***
Gue kembali dengan cerita baru. Sekarang, gue udah kelas 11.
Jurusan gue IPS. Walau jurusan gue dipandang sebelah mata sama banyak orang,
gue ga peduli. Justru itu pilihan gue pindah ke IPS. Yup, I was selected into science class but I think science is just not so me.
Masalahnya adalah, baru gue sebulan duduk di kelas sosial, banyak orang dewasa
yang ngerendahin pilihan gue, dan itu membuat gue depresi sekaligus sedih.
Mereka menganggap bahwa kelas IPS itu penuh anak buangan. Intinya, barangsiapa
yang menghina kelas sosial, gue benci sebenci-bencinya seperti Megawati benci SBY.
Enough with the
chit-chat. Berawal dari mention
masuk dari teman gue yang bilang, “Kita sekelas masa, HAHAHAHA”. Awalnya gue
seneng bisa sekelas sama dia. Kemudian, gue mikir kalo ini bakal ga baik..
Namanya Asha. Lahir 16 Maret 1997. Gue kenal dia karena kita sempat satu eskul
bareng, eskul lukis. Kemudian kita keluar karena terlalu miskin untuk beli alat
lukis dan bayar tutornya sebulan sekali. Kita punya beberapa kesamaan. Yang
jelas, kita suka seni rupa. Opini awal yang bakal lo keluarin bila lo ketemu
dia untuk pertama kalinya pasti “Asha itu baik ya, pemalu, lucu, keliatannya
sih pinter, seniman abis, mirip Fatin X-Factor, ah yang terbaik lah”.
Tapi, semua opini itu bakal luntur setelah kenal dia seminggu kemudian.
“Malu-maluin, najis, bodo, lelah gue temenan sama dia, enak dibully, ngocol, dll”. Itu gue saat gue
kenal Asha pertama kali dan saat gue kenal dia lebih jauh. Pisces abis ye.
Tapi, seperti yang lo tau, Pisces terkenal akan
ke-sensitifannya dan ke-indigoannya. Sensitif bukan maksud gue gampang hamil
yang sekali kena angin langsung bunting *badumtss*. Setiap lo “apaan sih” ke
Pisces, mereka pasti langsung mewek. Kedua, mereka tau kalo lo lagi sedih atau
lo lagi ada sesuatu yang ganjel. Biasa, para ikan emang merata indigo-nya.
Karena begitu, gue senang mem-bully
dia. Tapi gue juga sering kualat karena begitu. Contohnya, gue sering numpahin
es-nya ke bajunya, dan keesokan harinya karma menyerang dan seragam putih gue ketumpahan
es yang gue minum. Sampe rumah, bibi gue ngeluh karena baju gue susah dicuci
Awalnya gue memilih untuk nggak duduk sama dia. Gue duduk sama
orang yang namanya Fatin, Pisces juga, ultahnya sama kayak Risa Saraswati,
sikapnya juga, tapi bedanya dia nggak punya temen hantu. Dia super jenius,
super pinter, dan economic is my buddy semboyannya.
Namun setelah diberlakukan sistem tempat duduk acak, takdir berkata gue harus
duduk sama Asha. Sejak dari situ gue mulai mengenal dia lebih dalam. Gue sering
banget berantem sama dia, setiap hari malah. Tapi marahan kita nggak mainstream, kita marahan lewat telepati.
Sebenernya gue juga nggak tau apa itu telepati cuma karena terdengar keren jadi
gue pake kata itu. Contohnya, gue bawa laptop, terus dia pinjem laptop gue.
Setelah dia pakai laptop gue, dia letakkin di sembarang tempat. Otomatis gue
marah karena dia nggak tanggung jawab. But
you know me lah, gue nggak gampang meledak jadi gue marah cukup di dalam
pikiran gue aja. However, dia nyadar
kalo gue marah! Dan gue nyadar kalo dia nyadar kalo gue marah/?. Terus dia
marah-marah di dalam hati sambil ngatain gue. Sebaliknya, gue juga begitu.
Intinya, kita kayak bisa mendengar pikiran satu sama lain. Lo ngerti nggak? Gue
juga enggak, tapi ini serius dan gue nggak bohong. Gue berani potong kelingking
gue kalo emang gue terbukti bohong
Dia suka anime, dia jago banget gambar. Tapi ya gitu deh,
bakatnya disalahgunakan... Dengan banyak-banyak menggambar homo. Lo google deh, Kuroko no Basuke, nah itu anime yang
isinya homo semua. Dia suka, dan gue enggak. Awalnya sih iya tapi gue lebih ke
bromance biasa daripada pure yaoi kayak bromance antara member EXO. Dia suka
Je-Jepang-an, gue suka Korea-an. Gitu deh
Pada akhirnya, peperangan gue sama Asha masih sering
berlangsung, tapi ya gitu, lama-lama berakhir dengan sendirinya. Gue sayang
sama Asha, gue gak tau dia sayang sama gue apa enggak. Gue juga benci sama dia,
dan gue tau dia juga sering benci sama gue. Hubungan yang seimbang. Gue suka
segala hal yang seimbang. Uhum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar