Judul novel :
Ananta Prahadi
Penulis :
Risa Saraswati
Penerbit :
Rakbuku
Tahun terbit :
2014
Ananta Prahadi terbit pada bulan Mei dan novel tersebut baru
sampai di tangan gue bulan Juli. Dalam kitab suci jemaah Sarasvamily, akan
dianggap basi kalau lo baru membeli karya terbaru Risa dan Sarasvati setelah selang
waktu berbulan-bulan dari tanggal peluncurannya. Sebelumnya, Risa pernah
menulis sedikit gambaran dari Ananta Prahadi di blog pribadinya. Perlu waktu
lama untuk menimbang-nimbang apakah novel Ananta Prahadi layak untuk dibeli
atau tidak, karena hati kecil gue ragu novel karya Risa Saraswati yang keempat
ini akan sebagus ketiga novel sebelumnya. Oh ya, Ananta Prahadi bukan termasuk
trilogi Danur, melainkan cerita cinta hasil imajinasi penulisnya. Ini sebabnya
mengapa gue sedikit ragu kalau Ananta Prahadi akan sesukses Danur, Maddah, atau
Sunyaruri. Membludaknya novel fiksi cinta di pasaran membuat originalitas
cerita cinta sangat langka. Namun, dugaan gue salah dan Risa Saraswati selalu
bisa membawa kejutan terbaru di setiap karyanya.
Ada tiga tokoh utama di sini yaitu Tania, Ananta, dan
Pierre. Tania adalah perempuan egois, angkuh, namun sensitif dan rapuh di
dalamnya. Ia dianggap gila oleh lingkungannya karena emosinya yang mudah
tersulut dan berani menyerang siapa saja yang tak sejalan dengannya. Meski
begitu, sebenarnya Tania memiliki hati yang murni. Sedangkan Ananta adalah pria
polos sahabat Tania yang suka bersih-bersih. Ananta berperan menjadi babysitter Tania sekaligus agen pemasaran
lukisan-lukisan yang dibuat Tania. Dari penjualannya, Ananta memperkenalkan
Tania kepada salah satu pembeli lukisannya yang bernama Pierre, laki-laki
berdarah Prancis separuh Cigondewa yang merupakan kolektor seni. Tania jatuh
cinta pada Pierre, namun Tania juga tidak bisa bohong kalau Ananta juga mencuri
hatinya. Perlahan-lahan Pierre dan Ananta sama-sama menuntun Tania menjadi
perempuan baik hati sepenuhnya.
Secara garis besar, konflik yang dihadapi tokoh utama adalah
cinta segitiga. Tokoh antagonisnya adalah mental Tania yang tidak stabil
sendiri. Pengupasan sifat Ananta dan Tania melalui cerita persahabatan keduanya
menjadi pembukaan Ananta Prahadi. Kelucuan dan keluguan Ananta dalam bertutur
kata membuat cerita tidak begitu datar dengan drama yang mendominasi, salut
kepada orang Sunda yang selalu pandai dalam berkomedi. Pierre muncul di tengah
cerita, menggantikan Ananta yang pergi sementara dari kehidupan Tania. Pola
ceritanya adalah Ananta datang-Ananta hilang-Pierre datang-Pierre hilang,
diulang terus hingga ditutup dengan kepergian salah satunya dari hidup Tania
untuk selamanya.
Di segmen selanjutnya terdapat perkenalan tokoh Pierre
melalui jalinan cinta dengannya dan Tania. Pierre adalah pria tampan yang mudah
memahami karakter dan kemauan Tania. Dia tidak pernah mengeluh atas emosi Tania
yang selalu berubah-ubah, tidak seperti pria yang banyak menggalau di internet
dan menjadi insecure. Pierre seperti
dewa yang dibuang ke dunia dari Olympus, sempurna dalam segi fisik maupun
kepribadian.
Kelebihan Ananta Prahadi justru banyak terletak pada minor details-nya. Jalan ceritanya
mungkin rada mainstream, tetapi keberagaman
sifat dan karakter setiap tokoh yang kuat membuat ceritanya menjadi kaya. Tania
yang kasar dan angkuh bertabrakan dengan Ananta yang sopan dan polos lalu
bertabrakan lagi dengan Pierre yang tenang dan menghanyutkan, dua kata untuk
penokohan novel ini: well balanced.
Ananta Prahadi juga mengambil latar yang beragam. Kebanyakan
menggambarkan suasana kota Bandung yang sejuk dan asri, namun Ananta Prahadi
juga mengambil latar negara Eropa yang jarang dibicarakan dalam dunia
pernovelan: Rumania. Selain Rumania, Tania juga pergi ke Polandia, Prancis, dan
Swiss. Suasana Eropa yang dingin dan romantis semakin mendukung hangatnya jalan
cerita.
Hal lain yang menarik dari Ananta Prahadi adalah sisipan ciri khas yang Risa tidak dapat
tinggalkan, yaitu hal mistis. Terdapat adegan di mana Ananta berceletuk kalau
adiknya Pierre mirip kunti karena rambutnya panjang. Juga saat Tania pergi ke
rumah Pierre, pohon beringin yang dipilih Risa untuk menghiasi halaman
rumahnya. Lumrah sih pohon beringin bertengger di halaman rumah seseorang, tapi
minor details ini langsung membuat
gue nyambung sama ciri khas Risa yang mistis. Ciri khas lain yang turut tidak
hilang dalam Ananta Prahadi ini adalah kedramatisan seorang Risa dalam
menuturkan cerita.
Hampir sulit menemukan kekurangan dari Ananta Prahadi. Namun
yang agak mengganggu gue adalah konflik yang klimaksnya kurang “ditarik”.
Banyak konflik yang dibiarkan penuntasannya kurang selesai. Mirip hantu yang masih
punya unfinished business lah kalau
kata teh Risa *tsah*. Ditambah konflik yang cara penyelesaiannya masih bisa
dimaksimalkan lagi. Tetapi cara Risa memainkan alur cerita begitu menyenangkan.
Pembaca akan dibuat lelah mencapai puncak konflik dan dibuat meluncur dengan
asyik seperti lelah menanjak bukit untuk main wahana flying fox.
Terakhir, membaca Ananta Prahadi seperti menonton
drama Korea; lucu, dramatis, romantis, dan sendu bercampur menjadi satu. Akhir
cerita memang mudah ditebak, namun cara menutup Ananta Prahadi yang tidak bisa
ditebak. Pokoknya bukan seperti apa yang kalian pikirkan dari membaca teaser di blog pribadi Risa. Gue beri
nilai Liam Hemsworth dari keseluruhan angka kegantengan Pierre yang
unlimited itu. Aduh apa sih ini.
Pokoknya Ananta Prahadi cocok untuk kalian yang suka novel dengan alur cerita
ringan dan romantis, meski karakter Tania sendiri jauh dari kata “ringan”.
Satu lagi, semoga kalian gak bingung sama resensi novel kali
ini ya.
Bagus sekali review nya. Novel ananta prahadi akan di buat jadi film. Sebelum nonton filmnya sebaiknya baca novelnya dulu. Silahkan download Novel Ananta Prahadi di SINI
BalasHapus