4/16/2014

When Atheist Says Right Things

Seiring berkembangnya zaman, banyak manusia yang berevolusi menjadi manusia dengan pikiran terbuka. Hal-hal yang dulu dianggap tabu, sekarang banyak yang sudah tidak dianggap tabu lagi. Pendapat pribadi gue, hal ini bermula ketika Galileo Galilei berpendapat bumi tidak datar melainkan bulat, menentang apa yang sudah difirmankan dalam Injil. Sejak fenomena itu, muncul paham baru yang menentang keberadaan Tuhan.

Secara harafiah atheisme memang berarti tidak punya agama. Memang sih, mereka gak mengakui kalau alam ini tercipta karena adanya Tuhan, tapi sebenarnya mereka cuma gak percaya sama hal-hal yang belum teruji keberadaannya. Yes people, untuk pertama kalinya intermezzo gue nyambung dengan topik utama kita yaitu SARA.

Sebut aja om John, dia salah satu direktur perusahaan milik bangsa Amerika yang membuka cabangnya di Indonesia. Gue kenal dia saat mentor bahasa Inggris gue mengenalkan kita. Dia mantan bos mentor gue, dan dia seorang atheis. Kita gak pernah ketemu, cuma dikenalin lewat cerita aja sih *badumtss*. Mentor gue, Weda, pernah berdebat dengan dia tentang paham pernikahan terbuka saat om John pinjem mobil beliau. Pernikahan terbuka adalah pernikahan yang mengikat pasangan secara sederhana. Yaaa, paling mentok kompleksnya cuma sebatas tunangan aja. Kasarnya, kumpul kebo. Pernikahan terbuka dilakukan juga oleh beberapa artis Hollywood seperti Gwyneth Paltrow dengan vokalis Coldplay. Gue berharap pembaca artikel ini pemikirannya sudah dewasa dan terbuka dengan pendapat-pendapat om John.

Orang atheis bukan orang-orang yang suka nongkrong di 9GAG dan publish meme berisikan gurauan yang menyinggung agama lain. Orang atheis lebih kepada mereka yang terlihat gak pernah solat atau ke gereja, tapi masih suka beramal dan memberi simpati terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka menghargai penganut agama lain sebagaimana mereka menjalankan hidupnya sebagai atheis. Entah agamanya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu, bahkan penyembah kulit kerang ajaib, seberapapun gak masuk akalnya ajaran itu menurut mereka, mereka gak akan mencela supaya dunia mendapatkan keseimbangannya.

I’m sick and tired of all the rules that tied me, Weda. They all seem illogical to me.”

Om John bercerita, dia sudah menjalani pernikahan terbuka dengan mantan istrinya dari tahun 70-an, hingga akhirnya berpisah di tahun 90-an. Mereka bebas selingkuh dan bebas berhubungan dengan siapa saja. Memang, pendapat om John ini kalau dipikir-pikir lebih banyak kontranya daripada pronya, tapi setiap orang berhak untuk berpendapat kan?

My parents are Catholics. They banished me after they knew they had satanic son hahaha.”

Menjadi atheis dalam keluarga religius membuat om John tersiksa dan gak dianggap dari keluarganya. Kata om John, dia merupakan produk gagal dari pernikahan kedua orangtuanya. Om John lalu menghidupi hidupnya secara sendirian sampai dia sukses dan bisa menjadi direktur perusahaan ternama.

I believe there are entities around us. I also believe that spirit exists. But they are just like volcanoes, standing still, existing, and have nothing to do with God’s business nor sins.”

Om John percaya, segala bentuk dari bencana alam adalah aktifitas alam semesta yang pasti. Kita sebagai manusia hanya bagian dari alam semesta itu. Om John juga gak takut kematian. Dia bilang, kematian adalah bagian dari semua mahluk hidup, dan itu berlaku kepada semuanya. Tidak ada bencana alam yang berkaitan dengan kemurkaan Tuhan karena manusia yang membangkang.. Setidaknya itu kata om John.

Not all atheist are bad, and not all religious are good. Being atheist doesn’t make you smart either. If you are an open minded person, no matter atheist or religious, you are a smart man.”

Om John memberi contoh baik dari spesies manusia langka, manusia dengan pikiran terbuka. Seandainya banyak orang yang berpikiran terbuka di negara ini, tentu perang SARA tidak akan terjadi. Mestinya, kita gak usah mikirin orang agamanya apa, sukunya apa, dari keluarga apa dia berasal, atau rasnya apa. Kita semua sama dan menyandang gelar sebagai mahluk hidup yang sama-sama tumbuh dengan mahluk hidup lain. Manusia berhak menganut agama manapun yang ia suka sebagai pedoman hidupnya. Layaknya pakaian, dicari yang pas di badan untuk dipakai. Dan beberapa orang lebih suka telanjang ketimbang pakai baju.

Kalau gue boleh berpendapat, gue sangat gak setuju sama pernikahan terbuka. Gue berpendapat pernikahan diciptakan untuk menghindari penyakit yang aneh-aneh menyebar luas. Orang-orang yang suka pesta seks banyak yang terjangkit raja singa, gonorhea, bahkan AIDS. Tapi gue sependapat sama kalimat om John yang bilang kalau gak semua atheis itu jahat dan gak semua yang beragama itu baik.

Terserah pendapat kalian seberapa salah atau hinanya ajaran agama lain, gue rasa bukan rahasia lagi kalau secara diam-diam setiap penganut agama saling mencibir ajaran agama lain yang dianggap tidak sejalan dengan agamanya. Come on people, get your own business together. Masih banyak hal yang lebih layak diurus ketimbang mengurus jalan hidup orang lain.

Yang gue coba katakan adalah, kita semua memiliki pandangan berbeda-beda tentang prinsip hidup. Biarkan mereka menjalankan apa yang mereka percaya sebagaimana kita menjalankan apa yang kita percaya, terserah mereka alkoholik, penggila seks bebas, atau pengguna kokain. Kita semua akan mengalami seleksi alam, dan yang cerdas yang bertahan hidup. Kebiasaan buruk gak akan bertahan lama. Contohnya, 90 tahun yang lalu para dokter percaya rokok dapat menyembuhkan penyakit. Sekarang justru para dokter percaya rokok adalah penyebab utama penyakit. Orang-orang mulai meninggalkan rokok, meski prosesnya lamban tapi gue percaya rokok akan ditinggalkan.


Tulis komentar bila dirasa ada yang salah dengan artikel ini. Gunakan bahasa yang baik dan sopan.

*bows*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar