7/14/2014

Review Ananta Prahadi

Judul novel         : Ananta Prahadi
Penulis               : Risa Saraswati
Penerbit             : Rakbuku
Tahun terbit        : 2014

Ananta Prahadi terbit pada bulan Mei dan novel tersebut baru sampai di tangan gue bulan Juli. Dalam kitab suci jemaah Sarasvamily, akan dianggap basi kalau lo baru membeli karya terbaru Risa dan Sarasvati setelah selang waktu berbulan-bulan dari tanggal peluncurannya. Sebelumnya, Risa pernah menulis sedikit gambaran dari Ananta Prahadi di blog pribadinya. Perlu waktu lama untuk menimbang-nimbang apakah novel Ananta Prahadi layak untuk dibeli atau tidak, karena hati kecil gue ragu novel karya Risa Saraswati yang keempat ini akan sebagus ketiga novel sebelumnya. Oh ya, Ananta Prahadi bukan termasuk trilogi Danur, melainkan cerita cinta hasil imajinasi penulisnya. Ini sebabnya mengapa gue sedikit ragu kalau Ananta Prahadi akan sesukses Danur, Maddah, atau Sunyaruri. Membludaknya novel fiksi cinta di pasaran membuat originalitas cerita cinta sangat langka. Namun, dugaan gue salah dan Risa Saraswati selalu bisa membawa kejutan terbaru di setiap karyanya.

Ada tiga tokoh utama di sini yaitu Tania, Ananta, dan Pierre. Tania adalah perempuan egois, angkuh, namun sensitif dan rapuh di dalamnya. Ia dianggap gila oleh lingkungannya karena emosinya yang mudah tersulut dan berani menyerang siapa saja yang tak sejalan dengannya. Meski begitu, sebenarnya Tania memiliki hati yang murni. Sedangkan Ananta adalah pria polos sahabat Tania yang suka bersih-bersih. Ananta berperan menjadi babysitter Tania sekaligus agen pemasaran lukisan-lukisan yang dibuat Tania. Dari penjualannya, Ananta memperkenalkan Tania kepada salah satu pembeli lukisannya yang bernama Pierre, laki-laki berdarah Prancis separuh Cigondewa yang merupakan kolektor seni. Tania jatuh cinta pada Pierre, namun Tania juga tidak bisa bohong kalau Ananta juga mencuri hatinya. Perlahan-lahan Pierre dan Ananta sama-sama menuntun Tania menjadi perempuan baik hati sepenuhnya.
Secara garis besar, konflik yang dihadapi tokoh utama adalah cinta segitiga. Tokoh antagonisnya adalah mental Tania yang tidak stabil sendiri. Pengupasan sifat Ananta dan Tania melalui cerita persahabatan keduanya menjadi pembukaan Ananta Prahadi. Kelucuan dan keluguan Ananta dalam bertutur kata membuat cerita tidak begitu datar dengan drama yang mendominasi, salut kepada orang Sunda yang selalu pandai dalam berkomedi. Pierre muncul di tengah cerita, menggantikan Ananta yang pergi sementara dari kehidupan Tania. Pola ceritanya adalah Ananta datang-Ananta hilang-Pierre datang-Pierre hilang, diulang terus hingga ditutup dengan kepergian salah satunya dari hidup Tania untuk selamanya.
Di segmen selanjutnya terdapat perkenalan tokoh Pierre melalui jalinan cinta dengannya dan Tania. Pierre adalah pria tampan yang mudah memahami karakter dan kemauan Tania. Dia tidak pernah mengeluh atas emosi Tania yang selalu berubah-ubah, tidak seperti pria yang banyak menggalau di internet dan menjadi insecure. Pierre seperti dewa yang dibuang ke dunia dari Olympus, sempurna dalam segi fisik maupun kepribadian.

Kelebihan Ananta Prahadi justru banyak terletak pada minor details-nya. Jalan ceritanya mungkin rada mainstream, tetapi keberagaman sifat dan karakter setiap tokoh yang kuat membuat ceritanya menjadi kaya. Tania yang kasar dan angkuh bertabrakan dengan Ananta yang sopan dan polos lalu bertabrakan lagi dengan Pierre yang tenang dan menghanyutkan, dua kata untuk penokohan novel ini: well balanced.
Ananta Prahadi juga mengambil latar yang beragam. Kebanyakan menggambarkan suasana kota Bandung yang sejuk dan asri, namun Ananta Prahadi juga mengambil latar negara Eropa yang jarang dibicarakan dalam dunia pernovelan: Rumania. Selain Rumania, Tania juga pergi ke Polandia, Prancis, dan Swiss. Suasana Eropa yang dingin dan romantis semakin mendukung hangatnya jalan cerita.

Hal lain yang menarik dari Ananta Prahadi adalah sisipan ciri khas yang Risa tidak dapat tinggalkan, yaitu hal mistis. Terdapat adegan di mana Ananta berceletuk kalau adiknya Pierre mirip kunti karena rambutnya panjang. Juga saat Tania pergi ke rumah Pierre, pohon beringin yang dipilih Risa untuk menghiasi halaman rumahnya. Lumrah sih pohon beringin bertengger di halaman rumah seseorang, tapi minor details ini langsung membuat gue nyambung sama ciri khas Risa yang mistis. Ciri khas lain yang turut tidak hilang dalam Ananta Prahadi ini adalah kedramatisan seorang Risa dalam menuturkan cerita.

Hampir sulit menemukan kekurangan dari Ananta Prahadi. Namun yang agak mengganggu gue adalah konflik yang klimaksnya kurang “ditarik”. Banyak konflik yang dibiarkan penuntasannya kurang selesai. Mirip hantu yang masih punya unfinished business lah kalau kata teh Risa *tsah*. Ditambah konflik yang cara penyelesaiannya masih bisa dimaksimalkan lagi. Tetapi cara Risa memainkan alur cerita begitu menyenangkan. Pembaca akan dibuat lelah mencapai puncak konflik dan dibuat meluncur dengan asyik seperti lelah menanjak bukit untuk main wahana flying fox.

Terakhir,  membaca Ananta Prahadi seperti menonton drama Korea; lucu, dramatis, romantis, dan sendu bercampur menjadi satu. Akhir cerita memang mudah ditebak, namun cara menutup Ananta Prahadi yang tidak bisa ditebak. Pokoknya bukan seperti apa yang kalian pikirkan dari membaca teaser di blog pribadi Risa. Gue beri nilai Liam Hemsworth dari keseluruhan angka kegantengan Pierre yang unlimited itu. Aduh apa sih ini. Pokoknya Ananta Prahadi cocok untuk kalian yang suka novel dengan alur cerita ringan dan romantis, meski karakter Tania sendiri jauh dari kata “ringan”.


Satu lagi, semoga kalian gak bingung sama resensi novel kali ini ya.

1 komentar:

  1. Bagus sekali review nya. Novel ananta prahadi akan di buat jadi film. Sebelum nonton filmnya sebaiknya baca novelnya dulu. Silahkan download Novel Ananta Prahadi di SINI

    BalasHapus