12/22/2013

Terasontime

Teras 66 On Time, Hah! Kita lucu, kita seru, kita satu!
Selamat malam, selamat datang di penghujung bulan Desember, bulang yang paling punya banyak cerita. Karena itu di bulan ini gue bakal lebih banyak curhat. Kali ini gue akan menceritakan keluarga baru gue, Teater Anak Seni 66 On Time.
Terasontime, begitu singkatannya. Meski terdapat kata “On Time” di belakangnya, terbukti teater ini terkenal akan keterlambatannya. Satu Jabodetabek tau eskul teater yang digawangi oleh Syarif Hidayatullah ini. “Mmh, Terasontime? Teater yang sering telat datang rapat itu ya?” atau “Terasontime? Ohh, yang waktu pementasannya ngaret itu ya?”. Bahkan salah satu pelatih teater SMA 97 bernama Heri, pernah berkata seperti ini “TERASONTIME CABUT AJA TUH NAMA ON TIME-NYA” karena kita semua sering terlambat datang di setiap pertemuan.
Sebenarnya penambahan kata “On Time” itu ada maksudnya pemirsa. Konon katanya, para leluhur menambahkan “On Time” karena mereka selalu kalah bergulat dengan waktu. Sedihnya lagi, penambahan kata tersebut tidak merubah nasib mereka dan hanya membuat Teater 66 diejek oleh teater lain. Awalnya memang hanya Teras sebutannya. Entah apa yang ada dalam pikiran para leluhur saat itu, namanya juga zaman dahulu kala masih percaya dengan hal magis. Sekarang, zaman sudah modern. Terasontime berkembang menjadi teater yang terkenal bukan hanya karena keterlambatannya namun juga karena prestasi yang telah diraih mereka. Sayangnya penyakit terlambat masih menjangkit keluarga Terasontime beserta keturunannya. Mungkin kutukan ini akan hilang bila mencapai generasi ketujuh. Penyakit percaya hal magis juga masih melekat pada keluarga ini, seperti percaya tumbal pra-FTS. FTS merupakan singkatan dari Festival Teater SMA, ajang bergengsi yang diikuti seluruh teater SMA se-Jabodetabek. Awalnya saya tidak percaya mitos ini namun ternyata ada benarnya juga. Dari setiap generasi pasti ada yang jatuh sakit sebelum lomba dimulai. Dimulai dari tahun 2010, seorang anggota yang bernama Rina terkena penyakit gondongan padahal waktu pementasan tinggal beberapa hari lagi. Tahun 2012 seorang anggota bernama Sarah terjatuh saat bermain peran. Terbesit luka sobek dari ujung sikut hingga pergelangan tangan karena bergesekan dengan aspal. Tahun 2013 seorang anggota bernama Faizah mengalami patah tulang pada lengan kirinya. Padahal, ia merupakan tokoh utama, harus menari balet, dan pementasan hanya tinggal 10 hari lagi. Cerita tersebut hanya sebagian kecil dari mitos tumbal, konon katanya tumbal akan jatuh pada setiap angkatan. Sayangnya, untuk angkatan 2015, yaitu angkatan saya, takdir memilih saya untuk tidak ikut pentas karena saya sakit cacar tepat 4 hari sebelum pementasan. Akhirnya saya percaya mitos itu benar adanya.
Atau itu hanya akal-akalan senior saya saja?
Oh ya, dalam Terasontime kami tidak mengenal senior dan junior, hanya ada sebatas kakak dan adik. Kami semua seperti keluarga, kata “senioritas” berdiri jauh dari kami. Justru, para junior yang senang memperpeloncoi para senior. Kami lebih senang menyebutnya “junioritas”. Tapi bila kakak-kakak kami sudah marah karena kami bercanda saat latihan, tak ada satupun yang berani menatap mata mereka.
Sejak tahun 2012 Terasontime tidak memiliki anak laki-laki lagi. Mungkin Sasya, istri dari Syarif, pelatih kami, kehabisan kromosom X. Sedih rasanya melihat saudara kami betina semua, semoga Sasya dan Syarif segera dianugrahi anak laki-laki.
Bila sedang latihan, eskul kita yang paling heboh. Biasanya, murid-murid lain akan memandang kami dengan tatapan jijik dan terkadang diikuti sorakan “Orang gilaaa orang gilaaa”. Tapi , Alhamdulillah karena kami memang sudah gila jadi ya kita haha-hihi aja. Motto kami adalah Keluar Dari Zona Nyaman. Saya rasa, semua eskul teater di sekolahnya pasti juga dianggap sama oleh eskul lain, setuju?
Di Terasontime saya diajarkan olah tubuh, berakting, dan materi yang paling saya senangi adalah menyatu dengan alam. Wajib hukumnya untuk melepas alas kaki bila sedang latihan walau matahari sedang bersinar terik, membuat aspal menjadi sangat panas dan dapat membuat telapak kaki kami melepuh. Tapi begitulah, terkadang kami berlatih di hamparan padang rumput. Tentu saja lokasinya berada di luar kota karena di Jakarta sangat jarang ditemukan padang rumput. Di sana, saya menemukan beragam jenis serangga tanah yang indah, bahkan semut sebesar buku-buku jari.
Keep this as a secret, teater kami lebih sering main daripada latihan.
Pernah suatu hari kami harus pentas dalam acara demo eskul. Semua sudah dipersiapkan dengan rapih, namun salah satu tokoh utama dalam cerita berhalangan hadir sehingga cerita harus dirombak habis-habisan. Waktu yang digunakan untuk mempersiapkan diri menuju pementasan rata-rata 4 hari. Waktu tercepat waktu itu adalah saat kurasi (eksibisi pra-FTS) pementasan Eng Ing Eng yaitu hanya setengah jam sebelum pementasan. Namanya juga “On Time”

Tautan ini memang dimaksudkan untuk sombong. Saya begitu bangga memiliki Terasontime. Akhir kata, masuk teater ya adik-adik! :3

Resensi (suka-suka) Sunyaruri

Baru beberapa jam gue selesai baca buku Sunyaruri, tangan gue udah gatal ingin meresensi novel terbaru Risa Saraswati yang masih mengisahkan tentang dia dan ketujuh teman kecilnya yang berketurunan Belanda itu. Membayangkan wajah pucat dengan pinggiran mata yang berwarna kehitaman, itu pertama kali yang gue kira-kira tentang gambaran teman-teman hantunya. Tapi, seperti dalam 2 buku sebelumnya, Nona Saraswati kembali menggambarkan mereka sebagai sosok-sosok yang lucu dan ramah untuk diajak bermain. Risa kembali “memanusiakan” mereka. Sunyaruri merupakan kelanjutan dari novel Danur dan Maddah. Seakan dibawa hanyut oleh cerita, seakan terhisap dalam dunianya, seakan-akan ikut menyaksikan kejadian-kejadian yang dialami Nona Saraswati.
Sunyaruri mengisahkan tentang kehidupan penulis yang telah lama menjalin persahabatan dengan tujuh anak kecil berkebangsaan Belanda yang pernah menjadi manusia. Persahabatannya kembali merenggang. Tidak hanya menceritakan tentang kisah persahabatannya, Risa juga menceritakan cerita teman-teman lainnya yang juga bukan manusia lagi, seperti Karina. Baru membuka beberapa halaman, sudah disaduri cerita yang dramatis. Beberapa kali gue harus menahan air mata saat membaca kisah Karina yang malang. Bagi yang belum membaca Sunyaruri, tautan ini dijamin penuh spoiler. Karina yang memiliki sikap kritis membuat ayah tirinya sering naik darah dan terkadang menganiayanya. Namun Karina tetap menyayangi ayahnya sekeji apapun perlakuannya. Haahhh, mata gue berkaca-kaca saat membacanya. Tapi, cara Nona Saraswati menggambarkan kejadian saat kepergian Karina sedikit mirip yang ada di sinetron-sinteron sih, hehehe. Dramatis.  Mulut gue sempat menganga saat membacanya. Meskipun terkesan melebih-lebihkan, sifat dramatis dari novel Sunyaruri ini menjadi nilai tambah sekaligus nilai kurang, karena kalau gak dramatis gue rasa akan “hambar” rasanya.
Belum selesai pemirsa. Dari cara pendongengan Risa Saraswati dalam novel Sunyaruri ini, tergambar bahwa beliau merupakan orang yang super emosional (bahkan Risa sendiri mengakuinya). Karena di dalam novel ini banyak segmen dimana Risa sedang marah dan menangis. Tapi terimakasih Tuhan telah memberi bakat dramatis dan emosional kepada penulis lokal favorit hamba. Semua cerita yang Risa tulis terasa sangat hidup. Seperti kisah Anette. Gue terharu! Bisa gue bilang ini cerita yang paling gue suka. Ikatan hubungan antara Sonja, Philf, dan Anette membuat gue tersentuh. Akhir dari cerita mereka bertiga juga sukses membuat gue menitikkan beberapa tetes air mata. May their souls rest in peace.
Terdapat jutaan partikel dramatis dalam setiap kata yang tercetak lembar demi lembar. Seperti yang beliau bilang sendiri, Nona Saraswati merupakan orang berzodiak Pisces. Instannya, Risa memang ditakdirkan untuk menjadi orang yang dramatis. Tapi ini nilai tambah kok, gue suka hal-hal dramatis! Tapi gak tau juga deh pendapat kalian apa. Yang jadi resensator di sini kan gue. Kok gue jadi sewot sih? Yaudah skip lagi. Intinya, dramatis sah dinobatkan menjadi ciri khas Risa Saraswati, ehehehehek.
(Semoga Risa Saraswati gak baca apa yang gue tulis di sini ya Allah. Gue takut dia marah karena gue ejek dia dramatis terus. Semua bilang apaa? Aamiin)
(Eh tapi apa yang salah jadi dramatis sih? Buktinya teh Risa bisa sukses karena dia dramatis)
(....Tuh kan gue bilang dia dramatis lagi)
(..Ampuni aku teteh..)
(..Jangan bunuh aku..)
(..Aaaahh..)
*emot sedih*
Lanjut. Secara keseluruhan, buku ini asik banget dibaca kalau lagi hujan. Kenapa? Soalnya hujan itu kan tenang, kalau dibarengi membaca Sunyaruri jadinya geregetan. Pembukaannya dapet, klimaksnya dapet, tapi sayangakhirannya kurang dapet, seperti ditinggalkan begitu saja. Gue gak akan cerita seperti apa akhir ceritanya, kalau mau tau beli sendiri di Omuniuum (www.omuniuum.net)  seharga Rp 65.000 ya! Iyalah, kalau kata anak sekarang sih, modal dikit keleees.
Akhir kata, I LOVE YOU RISA SARASWATI WITH ALL OF MY HEART

*emot cium* *emot cium* *emot cium* *dikali 1000*

11/04/2013

Moving Up!

Since it is so hard to customize my page in blogger, i decided to move my things up to my old tumblr page. But wait! I'm not gonna leave this page, i'll be just more intense to upload things in my tumblr since reading a story in tumblr is super boring. It's full of crap, remembering the old times when i was super lame.
...Well i'm still lame but at least my lame-o-meter is decreasing a bit...
*"boo" echoing all over the place*
Well it also make me easier to share my fangirl stuffs :P
JK, i'm not gonna fangirl (much), i swear :)
So please, kindly visit my new home, tumblr formatted :D
http://anonimanimus.tumblr.com/

10/12/2013

Asha

Gue cerita ini karena belum pernah gue kayak gini sebelumnya. Terserah kalo kalian mau bilang gue kekanakan tapi yaa daripada gue tumbuh dewasa lebih cepat mending gue bersikap apa adanya sesuai dengan umur gue sekarang. Ditambah, gue baru aja tambah tua setahun September lalu. 16 my age dawg. Kudeta masa-masa remaja setan dimulai

***

Gue kembali dengan cerita baru. Sekarang, gue udah kelas 11. Jurusan gue IPS. Walau jurusan gue dipandang sebelah mata sama banyak orang, gue ga peduli. Justru itu pilihan gue pindah ke IPS. Yup, I was selected into science class but I think science is just not so me. Masalahnya adalah, baru gue sebulan duduk di kelas sosial, banyak orang dewasa yang ngerendahin pilihan gue, dan itu membuat gue depresi sekaligus sedih. Mereka menganggap bahwa kelas IPS itu penuh anak buangan. Intinya, barangsiapa yang menghina kelas sosial, gue benci sebenci-bencinya seperti  Megawati benci SBY.

Enough with the chit-chat. Berawal dari mention masuk dari teman gue yang bilang, “Kita sekelas masa, HAHAHAHA”. Awalnya gue seneng bisa sekelas sama dia. Kemudian, gue mikir kalo ini bakal ga baik..
Namanya Asha. Lahir 16 Maret 1997. Gue kenal dia karena kita sempat satu eskul bareng, eskul lukis. Kemudian kita keluar karena terlalu miskin untuk beli alat lukis dan bayar tutornya sebulan sekali. Kita punya beberapa kesamaan. Yang jelas, kita suka seni rupa. Opini awal yang bakal lo keluarin bila lo ketemu dia untuk pertama kalinya pasti “Asha itu baik ya, pemalu, lucu, keliatannya sih pinter, seniman abis, mirip Fatin X-Factor, ah yang terbaik lah”. Tapi, semua opini itu bakal luntur setelah kenal dia seminggu kemudian. “Malu-maluin, najis, bodo, lelah gue temenan sama dia, enak dibully, ngocol, dll”. Itu gue saat gue kenal Asha pertama kali dan saat gue kenal dia lebih jauh. Pisces abis ye.
Tapi, seperti yang lo tau, Pisces terkenal akan ke-sensitifannya dan ke-indigoannya. Sensitif bukan maksud gue gampang hamil yang sekali kena angin langsung bunting *badumtss*. Setiap lo “apaan sih” ke Pisces, mereka pasti langsung mewek. Kedua, mereka tau kalo lo lagi sedih atau lo lagi ada sesuatu yang ganjel. Biasa, para ikan emang merata indigo-nya. Karena begitu, gue senang mem-bully dia. Tapi gue juga sering kualat karena begitu. Contohnya, gue sering numpahin es-nya ke bajunya, dan keesokan harinya karma menyerang dan seragam putih gue ketumpahan es yang gue minum. Sampe rumah, bibi gue ngeluh karena baju gue susah dicuci
Awalnya gue memilih untuk nggak duduk sama dia. Gue duduk sama orang yang namanya Fatin, Pisces juga, ultahnya sama kayak Risa Saraswati, sikapnya juga, tapi bedanya dia nggak punya temen hantu. Dia super jenius, super pinter, dan economic is my buddy semboyannya. Namun setelah diberlakukan sistem tempat duduk acak, takdir berkata gue harus duduk sama Asha. Sejak dari situ gue mulai mengenal dia lebih dalam. Gue sering banget berantem sama dia, setiap hari malah. Tapi marahan kita nggak mainstream, kita marahan lewat telepati. Sebenernya gue juga nggak tau apa itu telepati cuma karena terdengar keren jadi gue pake kata itu. Contohnya, gue bawa laptop, terus dia pinjem laptop gue. Setelah dia pakai laptop gue, dia letakkin di sembarang tempat. Otomatis gue marah karena dia nggak tanggung jawab. But you know me lah, gue nggak gampang meledak jadi gue marah cukup di dalam pikiran gue aja. However, dia nyadar kalo gue marah! Dan gue nyadar kalo dia nyadar kalo gue marah/?. Terus dia marah-marah di dalam hati sambil ngatain gue. Sebaliknya, gue juga begitu. Intinya, kita kayak bisa mendengar pikiran satu sama lain. Lo ngerti nggak? Gue juga enggak, tapi ini serius dan gue nggak bohong. Gue berani potong kelingking gue kalo emang gue terbukti bohong
Dia suka anime, dia jago banget gambar. Tapi ya gitu deh, bakatnya disalahgunakan... Dengan banyak-banyak menggambar homo. Lo google deh, Kuroko no Basuke, nah itu anime yang isinya homo semua. Dia suka, dan gue enggak. Awalnya sih iya tapi gue lebih ke bromance biasa daripada pure yaoi kayak bromance antara member EXO. Dia suka Je-Jepang-an, gue suka Korea-an. Gitu deh

Pada akhirnya, peperangan gue sama Asha masih sering berlangsung, tapi ya gitu, lama-lama berakhir dengan sendirinya. Gue sayang sama Asha, gue gak tau dia sayang sama gue apa enggak. Gue juga benci sama dia, dan gue tau dia juga sering benci sama gue. Hubungan yang seimbang. Gue suka segala hal yang seimbang. Uhum

5/12/2013

Hipster


Pernah gak sih lo ngeliat orang yang fashion-nya nabrak? Pernah gak sih lo denger aksen british maksa? Pernah gak sih lo di-bully sama orang yang sok tau akan segala hal? Dan yang paling parah, pernah gak sih lo kenal sama orang yang sok anti-mainstream padahal dia cuma versi lain dari mainstream? Nah, mungkin lo baru aja ketemu Hipster


Budaya hipster sendiri belakangan ini sudah mulai merajalela di Indonesia. Asal budaya hipster adalah Amerika. Mereka yang pake sweater di musim panas, mereka yang pake kacamata geek walau mereka bukan geek samasekali, dan mereka yang cuma denger lagu-lagu indie yang bahkan nama band-nya belum pernah kalian denger. Hipster adalah mereka yang berlaku dan berpikir serba anti-mainstream. Beda sama orang yang thinking-out-of-the-box, mereka berlaku anti-mainstream agar dianggap keren sama lingkungan mereka. Being different to gain popularity is their motto.


Musik indie adalah hal yang paling identik dengan para hipster. Lo kenal Efek Rumah Kaca? Lo kenal The Kooks? Lo kenal Payung Teduh? Bisa jadi lo hipster, bisa jadi lo pendengar musik yang baik. Dari jaman Mocca sampai sekarang musik indie banyak yang terbukti bagus dan mereka tenar kembali belakangan ini, terbukti dari banyak event musik indonesia yang bintang tamu-nya para band-band indie. Mereka nggak perform di layar kaca (beberapa ada yang masuk acara Radio Show tvOne– itu juga karena acara musik indie), mereka lebih sering perform di panggung-panggung pentas seni, dan itu sebabnya para hipster suka sama mereka karena mereka nggak pernah masuk acara Dahsy*t. Yaa, mereka memang anti banget sama yang namanya musik alay.

Yang kedua, Vintage dan Nerd-Look adalah ciri mereka yang paling populer. Biar bukan nerd, yang penting geek glasses harus ada. Mereka paling anti sama yang namanya swag karena menurut mereka orang-orang ber-swag­ adalah orang-orang bodoh tak beretika, seperti artis-artis rap gangster Lil Wayne, Wiz Khallifa, Snoopp Dogg, dsb. Para hipster mengganggap mereka sendiri seperti bangsawan dan seba hebat, maka dari itu suka hal-hal yang berbau Inggris.

Yang ketiga, Triangles dan Whole-Seeing-Eye. Gak ngerti juga sih mereka seneng banget sama hal-hal yang berbau illuminati, tapi mereka sering banget memakai aksesoris berbentuk segitiga. Menurut temen gue yang hipster, mereka menganggap segitiga itu penuh misteri dan spesial. Mungkin karena jumlah sudutnya 180 derajat atau teorema Pythagoras itu antik kali ya mereka seneng banget segitiga.. Anyway, walau berbau illuminati, tapi jaraaaaaaaaang banget artis-artis hipster yang mengagungkan aliran satanic.


Ada quote yang pernah gue denger dari seseorang, tapi gue lupa namanya jadi gue kasih inisial aja AB.
Think out of the box? Sure. But then you make another fancy-look box and you get into it. Nice try, hipsters. Still, you’re inside the box anyway” –AB

Terjemahan kasarnya sih, para hipster berusaha untuk berbeda dari yang lainnya, tapi mereka tetap gak bisa buat perubahan. Hipsters itu ibarat melon jepang. Mereka banyak yang dibentuk kotak, segitiga, bahkan bentuk buddha sekalipun biar menarik, tapi tetep aja mereka itu melon dan akan tetap terasa seperti melon.


Are You A Hipster?
Masih bingung lo itu hipster atau bukan? Nih gue bantu buat mengkategorikan lo itu hipster atau bukan

1. Bilang “tidak” karena “ya” banyak yang pilih
Pernah gak sih kalian bilang “nggak” cuma karena pengen beda sendiri? Atau pilih pilihan yang jelek sekalipun karena yang bagus banyak yang pilih? Sudah dipastikan lo itu hipster. Contohnya, karena udah kebanyakan orang yang bawa laptop ke tempat nongkrong buat ngerjain tugas atau kerjaan jadi lo bawa mesin tik buat ngerjain kerjaan lo biar beda sendiri. Atau lo sekalian bawa CPU dan monitor-nya biar diperhatiin orang-orang gitu, yang penting sih berani beda aja. Eh tapi faktanya ada loh orang yang begitu, ini buktinya:

2. Ingin terlihat nerd tapi bukan nerd
Nah ini yang paling gue gak suka. Hipster itu trademark-nya yaa nerd-look. Ada yang bahkan mencoba suka sama apa yang para nerd dan geek suka, seperti jadi fans karbit Star Wars, Lord Of The Rings, atau jadi otaku dulu biar kelihatan nerd. Tapi di lain pihak, mereka getol banget nge-bully para nerd yang asli. Kalo lo hidup di dunia SMA, pasti lo kenal banget sama orang yang kayak gini. Contoh, mereka ngaku otaku, tapi nggak suka budaya Jepang. Mereka ngaku fans Star Wars, tapi tokoh favorit mereka Darth Invader, dll. Mereka bahkan ogah bergaul sama para nerd karena mereka menganggap nerd itu kuper. Namanya juga hipster, apa-apa serba karbit. Nerd asli sih, kalo diajak ngomongin hal-hal yang berbau Nerd nyambung aja dan itu selalu jadi topik yang seru banget

3. Anti sama artis-artis terkenal
Ini yang paling common banget. Mereka paling anti Justin Bieber, One Direction, Selena Gomez, Niki Minaj, dan artis-artis hollywood lain yang tenar. Mereka menganggap artis hollywood itu nggak beda jauh sama artis-artis yang suka nongol di Dahsy*t. Yaa emang beberapa bener sih tapi mereka tuh anti banget-banget-banget biar keliatan nggak mainstream. Mereka benci Rihanna, tapi kalo dijejelin lagu Diamonds juga pasti ikut nyanyi kok.

4. Last but not least, biar kualitas nggak ada yang penting sombong
Ya namanya juga hipster, mereka itu sombongnya nggak ketolongan. Mereka selalu menganggap diri mereka yang paling hebat, itu sebabnya mereka seneng banget nge-bully orang. Memang sih kebanyakan dari mereka itu orang-orang cerdas, tapi cerdas tanpa etika samadengan nol besar kan?


Memang hipster terdengar nyebelin dan rata-rata memang mereka nyebelin tapi hipster adalah sebuah budaya dan nyaris impossible mereka bisa dibasmi tuntas. Buat yang (merasa) hipster, sah aja sih kalian melestarikan budaya kalian, tapi nggak usah menyombongkan ke-berbedaan kalian dong. Berbeda itu memang menyenangkan, tapi berbeda dan nggak punya fungsi atau fungsinya sama seperti yang lain apa masih istimewa? Tapi yang jelas sih, di setiap jiwa manusia pasti ada sedikit sifat hipster tersisip, bahkan gue sekalipun. Yeah, nobody is perfect.

Video yang ngebantu lo mencirikan hipster, klik disini

3/14/2013

Untuk Ayah dan Ibu


Dunia ini luas, begitu pula pikiran manusia. Bayangkan, berapa juta sel memori yang dapat kalian simpan? Bagaimana dengan rahasia? Tentu kalian punya, setidaknya satu rahasia yang tidak pernah kalian bicarakan kepada siapapun termasuk ibumu. Setiap orang memiliki alter ego; yaitu sifat yang bertolak belakang dengan sifat asli mereka. Lain di sekolah, lain di rumah. Lain di tempat kerja, lain di tempat nongkrong.. Ah, sudahlah, prolognya terlalu panjang

*

Untuk Ibu dan Ayah,
Kapan terakhir kali kita main bersama? Maksudku benar-benar bersama?

Aku memang anak yang penurut, apapun yang kalian ucapkan selalu kupatuhi. Aku memang anak yang pendiam, selalu mengiyakan apapun perkataan kalian berdua. Namun, pernahkah sedikit saja kalian melihat bagaimana kehidupan sosialku di luar sana? Bagaimana aku yang sebenarnya?

Karena sejatinya, kehidupan sosialku di luar sana tidaklah terlalu menyenangkan..

Tentu saja, aku bersyukur karena masih banyak teman-teman yang menyayangiku. Ada Dian, Anne, Jihan, Tamara, Azza, Rani, Alvin, Dodo, dan masih banyak lagi. Tapi, ada juga orang-orang tidak menyenangkan yang senang menyakitiku. Sebut saja, mereka yang kurang bahagia hingga akhirnya mereka senang memukuli orang yang mereka anggap lemah. Di sekolahku, bullying bukanlah hal yang asing. Dan aku, merupakan salah satu dari korban mereka

Aku benci mereka yang senang dengan kekerasan, dan aku benci mereka yang tidak senang menerima kekalahan

Ratusan, mungkin ribuan, kejadian-kejadian dan hal-hal lain yang tak pernah kau dengar tentang anakmu ini

Aku memang tidak pernah bercerita layaknya anak-anak normal seperti teman-temanku yang berani bercerita dan mengenalkan teman-temannya. Salahku bukan? Tapi, bagaimana dengan kalian? Kalian pun tak pernah bercerita tentang bagaimana dinginnya malam di luar, penatnya menjadi pegawai kantoran, atau hal-hal lain yang mungkin menarik untuk diperbincangkan. Bila aku diberi pilihan, tentu saja, aku ingin sekali berbagi dengan kalian. Tapi, apakah kalian memiliki waktu luang untukku?

Sekali saja, bila kesempatan itu datang, ah.. tak usah kau tanya betapa senangnya anakmu ini bila ia bisa berbincang dengan kalian

Terakhir kali kalian memelukku? Aku pun lupa, namun yang jelas aku sudah tidak ingat bagaimana rasanya kehangatan pelukan kalian berdua

When I feel that something
I wanna hold your hand
Now, let me hold your hand
(I wanna hold your hand – The Beatles)

Aku ingat, malam terakhir saat kita semua berkumpul dalam satu meja, berbincang seperti layaknya keluarga normal

Sayangnya, topik saat itu bukanlah topik yang menyenangkan..

Aku tidak menyalahkan ayah, bila sekarang aku merindukan figur seorang ibu walau di luar sana banyak wanita dewasa yang sudah menganggapku seperti anak sendiri. Aku juga tidak menyalahkan ibu, bila keadaan rumah berbeda sekarang, itu pilihanmu untuk memisahkan diri dari bagian kami

Tidak setetespun air mataku keluar saat di depanmu, tapi tahukah kalian? Aku menjerit saat kalian semua terlelap kelelahan dari hiruk pikuk ibu kota, aku merasa kesepian saat kalian sibuk berkutat dengan pekerjaan kantor kalian

Tolonglah, sekali saja... Kalian tanya bagaimana sekolahku atau bagaimana teman-temanku..
Untuk ibu, aku merindukanmu, sangat merindukanmu
Untuk ayah, pulanglah.. Maksudku benar-benar pulang

If you ever want to hear my story
Come closer, but my story won’t be as happy as what you expected
But I believe, every story has a happy ending

Jakarta, 14 Maret 2013
Meimei  :)