7/03/2014

Why Bara Why?

Teman-teman, semesta alam sedang berulah padaku. Aku merasa hampa dan galau.

Oke jadi gini, sekarang tepat pukul 00:52 dini hari dan tiba-tiba gue mendapatkan ilham untuk menulis. Sebenarnya tulisan ini bakal absurd kalau lo tipe orang yang gampang ilfil, tapi biarkanlah tuan putri menulis diary sekali lagi dalam blog ini.

(Iya emang sih lima puluh persen isi blog ini tuh cuma curhatan gue doang, but whateva)

Gue merasa kalau takdir memang sudah ditulis Tuhan sejak kita tercipta dalam perut ibu dan tidak bisa diganggu-gugat, guys. Orang-orang yang bilang takdir dapat diubah hanyalah orang-orang putus asa yang takut masa depannya gelap dan orang-orang yang kerja di Disney. Kalimat Kalian yang menentukan takdir kalian sendiri itu bullcrap.

Kenapa gue bisa bilang begitu? Karena gue golongan orang yang putus asa setengah realistis.

Barusan gue baca tweet teman gue yang promosiin posting Blogger terbaru doi. Sebut aja Bara, karena memang nama aslinya Bara. Gak lama kemudian dia nge-tweet lagi, yang menyatakan kalau dia senang banget sama orang-orang yang udah bersedia berkunjung ke blog-nya. Katanya sih, pageviews-nya sampai ribuan. Gokil gak?

Sahabatku yang dimuliakan Tuhan, singkatnya, tumbuh rasa iri di hatiku ini.

Gue kasih tau aja sih, bikin suatu post susahnya minta ampun loh bro. Harus rajin cek gramatika dan ejaan yang benar. Belum lagi ide cerita yang bermutu. Teman gue aja yang bolak-balik juara lomba cerpen se-DKI sejak SMP, gak pernah pageviews posting-nya mencapai angka seribu. Sedangkan teman gue si Bara ini, yang ceritanya cuma kesehariannya dia walau menarik bisa sampai laris pengunjung. Gue heran, dia sewa buzzer kali ya?

Bukan gak mungkin, jasa buzzer belakangan ini lagi hits karena banyak dipakai oleh tim sukses capres masing-masing.

Dan gue, orang biasa yang susah payah berpikir untuk memunculkan ide samapai bawa-bawa laptop ke kamar mandi, ujung-ujungnya paling banyak pageviews suatu posting itu cuma 42 dan followers cuma mentok di angka 8.

Emang sih, si Bara ini ketua eskur KIR di sekolah gue dan dia cukup populer di kalangan adik kelas (karena jumlah anggota KIR dari kelas sepuluh udah kayak jumlah demonstran yang minta Soeharto turun jabatan) sedangkan gue hanya anggota eskur teater yang eskurnya sendiri masih semu di mata kebanyakan orang. Diperparah lagi dengan gue yang keberadaannya masih sering dipertanyakan orang, apakah gue benar-benar ada atau hanya mitos belaka. Mungkin ini faktor pendukung utama.

Bara juga pintar. Umurnya setara dengan adik gue tapi tingkat pendidikannya setara dengan gue. Dia masih berumur lima belas tahun dan sudah menduduki bangku kelas dua belas. Dia juga luas wawasan, terbukti dari beberapa posting blog dia yang menggunakan kosakata yang gue gak tau sampai gue cari di KBBI gak ada artinya, namun indah. Intinya, dia muda, berbakat, dan populer.

Sedangkan gue? Semester dua di kelas sebelas ini gue menduduki peringkat 24. Sebelumnya gue peringkat 17. Lompatnya jauh pisan kan? Terima kasih kepada sikap idealisme dan arogansi gue. Pelajaran untuk kita semua: jangan pernah ngelawan guru kalau nilai kalian mau selamat.

Satu lagi. Tampang mukanya dia jauh lebih good looking daripada wajah gue, karena penampilan gue memang di bawah standar. Walau beda gender tapi yaa lo bisa bedain mana yang lebih majestic antara manusia jantan modern dengan anoa betina hamil tujuh bulan kan?

Begitulah. Mungkin ada benarnya orang zaman dulu yang masih percaya uka-uka lalu mereka dapat meramalkan siapa yang akan menjatuhkan firaun hanya dari melihat garis tangannya. Intinya, garis masa depan seseorang sudah dibentuk sebelum mereka lahir. Nahas, orang-orang jelek tidak multi talenta kebanyakan kecerahan masa depannya diragukan. Meski Islam mengajarkan untuk tidak percaya ramalan, maka dari itu gue berharap yang baca posting ini non Islam semua biar gue gak di-bash.

Tapi gue jadi ingat kata Alitt Susanto bahwa (intinya) seseorang merasa dirinya kurang beruntung karena dia belum mengenal jati dirinya dan belum menemukan bakat aslinya atau belum dapat menggunakan bakatnya secara benar. Mungkin gue belum menggunakan bakat gue dengan benar jadi gue belum percaya diri karena gue gak punya sesuatu untuk dibanggakan. Yah, masih ada harapan buat gue untuk bertahan hidup ke depannya. Optimis, bismillah.

Oh ya, selain masuk dalam golongan pesimis agak realistis, gue juga masuk dalam golongan orang-orang bipolar.


Segitu aja sih, sebentar lagi sahur dan gue harus tidur. Oh ya, tiba-tiba gue kepikiran mungkin maksud dari pageviews sampai seribu itu all time pageviews kali ya. Jadi pageviews sejak dia buat blog sampai sekarang. Kalau begitu sih.. Pageviews gue masih lebih banyak. Maaf ya, Bara, rakyat jelata selalu suka menjelekkan kaum priayi untuk bahan hiburan.

Selamat Ramadan bagi seluruh muslim!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar