7/06/2014

Jalang

Namaku Mawar. Aku hidup dengan dua anak angkat yang masih kecil dan belum sekolah. Beratnya biaya hidup ibu kota membuatku harus bekerja mati-matian untuk menafkahi mereka berdua, membuatku harus menjadi ayah sekaligus ibu. Kami tinggal di suatu rusun yang biaya sewanya sembilan ratus ribu rupiah per bulan. Gaji bulananku tergantung seberapa keras aku bekerja, paling banyak hanya sampai dua juta. Pekerjaanku adalah menjadi buruh seni. Aku sebut buruh seni karena aku sering menghibur orang-orang.

Suci menjadi kata sifat subyektif sejak manusia memulai aturan kebebasan berpendapat. Namun aturan itu tak dapat mengalahkan aturan kuno sebelumnya, bahwa kotor adalah kata sifat yang mutlak dan hina sejak manusia diturunkan ke bumi. Barometer kesucian seseorang dapat diukur dari seberapa dalam ilmu keagamaan seseorang, banyaknya perbuatan baik yang tampak, dan kepatuhannya akan norma sosial dan susila. Masyarakat awam menggolongkanku dalam golongan orang-orang kotor dan hina.

Atau sekedar hidup dalam jalan yang sudah ditentukan dapat membuatmu menjadi suci.

Setelah dikelompokkan, aku bergaul dengan orang-orang yang sama-sama kotor. Orang-orang yang dipandang hanya mengutamakan urusan duniawi. Orang-orang yang dipandang tidak berguna dan mengganggu bagi sebagian orang. Tapi lama-kelamaan orang terbiasa dengan keberadaan kami. Kami dibiarkan tumbuh seperti lumut pada tembok. Perlahan-lahan kami juga menjadi bagian dari kehidupan orang-orang suci.

Padahal hanya karena mereka hidup dalam kabut stereotip, mereka bilang mereka suci.

Kedua anak angkatku memiliki nasib yang lebih menyedihkan. Mereka kutemukan kedinginan dan kelaparan pada malam hari di bawah jalan layang sehabis hujan. Aku membawa mereka ke kantor polisi untuk dicari keberadaan orang tua mereka, namun polisi tidak suka mendengarkan suara orang kotor. Akhirnya, aku berjanji untuk merawat mereka sampai mereka cukup dewasa untuk hidup sendiri.

Aku biasa bekerja pada malam hari. Orang-orang kotor memang lebih banyak beraktivitas pada malam hari. Aku bekerja menjadi penghibur banyak orang, mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hanya sekedar bernyanyi atau menemani orang-orang kesepian. Terkadang, bila yang kuhibur adalah laki-laki kaya dan dalam keadaan mabuk, dia seenaknya memberi uang dengan jumlah yang seenaknya pula kuminta.

Apakah ada jalang yang diangkat menjadi malaikat?

Anak angkatku sudah seperti anak kandungku sendiri. Aku bahagia telah menemukan mereka kedinginan pada malam itu, aku bahagia bisa merawat mereka, dan aku bahagia hari-hariku diisi dengan tawa anak-anak yang turut mencerahkan warna hidup ini. Semoga mereka sependapat denganku bahwa aku telah menjadi orang tua yang baik bagi mereka.

Dinasehati para pendeta sudah biasa. Dipukuli para pastur sudah biasa. Mereka mencoba memperbaikiku, tapi tak bisa. Mereka ingin diriku untuk tidak menjadi diriku, tapi tak bisa. Karena aku bukan plastisin dan aku bukan mainan rusak.

Siapa yang berani bernyanyi
Nanti akan dikebiri
Siapa yang berani menari
Nanti kan disuntik mati

Karena mereka paling suci
Lalu mereka bilang kami jalang
Karena kami, beda misi
Lalu mereka bilang kami jalang

(Jalang –
Efek Rumah Kaca)

Masa lalu akan terbang bersama abu dan hangus bersama arang. Potret diri yang lama tak akan pernah kuungkap lagi. Seorang laki-laki kebanggaan ayah yang akhirnya jatuh membuat malu keluarga. Namun aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Menjadi diri sendiri dan hidup di atas tanah kotor dengan kedua malaikat yang paling suci yang pernah diutus Tuhan.

Aku bahagia, sungguh aku bahagia walau hidup dalam udara yang membuatku sulit bernapas ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar