Dunia ini luas, begitu pula pikiran manusia. Bayangkan,
berapa juta sel memori yang dapat kalian simpan? Bagaimana dengan rahasia?
Tentu kalian punya, setidaknya satu rahasia yang tidak pernah kalian bicarakan
kepada siapapun termasuk ibumu. Setiap orang memiliki alter ego; yaitu sifat
yang bertolak belakang dengan sifat asli mereka. Lain di sekolah, lain di
rumah. Lain di tempat kerja, lain di tempat nongkrong.. Ah, sudahlah, prolognya
terlalu panjang
*
Untuk Ibu dan Ayah,
Kapan terakhir kali kita main bersama? Maksudku benar-benar bersama?
Aku memang anak yang penurut, apapun yang kalian ucapkan selalu kupatuhi. Aku memang anak yang pendiam, selalu mengiyakan apapun perkataan kalian berdua. Namun, pernahkah sedikit saja kalian melihat bagaimana kehidupan sosialku di luar sana? Bagaimana aku yang sebenarnya?
Karena sejatinya, kehidupan sosialku di luar sana tidaklah terlalu menyenangkan..
Tentu saja, aku bersyukur karena masih banyak teman-teman yang menyayangiku. Ada Dian, Anne, Jihan, Tamara, Azza, Rani, Alvin, Dodo, dan masih banyak lagi. Tapi, ada juga orang-orang tidak menyenangkan yang senang menyakitiku. Sebut saja, mereka yang kurang bahagia hingga akhirnya mereka senang memukuli orang yang mereka anggap lemah. Di sekolahku, bullying bukanlah hal yang asing. Dan aku, merupakan salah satu dari korban mereka
Aku benci mereka yang senang dengan kekerasan, dan aku benci mereka yang tidak senang menerima kekalahan
Ratusan, mungkin ribuan, kejadian-kejadian dan hal-hal lain yang tak pernah kau dengar tentang anakmu ini
Aku memang tidak pernah bercerita layaknya anak-anak normal seperti teman-temanku yang berani bercerita dan mengenalkan teman-temannya. Salahku bukan? Tapi, bagaimana dengan kalian? Kalian pun tak pernah bercerita tentang bagaimana dinginnya malam di luar, penatnya menjadi pegawai kantoran, atau hal-hal lain yang mungkin menarik untuk diperbincangkan. Bila aku diberi pilihan, tentu saja, aku ingin sekali berbagi dengan kalian. Tapi, apakah kalian memiliki waktu luang untukku?
Sekali saja, bila kesempatan itu datang, ah.. tak usah kau tanya betapa senangnya anakmu ini bila ia bisa berbincang dengan kalian
Terakhir kali kalian memelukku? Aku pun lupa, namun yang jelas aku sudah tidak ingat bagaimana rasanya kehangatan pelukan kalian berdua
When I feel that something
I wanna hold your hand
Now, let me hold your
hand
(I wanna hold your
hand – The Beatles)
Aku ingat, malam terakhir saat kita semua berkumpul dalam satu meja, berbincang seperti layaknya keluarga normal
Sayangnya, topik saat itu bukanlah topik yang menyenangkan..
Aku tidak menyalahkan ayah, bila sekarang aku merindukan figur seorang ibu walau di luar sana banyak wanita dewasa yang sudah menganggapku seperti anak sendiri. Aku juga tidak menyalahkan ibu, bila keadaan rumah berbeda sekarang, itu pilihanmu untuk memisahkan diri dari bagian kami
Tidak setetespun air mataku keluar saat di depanmu, tapi tahukah kalian? Aku menjerit saat kalian semua terlelap kelelahan dari hiruk pikuk ibu kota, aku merasa kesepian saat kalian sibuk berkutat dengan pekerjaan kantor kalian
Tolonglah, sekali saja... Kalian tanya bagaimana sekolahku atau bagaimana teman-temanku..
Untuk ibu, aku merindukanmu, sangat merindukanmu
Untuk ayah, pulanglah.. Maksudku benar-benar pulang
If you ever want to
hear my story
Come closer, but my
story won’t be as happy as what you expected
But I believe, every
story has a happy ending
Jakarta, 14 Maret 2013
Meimei :)
yah ca knp di blog gaada jempol kayak facebook ya..
BalasHapus