telah berkomunikasi dengan Tuhan, yang berkata bahwa mereka membawa firman Tuhan yang baru untuk hidup lebih baik.
Namun, apakah para manusia memercayai para Nabi itu?
Waspadalah terhadap Nabi...
Waspadalah terhadap Nabi...
Tentu tidak.
Manusia muak, manusia tak percaya lagi pada para Nabi.
Mereka lebih percaya pada diri mereka sendiri. Beratus tahun lamanya mereka
percaya ajaran Kitab, tiba era di mana segalanya menjadi bertentangan dengan
“firman Tuhan”, era saat para manusia modern itu hidup. Manusia bersama-sama
bersatu, berunding untuk membuat peraturan baru yang tidak berbentuk ajaran,
yang dapat diganti seiring perkembangan zaman, berdasarkan dari kesalahan yang
telah mereka pelajari. Kini, Kitab hanya buku dongeng bagian dari sejarah.
Jangan sudahi cerita kita dulu, masih ada yang perlu
dibahas.
Kalian tahu pareidoila apa ini, kalian bisa menghubungkan
cerita ini ke cerita lain, dari titik satu ke titik lainnya. Rasa sakit mulai
menjalar di pipi kalian, realita begitu menyakitkan bukan? Aku tak bicara bahwa
cerita itu adalah cerita yang kuselewengkan dari realita yang ada. Manusia di
era sekarang terbagi atas dua tipe, manusia yang masih percaya dengan Kitab dan
manusia yang tidak. Bagi kalian
yang masih percaya Kitab, bersyukurlah kalian akan menerima Surga setelah mati
nanti. Namun bagi kalian yang sudah tidak percaya Kitab lagi, mari kita
sama-sama diskusikan apakah hidup setelah mati itu benar-benar ada?
Bila Kitab memang benar berisikan firman Tuhan, berarti para
Manusia tidak percaya pada Tuhan mereka lagi bukan? Zat yang menciptakan
Manusia, Alpha dan Omega, yang
paling sempurna dari yang paling sempurna, mahluk adidaya?
Sang
Pencipta telah dibangkang oleh ciptaannya.
Doraemon Dan Labirin Kaleng.
8/03/2014
Serius Sebentar. Acak
Pukul tiga dini hari. Ditemani segelas teh hangat dan
gemuruh dengkuran Aksel, kucing peliharaan.
Saya memang tidak menyukai kopi. Kopi itu pahit. Sesuatu
yang tidak dapat saya atasi. Saya memang ingin hidup enaknya saja, segelas teh
dengan dua bongkah balok gula.
Semakin aku tahu semakin aku bodoh. Semakin aku berusaha
berpikir semakin aku merasa tidak berkemampuan untuk mencerna. Semua data,
tulisan, kalimat kubaca tapi tak kumengerti. Mungkin mata ini lelah, mungkin
mata ini butuh kaca mata baru, mungkin penyakit disleksiaku semakin parah.
Entahlah, keimanan bukan sesuatu yang mudah untuk dibahas.
Rakyat Indonesia sedang gemar membicarakan iman. Bukan dia
yang suka mencuri mangga tetangga, bukan. Namun topik yang tak pernah basi
untuk diperdebatkan. Yang merasa benar melawan yang juga merasa benar. Semua
bergargumen, saling bertukar pikiran, dan terkadang berujung cacian lalu baku
hantam. Kepercayaan kuno yang tidak sejalan dengan teori baru dianggap fiksi
oleh sebagian orang dan mereka para ilmuwan dianggap balita yang tak tahu apa-apa.
Sungguh, aku cinta homo sapien.
Dalam Islam, saling mengingatkan untuk kembali ke jalan yang
dibenarkan Islam adalah wajib hukumnya untuk sesama umat muslim. Sama seperti
agama lainnya, agama yang berkiblat pada keesaan tuhan. Namun, keimanan adalah
hak privasi. Terlahir Islam bukan berarti hidup Islam di usia dewasa. Semua
terserah masing-masing individu. Keimanan memang hak privasi.
Bagi sebagian orang, akan kebingungan bila hidup tanpa pegangan. Sedangkan
mereka yang merasa bisa hidup sendiri bebas terbang walau liar. Tidak setiap
individu itu sama, dalam suatu kelompok pasti anggotanya memiliki kapasitas
berpikir yang berbeda. Kesamaan dalam hal tertentu membuat mereka terikat dalam
suatu kelompok dan menjalankan misi mereka masing-masing yang disebut-sebut
“Guna menyadarkan umat manusia”.
Banyak orang mulai belajar untuk membuka pikirannya.
Keterbukaan pikiran membuat banyak hal yang masuk ke tubuhnya, termasuk virus.
Namun tidak hanya virus. Vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya juga
berdampingan dengan virus dan parasit ikut masuk menginjeksi pikiran banyak
manusia. Terlebih teknologi kian maju, untuk didengar banyak orang sama
mudahnya dengan meminum segelas air. Tinggal pilih, tetap pada ajaran yang lama
atau ikut dengan perkembangan yang ada.
Namun, bagaimana dengan orang yang mengikuti tradisi
sekaligus ikut arus modernisasi?
Mereka tidak mau rugi. Merasa neraka dan surga ada, mereka
tetap mengagungkan tuhan mereka. Di sisi yang lain mereka juga membenarkan
pernyataan sains yang mematahkan firman “tuhan” pada kitab suci mereka. Dunia
ini terus berubah dan menua. Budaya hilang, revolusi pemerintahan, evolusi
hewan, sosiologi dan sains. Ya, ilmu memang semakin dipikirkan semakin membuat
kita bingung. Ini bisa menjadi bukti bahwa tuhan yang menciptakan manusia
dengan sangat kompleks sehingga mereka selalu tersesat dalam ilmu pengetahuan,
membuat rasa ingin tahu yang lebih dalam dan akhirnya gila di jalan atau merasa
rendah diri karena belum tahu apa-apa. Semua yang tidak diketahui manusia
adalah ilmu yang tuhan punya. Adalah teori ateisme yang berkata bahwa tuhan tercipta dalam pikiran manusia atas apa yang tidak dapat diketahuinya. Simpelnya, kitab suci adalah buatan manusia.
Hawking pernah berkata, menanyakan ada apa sebelum Big Bang
itu sesuatu yang tidak ada gunanya untuk diperdebatkan. Seperti apa yang paling
selatan dari kutub selatan. Bila kita tarik garis lurus, ada luar angkasa,
ruang hampa udara di titik paling selatan dari kutub selatan, titik tak tentu. Hawking secara tidak
langsung bilang tidak ada apa-apa di balik Big Bang. Big Bang adalah ujungnya,
Big Bang adalah awal dari segalanya, titik. Namun manusia tetap kebingungan.
Mereka haus akan rasa ingin tahu. Mereka menerka-nerka ada apa di balik Big
Bang, ada apa di balik penciptaan seluruh alam semesta yang begitu luas dan
99,9% belum terjamah manusia. Mereka sebut “Tuhan” yang berdiri di balik Big
Bang.
Kita hanya bisa kembali ke masa lalu melalui sejarah yang
ditulis oleh para pemenang. Kita terlahir di masa kecanggihan teknologi elektronik,
bukan di masa terbentuknya peradaban sungai Gangga, bukan di masa kekaisaran Romawi, bukan di masa nabi
Ibrahim atau nabi Muhammad. Kita tidak bisa bersaksi langsung bahwa ayat-ayat
Alquran benar-benar turun tertulis dalam media alam atas bukti kekuasaan Allah.
Dan kita juga tidak terlahir di masa depan, masa yang juga tidak kita ketahui
seperti apa, bahkan lebih parah dari masa lalu. Tidak ada petunjuk mengenai apa
yang terjadi di depan sana dan tugas kita hanya berjalan terus berusaha untuk
hidup dan beranak.
Karena sejarah ditulis para pemenang, mungkin saja, mungkin,
tuhan dan setan adalah dua pihak yang selalu berperang hingga tuhan menang atas
setan dan ia menuliskan hal-hal yang buruk tentang setan? Entahlah. Namun
sejauh ini firman tuhan banyak mengajarkan manusia mana yang baik dan mana yang buruk sehingga semuanya menjadi terstruktur.
Saya pribadi, sejujurnya merasa ateisme masih mengganjal karena ilmu sains banyak belum menjelaskan hal ini itu. Oh ya, ateisme bukan layaknya sebuah kepercayaan. Ateisme adalah suatu ketidak percayaan. Ketidak percayaan atas tuhan dan ajaran agama. Ini bukti bahwa
manusia memang ada batasnya karena masih belum dapat menjelaskan banyak hal. Ini bukti ada sesuatu
di balik Big Bang, yang bertanggung jawab atas pembentukan segala yang bertaburan di
langit, atas segala yang bernapas di muka bumi, yang saya akui Allah yang bertanggung jawab.
Namun, saya juga tidak dapat menolak kalau sikap kritis manusia yang bergesekan dengan “firman tuhan” dalam kitab
suci dan terbukti logis. Seperti mengapa sebaik apapun orang kafir tidak dapat masuk surga atau
mengapa, bila tuhan memang berkehendak, membuat suatu bangsa terinjak oleh
bangsa lainnya selama berabad-abad dan bila bangsa itu sudah tidak
diinjak-injak lagi maka itulah tanda-tanda kiamat. (baca: Palestina)
Semua memang memungkinkan. Ilmu sains juga hanya hasil dari
pemikiran dan pembuktian yang dianggap valid oleh manusia. Agama juga sesuatu
yang hakiki, yang (mungkin) tidak diubah oleh tangan-tangan tertentu dan dan
tidak berubah oleh perkembangan zaman. Sains ibarat air dan agama ibarat batu.
Sains bersifat dinamis sedangkan agama bersifat solid. Bila sains hilang karena
menguap (air) maka ia akan kembali menjadi air melalui proses hujan. Namun bila
agama (batu) hilang karena hancur, sesungguhnya ia tidak hilang. Ia hanya pecah
menjadi berkeping-keping. Itulah yang disebut perpecahan paham dalam suatu
agama. Bonus, air dan batu sulit untuk menyatu.
Bisakah kita hidup berdampingan saja tanpa memusingkan mana
yang paling benar, kawan? Urusi saja hidup kalian dan nafkahi keluarga kalian
masing-masing dengan baik. Urusan kepercayaan memang hak privasi.
Untuk semuanya, mohon maaf lahir batin yaa dan khusus umat
muslim, selamat hari lebaran!
-animus beserta keluarga dan jajaran kucing di rumah-
7/27/2014
Celebrating 5000 All-Time Pageviews
Berkah ramadan. Selain dapet ayam K*F*C dari LINE, pada akhirnya di penghujung bulan ramadan ini pageviews blog gue mencapai pada angka 5000. LIMA RIBU KUNJUNGAN MEN! ALHAMDULILLAH!!!!11! #sohappy #blessed #berkahramadan #liburlebaran #jokowimenang #ahmaddhanipotongweewee
Walaupun besar kemungkinan kalau setengah angka di atas dicetak oleh gue sendiri yang bolak-balik buka blog buat ngecek tulisan, tapi gue senang banget. Jadi, makasih buat yang sudah membaca diary basi dan resensi novel-novel berantakan yang sudah gue tulis. Terima kasih kepada pihak Google dan Blogger yang mempermudah orang untuk menulis dan dilihat orang banyak. Terima kasih kepada penulis-penulis yang nggak marah gue bikin resensi novel kalian dengan candaan yang garing. Terima kasih juga kepada orang-orang yang bersedia gue tulis ceritanya walau sebagian gue gak bilang-bilang juga. Pokoknya gue senang banget. MAKASIH YA GUYS!
Semenjak tahun 2011 gue bikin blog dengan isi curhatan anak SMP, ngomongin si ini dan si itu, zamannya di mana gue masih suka ngegosip (sampai sekarang sih masih, tapi lebih profesional lah), zaman di mana gue masih suka Justin Bieber, zaman di mana gue masih nulis SMS campur-campur angka dengan huruf, zaman di mana Super Junior masih beranggotakan sebelas orang (yang dua udah kabur), pokoknya zaman di mana pageviews gue benar-benar murni gue yang baca sendiri sampai sekarang akhirnya, all-time pageviews blog ini mencapai angka goceng.
Iya sih ini riya. Gak apa-apa lah emang gue sombong kok.
Prabowo sayang kuda. I love you semua.
Tapi gue di sini juga rada delusional. Gimana gue ngebuktiin kalau yang benar-benar berkunjung ke blog gue itu manusia beneran bukan bot atau hantu?
Yang penting gue bahagia.
Salam tiga jari!
Bonus tip: playlist wikiplayer blog gue
1. Recover - CHVRCHES
2. Two Weeks - Grizzly Bear
3. Next Year - Two Door Cinema Club
4. Debu-Debu Berterbangan - Pandai Besi
5. Vakansi - White Shoes & Couple Co.
6. Marching Band of Manhattan - Death Cab For Cutie
7. Mind Mischief - Tame Impala
Semoga berkenan.
7/14/2014
Review Ananta Prahadi
Judul novel :
Ananta Prahadi
Penulis :
Risa Saraswati
Penerbit :
Rakbuku
Tahun terbit :
2014
Ananta Prahadi terbit pada bulan Mei dan novel tersebut baru
sampai di tangan gue bulan Juli. Dalam kitab suci jemaah Sarasvamily, akan
dianggap basi kalau lo baru membeli karya terbaru Risa dan Sarasvati setelah selang
waktu berbulan-bulan dari tanggal peluncurannya. Sebelumnya, Risa pernah
menulis sedikit gambaran dari Ananta Prahadi di blog pribadinya. Perlu waktu
lama untuk menimbang-nimbang apakah novel Ananta Prahadi layak untuk dibeli
atau tidak, karena hati kecil gue ragu novel karya Risa Saraswati yang keempat
ini akan sebagus ketiga novel sebelumnya. Oh ya, Ananta Prahadi bukan termasuk
trilogi Danur, melainkan cerita cinta hasil imajinasi penulisnya. Ini sebabnya
mengapa gue sedikit ragu kalau Ananta Prahadi akan sesukses Danur, Maddah, atau
Sunyaruri. Membludaknya novel fiksi cinta di pasaran membuat originalitas
cerita cinta sangat langka. Namun, dugaan gue salah dan Risa Saraswati selalu
bisa membawa kejutan terbaru di setiap karyanya.
Ada tiga tokoh utama di sini yaitu Tania, Ananta, dan
Pierre. Tania adalah perempuan egois, angkuh, namun sensitif dan rapuh di
dalamnya. Ia dianggap gila oleh lingkungannya karena emosinya yang mudah
tersulut dan berani menyerang siapa saja yang tak sejalan dengannya. Meski
begitu, sebenarnya Tania memiliki hati yang murni. Sedangkan Ananta adalah pria
polos sahabat Tania yang suka bersih-bersih. Ananta berperan menjadi babysitter Tania sekaligus agen pemasaran
lukisan-lukisan yang dibuat Tania. Dari penjualannya, Ananta memperkenalkan
Tania kepada salah satu pembeli lukisannya yang bernama Pierre, laki-laki
berdarah Prancis separuh Cigondewa yang merupakan kolektor seni. Tania jatuh
cinta pada Pierre, namun Tania juga tidak bisa bohong kalau Ananta juga mencuri
hatinya. Perlahan-lahan Pierre dan Ananta sama-sama menuntun Tania menjadi
perempuan baik hati sepenuhnya.
Secara garis besar, konflik yang dihadapi tokoh utama adalah
cinta segitiga. Tokoh antagonisnya adalah mental Tania yang tidak stabil
sendiri. Pengupasan sifat Ananta dan Tania melalui cerita persahabatan keduanya
menjadi pembukaan Ananta Prahadi. Kelucuan dan keluguan Ananta dalam bertutur
kata membuat cerita tidak begitu datar dengan drama yang mendominasi, salut
kepada orang Sunda yang selalu pandai dalam berkomedi. Pierre muncul di tengah
cerita, menggantikan Ananta yang pergi sementara dari kehidupan Tania. Pola
ceritanya adalah Ananta datang-Ananta hilang-Pierre datang-Pierre hilang,
diulang terus hingga ditutup dengan kepergian salah satunya dari hidup Tania
untuk selamanya.
Di segmen selanjutnya terdapat perkenalan tokoh Pierre
melalui jalinan cinta dengannya dan Tania. Pierre adalah pria tampan yang mudah
memahami karakter dan kemauan Tania. Dia tidak pernah mengeluh atas emosi Tania
yang selalu berubah-ubah, tidak seperti pria yang banyak menggalau di internet
dan menjadi insecure. Pierre seperti
dewa yang dibuang ke dunia dari Olympus, sempurna dalam segi fisik maupun
kepribadian.
Kelebihan Ananta Prahadi justru banyak terletak pada minor details-nya. Jalan ceritanya
mungkin rada mainstream, tetapi keberagaman
sifat dan karakter setiap tokoh yang kuat membuat ceritanya menjadi kaya. Tania
yang kasar dan angkuh bertabrakan dengan Ananta yang sopan dan polos lalu
bertabrakan lagi dengan Pierre yang tenang dan menghanyutkan, dua kata untuk
penokohan novel ini: well balanced.
Ananta Prahadi juga mengambil latar yang beragam. Kebanyakan
menggambarkan suasana kota Bandung yang sejuk dan asri, namun Ananta Prahadi
juga mengambil latar negara Eropa yang jarang dibicarakan dalam dunia
pernovelan: Rumania. Selain Rumania, Tania juga pergi ke Polandia, Prancis, dan
Swiss. Suasana Eropa yang dingin dan romantis semakin mendukung hangatnya jalan
cerita.
Hal lain yang menarik dari Ananta Prahadi adalah sisipan ciri khas yang Risa tidak dapat
tinggalkan, yaitu hal mistis. Terdapat adegan di mana Ananta berceletuk kalau
adiknya Pierre mirip kunti karena rambutnya panjang. Juga saat Tania pergi ke
rumah Pierre, pohon beringin yang dipilih Risa untuk menghiasi halaman
rumahnya. Lumrah sih pohon beringin bertengger di halaman rumah seseorang, tapi
minor details ini langsung membuat
gue nyambung sama ciri khas Risa yang mistis. Ciri khas lain yang turut tidak
hilang dalam Ananta Prahadi ini adalah kedramatisan seorang Risa dalam
menuturkan cerita.
Hampir sulit menemukan kekurangan dari Ananta Prahadi. Namun
yang agak mengganggu gue adalah konflik yang klimaksnya kurang “ditarik”.
Banyak konflik yang dibiarkan penuntasannya kurang selesai. Mirip hantu yang masih
punya unfinished business lah kalau
kata teh Risa *tsah*. Ditambah konflik yang cara penyelesaiannya masih bisa
dimaksimalkan lagi. Tetapi cara Risa memainkan alur cerita begitu menyenangkan.
Pembaca akan dibuat lelah mencapai puncak konflik dan dibuat meluncur dengan
asyik seperti lelah menanjak bukit untuk main wahana flying fox.
Terakhir, membaca Ananta Prahadi seperti menonton
drama Korea; lucu, dramatis, romantis, dan sendu bercampur menjadi satu. Akhir
cerita memang mudah ditebak, namun cara menutup Ananta Prahadi yang tidak bisa
ditebak. Pokoknya bukan seperti apa yang kalian pikirkan dari membaca teaser di blog pribadi Risa. Gue beri
nilai Liam Hemsworth dari keseluruhan angka kegantengan Pierre yang
unlimited itu. Aduh apa sih ini.
Pokoknya Ananta Prahadi cocok untuk kalian yang suka novel dengan alur cerita
ringan dan romantis, meski karakter Tania sendiri jauh dari kata “ringan”.
Satu lagi, semoga kalian gak bingung sama resensi novel kali
ini ya.
7/06/2014
Jalang
Namaku Mawar. Aku hidup dengan dua anak angkat yang masih kecil dan belum sekolah. Beratnya
biaya hidup ibu kota membuatku harus bekerja mati-matian untuk menafkahi mereka
berdua, membuatku harus
menjadi ayah sekaligus ibu. Kami tinggal di suatu rusun yang biaya
sewanya sembilan ratus ribu rupiah per bulan. Gaji bulananku tergantung
seberapa keras aku bekerja, paling banyak hanya sampai dua juta. Pekerjaanku
adalah menjadi buruh seni. Aku sebut buruh seni karena aku sering menghibur
orang-orang.
Suci menjadi kata sifat subyektif sejak manusia memulai
aturan kebebasan berpendapat. Namun aturan itu tak dapat mengalahkan aturan
kuno sebelumnya, bahwa kotor adalah kata sifat yang mutlak dan hina sejak
manusia diturunkan ke bumi. Barometer kesucian seseorang dapat diukur dari seberapa
dalam ilmu keagamaan seseorang, banyaknya perbuatan baik yang tampak, dan
kepatuhannya akan norma sosial dan susila. Masyarakat awam menggolongkanku
dalam golongan orang-orang kotor dan hina.
Atau sekedar hidup dalam jalan yang sudah ditentukan dapat
membuatmu menjadi suci.
Setelah dikelompokkan, aku bergaul dengan orang-orang yang
sama-sama kotor. Orang-orang yang dipandang hanya mengutamakan urusan duniawi.
Orang-orang yang dipandang tidak berguna dan mengganggu bagi sebagian orang.
Tapi lama-kelamaan orang terbiasa dengan keberadaan kami. Kami dibiarkan tumbuh
seperti lumut pada tembok. Perlahan-lahan kami juga menjadi bagian dari
kehidupan orang-orang suci.
Padahal hanya karena mereka hidup dalam kabut stereotip,
mereka bilang mereka suci.
Kedua anak angkatku memiliki nasib yang lebih menyedihkan.
Mereka kutemukan kedinginan dan kelaparan pada malam hari di bawah jalan layang
sehabis hujan. Aku membawa mereka ke kantor polisi untuk dicari keberadaan
orang tua mereka, namun polisi tidak suka mendengarkan suara orang kotor.
Akhirnya, aku berjanji untuk merawat mereka sampai mereka cukup dewasa untuk
hidup sendiri.
Aku biasa bekerja pada malam hari. Orang-orang kotor memang
lebih banyak beraktivitas pada malam hari. Aku bekerja menjadi penghibur banyak
orang, mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hanya sekedar bernyanyi atau
menemani orang-orang kesepian. Terkadang, bila yang kuhibur adalah laki-laki
kaya dan dalam keadaan mabuk, dia seenaknya memberi uang dengan jumlah yang
seenaknya pula kuminta.
Apakah ada jalang yang diangkat menjadi malaikat?
Anak angkatku sudah seperti anak kandungku sendiri. Aku
bahagia telah menemukan mereka kedinginan pada malam itu, aku bahagia bisa
merawat mereka, dan aku bahagia hari-hariku diisi dengan tawa anak-anak yang
turut mencerahkan warna hidup ini. Semoga mereka sependapat denganku bahwa aku
telah menjadi orang tua
yang baik bagi mereka.
Dinasehati para pendeta sudah biasa. Dipukuli para pastur sudah biasa. Mereka mencoba memperbaikiku, tapi tak bisa. Mereka ingin diriku untuk tidak menjadi diriku, tapi tak bisa. Karena aku bukan plastisin dan aku bukan mainan rusak.
Siapa yang berani
bernyanyi
Nanti akan dikebiri
Siapa yang berani menari
Nanti kan disuntik mati
Karena mereka paling suci
Lalu mereka bilang kami jalang
Karena kami, beda misi
Lalu mereka bilang kami jalang
Nanti akan dikebiri
Siapa yang berani menari
Nanti kan disuntik mati
Karena mereka paling suci
Lalu mereka bilang kami jalang
Karena kami, beda misi
Lalu mereka bilang kami jalang
(Jalang – Efek Rumah Kaca)
Masa lalu akan terbang bersama abu dan hangus bersama
arang. Potret diri yang lama tak akan pernah kuungkap lagi. Seorang laki-laki
kebanggaan ayah yang akhirnya jatuh membuat malu keluarga. Namun aku tak pernah
merasa sebahagia ini sebelumnya. Menjadi diri sendiri dan hidup di atas tanah
kotor dengan kedua malaikat yang paling suci yang pernah diutus Tuhan.
Aku bahagia, sungguh aku bahagia walau hidup dalam udara yang
membuatku sulit bernapas ini.
7/04/2014
Peranakan Konyol
Manusia tidak akan pernah kehabisan waktu untuk berlaku
konyol. Kombinasikan kata bodoh
dan tidak lazim maka
kalian akan mendapatkan kata “konyol”. Bahkan beberapa orang di dunia ini harus meninggal dunia dengan cara
konyol. Terus aja gue ngetik konyol sampai typo huruf Y keganti huruf T.
Penempatan Y dan T di keyboard bersebelahan itu bukan kebetulan gue rasa karena salah ketik
sedikit dari konyol bisa jadi kon…
Begini, populasi ateis semakin hari semakin banyak dan
populasi teis semakin hari semakin berkurang. Ironisnya, orang-orang ateis ini
kebanyakan adalah hasil ikut-ikutan. Di lingkungan sekolah gue baru segelintir orang yang
mulai terbuka atas orientasi kepercayaannya. Ada yang blak-blakan bilang gak percaya agama dan tuhan. Ada lagi
yang bilang gak percaya
agama tapi percaya tuhan. Ini entah dia gak suka diatur aturan agama atau ingin enaknya aja gue gak ngerti. Tapi
yasudahlah, terserah hidup dia. Mereka menyebut diri mereka sebagai deist,
tidak beragama namun percaya adanya tuhan.
Dua bulan yang lalu gue sempat bertengkar dengan orang deist
ini. Kita bertengkar bukan karena mendebatkan perbedaan kepercayaan tapi dia
marah sama gue karena gue iseng bacain Alfatihah ke botol minum dia. Entah ide dari mana itu datangnya
tapi gue melakukannya begitu saja bersama teman gue yang bernama Irva. Dalam
cerita ini, tokoh antagonisnya sebut saja Korra.
Sebelumnya, Korra masuk dalam daftar teman terdekat gue. Dia cerita kalau dia
bagian dari deist. Yang gue paham dari argumennya saat itu adalah dia percaya bahwa terdapat suatu mahluk yang menjadi motor
penggerak alam semesta ini yang dia sebut tuhan tapi dia yakin kalau agama yang
ada saat ini di dunia bukanlah ajaran yang dilahirkan dari mahluk tersebut.
Waktu itu dia sempat bertanya, “Kalau orang non-Islam itu pasti masuk neraka
gak sih?”
Di kartu identitasnya dia Islam, tapi dalam hatinya bukan
Islam. Gue membalas pertanyaannya, “Karena gue orang Islam, gue sih diajarinnya
orang yang non-Islam itu kafir dan orang kafir itu tempatnya di neraka setelah kiamat nanti.”
Sampai di situ dia cerita banyak hal ke gue tentang
pandangan-pandangan dia akan ketuhanan. Apa yang gue tangkap dari
pembicaraannya adalah dia bangga menjadi yang pertama di antara yang lain.
Meski begitu, dalam hati gue menggebu-gebu pertanyaan, “Kenapa lo bangga terhadap sesuatu yang tidak layak
untuk dibanggakan?”.
Gue bilang hal itu tidak layak untuk dibanggakan karena terlalu klise dan preachy, ekstrimis. Lo mau agamanya
Islam kek, Yahudi kek, pemuja kerang ajaib kek, akan terkesan arogan dan rasis
kalau lo bangga, karena dari rasa bangga itu akan muncul rasa meremehkan agama
yang lain. Ditambah lagi gak ada yang peduli lo percaya sama apa, keimanan itu
urusan individual.
Kita lompat ke adegan di mana gue dan Irva membacakan surat Alfatihah ke botol
minumannya. Entah kenapa, kelakuan kita berdua membuat dia marah. Kemarahannya
itu melepaskan tanda tanya besar, kenapa?
Alasannya tidak sederhana:
“Gue gak suka ya lo main-main kayak gitu. Kalo gue minum itu
terus gue mati gimana? Lo mau buktiin apa sih? Kalo lo religius? Mau nyindir
gue yang non religius?”
Satu kata yang langsung muncul di benak gue saat itu:
konyol.
Gak pernah gue bertemu dengan orang yang beranggapan kalau
dia akan mati setelah minum air yang dibacakan doa. Gue gak masukin racun
ataupun bahan kimia berbahaya ke dalam botol minum dia, tapi kenapa? Dan gue
melakukan hal itu jelas-jelas
murni bercanda tanpa intensi menyindir dia yang non religius. Ini
keterlaluan. Seperti lo menghadapi anak yang baru menginjak masa remaja dan dia
baru menemukan jati dirinya yang semu. Bangga-bangga childish.
Gue menjelaskan segalanya panjang lebar, mulai dari
pandangan gue tentang sikapnya yang kekanakan sampai pandangan gue yang gak
pernah memandang rendah suatu kepercayaan. Pada akhirnya, dia menyerah dengan
cara yang konyol pula: pura-pura bego. Argumen gue terbukti lebih kuat
ketimbang argumen dia. Gue hidup dan tumbuh dalam internet, guys. Internet penuh orang ateis yang
sering bikin guyonan keagamaan yang seringkali menyakitkan. Tapi kita semua fine aja dengan itu, bahkan kita saling
berbalas menghina ateis dengan guyonan yang gak kalah menyakitkan. Standar
hina-menghina dalam kemasan jokes itu
biasa, apalagi gue yang tanpa niat menghina atau melukai perasaan dia akan orientasi ketuhanan dia?
Ceritanya, si Korra ini hidup di tengah-tengah lingkungan
metropolitan. Dia sering bergaul dengan orang-orang, melancong ke tempat-tempat
yang sering disinggahi kaum borjuis, kedua orang tuanya pun membiarkan dia
hidup dengan gaya hidup konsumtif. Dengan lingkungannya yang seperti itu,
seharusnya tingkat kecerdasannya juga mencapai standar modern. Dan gue gak
percaya, orang yang hidup dalam arus globalisasi seperti dia bisa iritasi karena hal yang dianggap orang
modern sebagai hal yang biasa.
Saking pluralnya Jakarta ini, kemungkinan muncul jenis
warganya yang aneh-aneh adalah seratus persen.
Setelah pertengkaran tanpa pertumpahan darah tersebut terlampaui, kita gak pernah
komunikasi lagi, baik gue maupun Irva. Menyebalkannya adalah, dia cerita ke
semua orang terdekatnya. Masalahnya, orang terdekatnya adalah akses sosial gue
juga. Gue dan Irva kecolongan start dari dia yang udah cerita ke banyak pasang
telinga. Berdasarkan narasumber yang terpercaya, dia cerita tanpa menceritakan
bagian-bagian yang terbukti sikapnya dia adalah salah. Gue dan Irva sama-sama
sepakat untuk membiarkan Korra meneruskan sikapnya itu karena kita sama-sama percaya
suatu hari dia akan menengok ke
belakang dan malu.
Dari sini, gue belajar makna kalimat some better left unsaid. Biar orang yang menilai ceritanya. Kalau
dia waras, gue yakin dia juga akan berdecak kagum akan kekonyolannya.
Bercanda gue dinilai keterlaluan setelah Korra gak suka
kalau air minumnya dibacakan doa. Coba kalau dia biasa aja, masalah selesai.
Lagipula, kalian mikir deh, ada gak sih rekam jejak air doa (agama manapun)
yang menyebabkan kematian?
Salam super.
7/03/2014
Why Bara Why?
Teman-teman, semesta alam sedang berulah padaku. Aku merasa
hampa dan galau.
Oke jadi gini, sekarang tepat pukul 00:52 dini hari dan tiba-tiba gue mendapatkan ilham untuk menulis. Sebenarnya tulisan ini bakal absurd kalau lo tipe orang yang gampang ilfil, tapi biarkanlah tuan putri menulis diary sekali lagi dalam blog ini.
(Iya emang sih lima puluh persen isi blog ini tuh cuma curhatan gue doang, but whateva)
Gue merasa kalau takdir memang sudah ditulis Tuhan sejak kita tercipta dalam perut ibu dan tidak bisa diganggu-gugat, guys. Orang-orang yang bilang takdir dapat diubah hanyalah orang-orang putus asa yang takut masa depannya gelap dan orang-orang yang kerja di Disney. Kalimat “Kalian yang menentukan takdir kalian sendiri” itu bullcrap.
Kenapa gue bisa bilang begitu? Karena gue golongan orang yang putus asa setengah realistis.
Barusan gue baca tweet teman gue yang promosiin posting Blogger terbaru doi. Sebut aja Bara, karena memang nama aslinya Bara. Gak lama kemudian dia nge-tweet lagi, yang menyatakan kalau dia senang banget sama orang-orang yang udah bersedia berkunjung ke blog-nya. Katanya sih, pageviews-nya sampai ribuan. Gokil gak?
Sahabatku yang dimuliakan Tuhan, singkatnya, tumbuh rasa iri di hatiku ini.
Gue kasih tau aja sih, bikin suatu post susahnya minta ampun loh bro. Harus rajin cek gramatika dan ejaan yang benar. Belum lagi ide cerita yang bermutu. Teman gue aja yang bolak-balik juara lomba cerpen se-DKI sejak SMP, gak pernah pageviews posting-nya mencapai angka seribu. Sedangkan teman gue si Bara ini, yang ceritanya cuma kesehariannya dia walau menarik bisa sampai laris pengunjung. Gue heran, dia sewa buzzer kali ya?
Bukan gak mungkin, jasa buzzer belakangan ini lagi hits karena banyak dipakai oleh tim sukses capres masing-masing.
Dan gue, orang biasa yang susah payah berpikir untuk memunculkan ide samapai bawa-bawa laptop ke kamar mandi, ujung-ujungnya paling banyak pageviews suatu posting itu cuma 42 dan followers cuma mentok di angka 8.
Emang sih, si Bara ini ketua eskur KIR di sekolah gue dan dia cukup populer di kalangan adik kelas (karena jumlah anggota KIR dari kelas sepuluh udah kayak jumlah demonstran yang minta Soeharto turun jabatan) sedangkan gue hanya anggota eskur teater yang eskurnya sendiri masih semu di mata kebanyakan orang. Diperparah lagi dengan gue yang keberadaannya masih sering dipertanyakan orang, apakah gue benar-benar ada atau hanya mitos belaka. Mungkin ini faktor pendukung utama.
Bara juga pintar. Umurnya setara dengan adik gue tapi tingkat pendidikannya setara dengan gue. Dia masih berumur lima belas tahun dan sudah menduduki bangku kelas dua belas. Dia juga luas wawasan, terbukti dari beberapa posting blog dia yang menggunakan kosakata yang gue gak tau sampai gue cari di KBBI gak ada artinya, namun indah. Intinya, dia muda, berbakat, dan populer.
Sedangkan gue? Semester dua di kelas sebelas ini gue menduduki peringkat 24. Sebelumnya gue peringkat 17. Lompatnya jauh pisan kan? Terima kasih kepada sikap idealisme dan arogansi gue. Pelajaran untuk kita semua: jangan pernah ngelawan guru kalau nilai kalian mau selamat.
Satu lagi. Tampang mukanya dia jauh lebih good looking daripada wajah gue, karena penampilan gue memang di bawah standar.
Walau beda gender tapi yaa lo bisa bedain mana yang lebih majestic antara manusia jantan modern dengan anoa betina hamil tujuh bulan kan?
Begitulah. Mungkin ada benarnya orang zaman dulu yang masih percaya uka-uka lalu mereka dapat meramalkan siapa yang akan menjatuhkan firaun hanya dari melihat garis tangannya. Intinya, garis masa depan seseorang sudah dibentuk sebelum mereka lahir. Nahas, orang-orang jelek tidak multi talenta kebanyakan kecerahan masa depannya diragukan. Meski Islam mengajarkan untuk tidak percaya ramalan, maka dari itu gue berharap yang baca posting ini non Islam semua biar gue gak di-bash.
Tapi gue jadi ingat kata Alitt Susanto bahwa (intinya) seseorang merasa dirinya kurang beruntung karena dia belum mengenal jati dirinya dan belum menemukan bakat aslinya atau belum dapat menggunakan bakatnya secara benar. Mungkin gue belum menggunakan bakat gue dengan benar jadi gue belum percaya diri karena gue gak punya sesuatu untuk dibanggakan. Yah, masih ada harapan buat gue untuk bertahan hidup ke depannya. Optimis, bismillah.
Oh ya, selain masuk dalam golongan pesimis agak realistis, gue juga masuk dalam golongan orang-orang bipolar.
Segitu aja sih, sebentar lagi sahur dan gue harus tidur. Oh ya, tiba-tiba gue kepikiran mungkin maksud dari pageviews sampai seribu itu all time pageviews kali ya. Jadi pageviews sejak dia buat blog sampai sekarang. Kalau begitu sih.. Pageviews gue masih lebih banyak. Maaf ya, Bara, rakyat jelata selalu suka menjelekkan kaum priayi untuk bahan hiburan.
Selamat Ramadan bagi seluruh muslim!
Tanpa Lawan Dialog
Ibu?
Lihatlah ibu, rumah kita terbelah dua.
Apa kita bisa memperbaikinya?
Ibu tak perlu membeli rumah lagi.
Rumah ini masih bisa diperbaiki.
Ibu kenapa kau tidak membenarkan rumahnya?
Ibu, siapa pria itu?
....
Ayah!
Ibu telah diculik!
Ayah lakukanlah sesuatu!
Eh? Ibu tidak diculik?
Lalu ia pergi dengan siapa?
Ia akan pulang kan?
Ayah, rumah kita terbelah dua.
Bisakah kita memperbaikinya?
Ayah bicaralah.
Ayah?
Ayah mengapa ibu belum pulang?
Ayah?
Ayah, dadaku mulai sesak, bisakah kita segera memperbaiki
rumahnya?
Ayah, kepalaku mulai sakit, bisakah kita segera memperbaiki
rumahnya?
Ayah?
***
Hai.
Halo?
Aku hanya ingin kau tahu bahwa..
Jariku sudah busuk kuhisapi terus.
Mataku sudah kering karena menangis.
Lidahku sudah putus kupakai berteriak.
Punggungku sudah patah, lelah.
Aku hanya ingin kau tahu.
Aku bukan tersiermu.
Apa luka ini terdengar sunyi di telingamu?
Dengarlah, dia ingin bicara padamu.
Dia menggonggong.
Ah, dia membasahi teleponnya lagi.
Sudah dulu ya.
Aku akan kembali lagi.
***
Aku bahagia kau ada, bintang.
Aku di sini, selalu akan di sampingmu.
Selamanya.
Janji kau akan terus bersinar, ya?
Aku bisa tersesat tanpa cahayamu.
Benar, sentuh bibirku.
Bibirmu terasa hangat dan manis di lidahku.
***
Halo ayah?
Kau masih di sana kan?
Lukaku sudah bungkam.
Ia sudah pergi.
Mataku sudah bulat kembali.
Jemariku sudah segar kembali.
Lidahku sudah tersambung kembali.
Punggungku sudah utuh kembali.
Dengarkah engkau?
Dunia bersorak akan aku dan bintang.
Apa ibu sudah pulang?
Ayah?
Ayah, bila kau sudah dapat berbicara kembali telpon aku,
oke?
Sampai jumpa.
***
Selamat datang di semesta alam, matahari.
Aku di sini, selalu akan di sampingmu.
Selamanya.
Janji kau akan terus bersinar ya?
Aku bisa mati tanpa cahayamu.
Benar, genggam jemariku.
Jemarimu mungil sekali, mereka indah.
Mereka persis seperti punyaku.
***
Hai ayah.
Aku hanya ingin bilang bahwa..
Rumah itu tak perlu diperbaiki lagi.
Aku sudah punya yang baru.
Kau boleh tinggal di rumah baruku, bersama bintang dan
matahari.
Kami di sini bahagia, aku bahagia dengan keluarga kecilku.
Ayah, aku merindukanmu..
Bicaralah sedikit saja..
5/28/2014
Resensi Abatoar
Sebenarnya saya bukan penggemar novel horror. Terakhir kali saya baca novel horror itu Sunyaruri, dan novel horror yang pernah saya baca tercatat cuma tiga; Danur, Maddah, dan Sunyaruri karya Risa Saraswati (semuanya). Namun sekitar 3 minggu yang lalu saya mendapat gratisan dari @kisahhorror yaitu novel horor slasher berjudul Abatoar. Jam tangan dalam ciki Jag*uar, iseng-iseng ikut kuis ternyata malah masuk dalam kelompok pemenang. Novel datang 2 hari setelah pengumuman pemenang kuis.
Novel Abatoar diterbitkan oleh Mediakita tahun 2014 ini. Bercerita tentang kumpulan pembunuh berdarah dingin yang terdiri dari lima manusia dengan watak yang berbeda-beda dan keseharian mereka. Mulai dari Mary; perempuan Tiongkok kaya raya, Bayu; pemuda penderita sakit maag dan sedikit emo (karena kalau galau karena sakit (perut) selalu sayat-sayat badan... orang), Patra; alumnus rumah sakit jiwa, Wina; mantan istri dari seorang pria pemarah, dan Mas Moh; laki-laki tua yang mencintai daging manusia. Kelompok mereka bubar setelah salah satu dari mereka melanggar peraturan yang telah disusun bagi anggotanya.
Suksesnya kehancuran kerajaan Abatoar itu disebabkan oleh seorang mahasiswi yang skripsinya belum selesai.
Alana, masuk dalam kategori orang sukses yang tidak lulus kuliah setelah Bill Gates, Steve Jobs, Felix Kjellberg, dan orang sukses lainnya yang belum pernah mencicipi toga karena masih menyandang status mahasiswi. Sukses mengehentikan perjalanan Mas Moh dan kuali berdarahnya.
*aggressively clapping*
*disertai tatapan jijik pembaca yang menganggap lelucon ini begitu garing*
Jadi, enam tokoh utama dengan karakter berbeda yang sama-sama keren. Hal keren lainnya dari novel ini adalah plot cerita yang antimainstream. Abatoar menjadi angin segar di dalam dunia pernovelan Indonesia ini yang banyak dikerumuni novel cinta murahan dan fanfiction penggemar boyband Korea. Membaca Abatoar layaknya menaiki sebuah roller coaster, deg-degan namun seru, mengerikan namun meninggalkan rasa ingin lagi setelahnya. Membayangkan bagaimana tumpukan bangkai manusia dalam "bungker" dan "dapur" Mas Moh berhasil membuat saya terdikte bahwa bukan tidak mungkin orang-orang dalam lingkar pergaulan saya sama gilanya seperti mereka berlima. Jijik, kagum, merinding, takut, semua bercampur jadi satu. Mas Moh menjadi tokoh favorit saya karena menurut saya dia yang paling kuat karakternya. Di dalam novel terdapat cetakan ilustrasi Mas Moh penuh dalam satu halaman yang begitu seram dan membuat saya kesusahan membaca halaman di sampingnya karena harus menutupi wajahnya yang jelek.
Serius loh admin, saya benci sekali ilustrasi wajah Mas Moh di sana.
Terlepas dari segala pujian di atas, novel keren ini juga tak luput dari kekurangan. Terdapat beberapa salah ketik (atau bahasa sekarangnya typo), pengandaian kata yang digunakan juga hiperbola. Kalimat-kalimat yang hiperbola menurunkan ke-intens-an jalannya cerita, yang tadinya adegan serius tapi jadi berubah menjadi seperti adegan dalam film-film Bolywood. Begitulah, pendapat saya sih agak dramatis. Kurang cocok untuk jalan cerita yang mengerikan.
Dan Mas Moh juga yang menambah poin negatif penilaian novel ini.
Mas Moh selalu bikin gigit bibir. Karena sadis iya, karena gemas juga iya. Alana disekap Mas Moh hampir seminggu, katanya kalau dijagal terburu-buru cepat busuk dagingnya. Memangnya Mas Moh gak kenal teknologi zaman sekarang yang disebut kulkas dan freezer ya? Saat Mas Moh menyiksa Alana sehabis dia mencoba menelpon polisi, pikiran saya berteriak, "Mas kenapa Alana-nya gak dibunuh cepat-cepat maaas keburu kiamaaatt errgghh"
*tombol "Tekan bila anda merasa ingin melempar botol minuman ke resensator" di sini*
Keseluruhannya Abatoar masih kece. Novel ini berlabel 18+, yang artinya anak kecil di bawah umur 18 belum boleh membacanya. Padahal saya aja belum foto KTP tapi sudah berani baca buku ini. I also like to live dangerously.
Saya beri nilai 8.5 dari 10 potongan kaki manusia untuk Abatoar.
Sukses terus, kisahhorror. Ditunggu karya-karya berikutnya.
4/26/2014
Salah
Umur gue baru menginjak 17 September mendatang. Orang-orang
bilang umur 17 adalah masa terakhir gue menjadi remaja. Gue akan dapat KTP,
SIM, dan gue boleh ikut serta pemilu secara legal di tahun itu juga (sayangnya
pemilu terakhir bulan Juli). Gue merasa, di hari-hari menjelang 17 ini, banyak
cerita yang membuat gue harus paham dengan sifat orang lain, gak selamanya gue
akan terus dipahami. Teman-teman gue yang menyebalkan, walau pada awalnya gue
sulit menerima mereka, lama-kelamaan waktu yang membuat gue harus menerima
dengan ikhlas sifat-sifat mereka. Setidaknya, satu langkah menjadi dewasa.
Gue sekarang mengerti, kriteria dewasa bukan berapa banyak
ulang tahun lo yang sudah lo rayakan, tapi bagaimana cara lo berpikir dan cara
lo bertindak. Mungkin di tahun lalu pikiran gue memang sudah matang namun tidak
dengan tindakan gue. Gue yang punya emosi kurang stabil cenderung senang
mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan cepat mengambil resiko. Gue juga
yakin remaja pada umumnya mengalami hal yang sama seperti gue, setidaknya
sekali dalam umur 16 mereka. Komentar-komentar negatif yang membuat gue
terlempar jauh ke awal dan harus memperbaiki semuanya. Things didn’t go so well lately, but that’s just because Allah has
bigger plan for me. Gue mengaku kalau gue sering salah, tapi gue bahagia
karena gue pernah salah gue jadi belajar untuk meminta maaf. Saying sorry is a big deal for me. My mind is deep, but my ego is deeper.
Itu sebabnya kenapa banyak yang gak suka gue di tahun ini. Kalau tahun lalu gue
di-bully, tahun ini gue justru mem-bully banyak perasaan orang.
Gue tipe orang yang “sadar-sadar bego”. Gue sadar gue salah,
tapi gue sulit untuk minta maaf ke seseorang. Meski umur gak ada yang tahu, di
umur yang masih sangat muda ini, gue yakin perjalanan gue masih panjang untuk
belajar mengendalikan keegoisan gue sendiri dan hal-hal lain yang menjadi api
hitam di pikiran maupun hati gue. Gue sangat bersyukur telah dilahirkan di
tempat yang setiap manusianya punya warna bervariasi.
Ada yang lucu, ada yang menyebalkan, ada yang
pemarah, ada yang penyabar, ada juga yang bijak. Gue suka semuanya, orang
sombong sekalipun. Ya, orang sombong adalah tipe orang yang menempati nomor
pertama di urutan orang-orang yang gue benci. Di nomor dua ada orang egois dan
di nomor tiga ada orang munafik. Setelah bercengkrama dengan mentor bahasa gue,
Weda selama 3 jam, gue diberi banyak pengetahuan tentang kehidupan ini. Gue
adalah salah satu penggemar di antara ratusan penggemarnya. Umur beliau terpaut
38 tahun dengan gue. Dia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman
pribadinya yang memaksakan dia untuk berhenti menjadi anak nakal dan memulai
untuk menjadi berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Gue akan selalu ingat
kata dia, mulailah untuk mengendalikan ego kita sendiri. Kalau kita menjadi
pribadi yang positif pasti respon orang juga akan positif.
Gue sudah meminta maaf kepada teman gue yang pernah gue jutekin
dan cuekin karena suatu hal. Gue sudah meminta maaf ke guru sosiologi gue
karena gue suka berkata lancang ke dia dan suka bicara yang negatif di balik
punggung dia. Gue juga sudah meminta maaf kepada teman-teman baru gue, yang
saat ini gue masih proses adaptasi, kalau gue pernah berlaku kasar dan dengan
sindiran-sindiran gue yang gak enak di telinga dan hati. Being evil is not so me. I could probably be the devil’s advocate but a
bloody route somehow cannot suite me, so I go back to the beginning and choose
the bright and clean route instead. Meskipun suatu saat gue bisa terjatuh
ke jalan gelap kembali, tapi sepertinya sih jalan gelap bete sama gue karena gue terlalu lemah untuk menjadi orang jahat
hahaha.
Namanya juga Libra, semua serba seimbang. Baik dan buruknya
seimbang, dosa dan pahalanya juga seimbang, semoga saja nanti gue di akhirat
gak di ambang neraka dan surga juga biar seimbang.
Ini dia pemikiran gue kenapa mulai bayak orang yang gak suka
sama gue:
1. Pembawaan bicara gue cenderung nyelekit. Kadang gue
dengan gamblangnya mengkritik seseorang dengan tajam.
2. Gue suka menyembunyikan rasa benci terhadap seseorang
sendirian, sehingga beberapa orang yang terlalu sensitif yang bisa merasakannya
menganggap kalau gue sudah membelakangi mereka dan mulai membuat tembok di
sekitar mereka, takut-takut kalau gue akan berakhir menusuk mereka dari
belakang.
3. Gue sulit mengerti perasaan orang lain. Paham memang iya
tapi pelaksanaannya gue gak peduli sama apa yang orang rasakan bila menurut gue
itu salah, dan gue merasa gak seharusnya gue memaksakan pendapat gue terhadap
orang lain.
4. Arogansi. Gue akui gue dapat melihat suatu permasalahan
dari berbagai sudut. Tapi karena itu justru gue menyalahgunakan kelebihan gue
dengan seenaknya mencap orang negatif bila pandangan yang mereka ambil itu
negatif. Gue akui juga gue pintar dalam memahami situasi. Lagi-lagi gue
salahgunakan untuk menjatuhkan orang lain dengan membaca kelemahan orang untuk
menyerang.
5. Terus berpikiran negatif. Bukannya waspada malah bikin
masalah baru.
Iya, ini ajang curhat. Beberapa pemikiran yang belakangan ini selalu lalu-lalang di pikiran gue. Manalagi, game Pokemon di handphone gue gak sengaja gue uninstall. Udah ada Rayquaza, Groudon, Kyogre, dan baru saja dapat Latios. Ini mungkin hukuman dari Allah.
Salam Curhat.
4/16/2014
When Atheist Says Right Things
Seiring berkembangnya zaman, banyak manusia yang berevolusi
menjadi manusia dengan pikiran terbuka. Hal-hal yang dulu dianggap tabu,
sekarang banyak yang sudah tidak dianggap tabu lagi. Pendapat pribadi gue, hal
ini bermula ketika Galileo Galilei berpendapat bumi tidak datar melainkan
bulat, menentang apa yang sudah difirmankan dalam Injil. Sejak fenomena itu,
muncul paham baru yang menentang keberadaan Tuhan.
Secara harafiah atheisme memang berarti tidak punya agama.
Memang sih, mereka gak mengakui kalau alam ini tercipta karena adanya Tuhan,
tapi sebenarnya mereka cuma gak percaya sama hal-hal yang belum teruji
keberadaannya. Yes people, untuk
pertama kalinya intermezzo gue nyambung dengan topik utama kita yaitu SARA.
Sebut aja om John, dia salah satu direktur perusahaan milik bangsa Amerika yang membuka cabangnya di Indonesia. Gue kenal dia saat mentor bahasa Inggris gue mengenalkan kita. Dia mantan bos mentor gue, dan dia seorang atheis. Kita gak pernah ketemu, cuma dikenalin lewat cerita aja sih *badumtss*. Mentor gue, Weda, pernah berdebat dengan dia tentang paham pernikahan terbuka saat om John pinjem mobil beliau. Pernikahan terbuka adalah pernikahan yang mengikat pasangan secara sederhana. Yaaa, paling mentok kompleksnya cuma sebatas tunangan aja. Kasarnya, kumpul kebo. Pernikahan terbuka dilakukan juga oleh beberapa artis Hollywood seperti Gwyneth Paltrow dengan vokalis Coldplay. Gue berharap pembaca artikel ini pemikirannya sudah dewasa dan terbuka dengan pendapat-pendapat om John.
Orang atheis bukan orang-orang yang suka nongkrong di 9GAG dan publish meme berisikan gurauan yang menyinggung agama lain. Orang atheis lebih kepada mereka yang terlihat gak pernah solat atau ke gereja, tapi masih suka beramal dan memberi simpati terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka menghargai penganut agama lain sebagaimana mereka menjalankan hidupnya sebagai atheis. Entah agamanya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu, bahkan penyembah kulit kerang ajaib, seberapapun gak masuk akalnya ajaran itu menurut mereka, mereka gak akan mencela supaya dunia mendapatkan keseimbangannya.
“I’m sick and tired of all the rules that tied me, Weda. They all seem illogical to me.”
Om John bercerita, dia sudah menjalani pernikahan terbuka dengan mantan istrinya dari tahun 70-an, hingga akhirnya berpisah di tahun 90-an. Mereka bebas selingkuh dan bebas berhubungan dengan siapa saja. Memang, pendapat om John ini kalau dipikir-pikir lebih banyak kontranya daripada pronya, tapi setiap orang berhak untuk berpendapat kan?
“My parents are Catholics. They banished me after they knew they had satanic son hahaha.”
Menjadi atheis dalam keluarga religius membuat om John tersiksa dan gak dianggap dari keluarganya. Kata om John, dia merupakan produk gagal dari pernikahan kedua orangtuanya. Om John lalu menghidupi hidupnya secara sendirian sampai dia sukses dan bisa menjadi direktur perusahaan ternama.
“I believe there are entities around us. I also believe that spirit exists. But they are just like volcanoes, standing still, existing, and have nothing to do with God’s business nor sins.”
Om John percaya, segala bentuk dari bencana alam adalah aktifitas alam semesta yang pasti. Kita sebagai manusia hanya bagian dari alam semesta itu. Om John juga gak takut kematian. Dia bilang, kematian adalah bagian dari semua mahluk hidup, dan itu berlaku kepada semuanya. Tidak ada bencana alam yang berkaitan dengan kemurkaan Tuhan karena manusia yang membangkang.. Setidaknya itu kata om John.
“Not all atheist are bad, and not all religious are good. Being atheist doesn’t make you smart either. If you are an open minded person, no matter atheist or religious, you are a smart man.”
Om John memberi contoh baik dari spesies manusia langka, manusia dengan pikiran terbuka. Seandainya banyak orang yang berpikiran terbuka di negara ini, tentu perang SARA tidak akan terjadi. Mestinya, kita gak usah mikirin orang agamanya apa, sukunya apa, dari keluarga apa dia berasal, atau rasnya apa. Kita semua sama dan menyandang gelar sebagai mahluk hidup yang sama-sama tumbuh dengan mahluk hidup lain. Manusia berhak menganut agama manapun yang ia suka sebagai pedoman hidupnya. Layaknya pakaian, dicari yang pas di badan untuk dipakai. Dan beberapa orang lebih suka telanjang ketimbang pakai baju.
Kalau gue boleh berpendapat, gue sangat gak setuju sama pernikahan terbuka. Gue berpendapat pernikahan diciptakan untuk menghindari penyakit yang aneh-aneh menyebar luas. Orang-orang yang suka pesta seks banyak yang terjangkit raja singa, gonorhea, bahkan AIDS. Tapi gue sependapat sama kalimat om John yang bilang kalau gak semua atheis itu jahat dan gak semua yang beragama itu baik.
Terserah pendapat kalian seberapa salah atau hinanya ajaran agama lain, gue rasa bukan rahasia lagi kalau secara diam-diam setiap penganut agama saling mencibir ajaran agama lain yang dianggap tidak sejalan dengan agamanya. Come on people, get your own business together. Masih banyak hal yang lebih layak diurus ketimbang mengurus jalan hidup orang lain.
Yang gue coba katakan adalah, kita semua memiliki pandangan berbeda-beda tentang prinsip hidup. Biarkan mereka menjalankan apa yang mereka percaya sebagaimana kita menjalankan apa yang kita percaya, terserah mereka alkoholik, penggila seks bebas, atau pengguna kokain. Kita semua akan mengalami seleksi alam, dan yang cerdas yang bertahan hidup. Kebiasaan buruk gak akan bertahan lama. Contohnya, 90 tahun yang lalu para dokter percaya rokok dapat menyembuhkan penyakit. Sekarang justru para dokter percaya rokok adalah penyebab utama penyakit. Orang-orang mulai meninggalkan rokok, meski prosesnya lamban tapi gue percaya rokok akan ditinggalkan.
Tulis komentar bila dirasa ada yang salah dengan artikel
ini. Gunakan bahasa yang baik dan sopan.
*bows*
Langganan:
Postingan (Atom)