(Peringatan: Gaya bahasa dalam tautan ini menggunakan bahasa
prokem dan campuran bahasa Inggris.)
Yak harus mulai dari mana ya...
Oke, lo tau kan kenapa gue jarang nge-post lagi? Ya,
karena gue sudah kelas duabelas (dan baru aja lulus! Akhirnyaaa), baru saja
selesai ujian SBMPTN. Iya, gue gak dapet FSRD ITB jalur undangan (malah teman
gue yang dapet dari rumpun IPA lagi—dan kerennya dia menjadi satu-satunya orang yang dapat undangan masuk
ITB sepanjang sejarah sekolah gue). Kali ini, gue akan ikut berkontribusi
dalam membantu dedek-dedek yang akan mengikuti ujian masuk FSRD jalur SBMPTN
dengan sharing pengalaman gue pas ujian. Disimak ya!
Pertama-tama, gue akan mulai dengan ujian tertulisnya dulu,
karena tes masuk FSRD terdiri atas ujian tertulis dan ujian keterampilan seni
rupa. Ujian tertulis terdiri atas TKPA (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika Dasar-yang-gak-ada-“dasar-dasarnya”, dan Tes Kemampuan
Verbal-Numerikal-Figural) dan TKD Soshum (Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan
Sejarah). Gue tes di SMAN 60 Jakarta. TKPA dimulai pukul 10.00 s.d
11.30 sedangkan TKD Soshum dimulai pukul 13.00 s.d 14.00. Oh ya, kita gak boleh
pakai jam tangan pas ujian tertulis jadi gak tau kapan selesainya (tiba-tiba
udah bel aja). Tipsnya nih ya, jangan sampai biarkan satupun mata pelajaran
kosong. Kenapa? Konon katanya dari berita yang beredar di internet, kalau satu
aja matpel dikosongin lo otomatis akan dinyatakan tidak lulus SBMPTN. Lebih
baik diisi satu atau dua nomor, meskipun poinnya minus, seenggaknya usaha ngitung
kancing lo lebih dihargai panitia. Nanti, dua mata pelajaran dengan nilai
terendah akan diselisihkan dan hasilnya harus di atas 2,5 (misalnya Matdas lo
nilainya -1 dan Ekonomi lo nilainya 4 nah lo masih aman karena nilai lo 3).
Kalau lo lulus persyaratan tersebut, nanti disaring lagi sama PTN yang lo pilih
sesuai dengan kriteria masing-masing (misalnya lo milih Sastra Inggris UI, berarti Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris lo harus bagus). Kira-kira begitulah.
Hari pertama selesai, hari kedua waktunya ujian keterampilan
seni rupa. Lokasinya gue ambil yang di UNJ, karena kalau ngambil di ITB
pertama: bukan daerah gue dan kedua: tes diselenggarakan pada hari kerja dan
gak mungkin orang tua gue nganterin sampai Bandung. Gue dianter sama orang tua sampai halte Ragunan untuk
naik Transjakarta. Berangkat pukul 06.00 dan sampai di UNJ pukul 08.00, padahal
mulai tesnya jam segitu. Panik kan. Mana gak bawa alas gambar A3. Akhirnya gue
beli dulu sama yang dijual mahasiswa, harganya Rp 20.000. Ada yang dijual mas-mas
bercincin dan berkalung batu akik di parkiran belakang UNJ, harganya jauh lebih
mahal yakni Rp 50.000. Setelah beli alas gue langsung lari ke Gedung Raden
Ajeng Kartini (padahal di kartu pesertanya alamatnya di gedung E, baru dikasih
tau via Twitter @HumasUNJ H-1 gokil.). Setelah ambil kupon yang menentukan
ruangan ujian, gue naik ke lantai 5. E e e ternyata mulainya diundur jadi pukul 09.00 bosqu wadoch padahal dah panique nich e ternyata yha yawdah nga
papa dech yang penting slamat kan yha. Sambil nunggu, gue hitung kursinya satu
ruangan ada 30. Rata-rata per lantai 3 ruangan diisi penuh peserta (bahkan
ruangan gue aja sampai 33). Yang dipakai 5 lantai. Jadi, di hari pertama ujian
keterampilan kurang lebih ada 450 peserta. Belum hari kedua. Ya Allah teguhkan
hatiku...
Baiklah ini dia rangkaian tesnya:
1.
Tes Kemampuan Menggambar
Objek alias Still Life
Ada tiga objek di atas meja yang disinari
lampu ruangan dari atas. Objeknya terdiri dari kardus yang diselotip berbentuk
kubus, bola plastik
warna kuning di atas kardus, dan topi anyaman berbentuk kerucut yang
disandarkan di samping kardus secara diagonal. Ya, basic banget. Kubus,
bola, dan kerucut. Gue yakin udah pada jago sih gambar still life, hehe.
Waktu yang diberikan sebanyak 60 menit. Gue sangat menyarankan untuk tengok
kanan-kiri saat jari lo mulai pegel mengarsir sebagai patokan waktu. Misalnya teman
sebelah lo udah mulai arsir,
nah lo harus lebih cepat daripada dia. Gue juga menyarankan untuk memakai jam
tangan (pas ujian keterampilan boleh pakai jam), kalau perlu yang ada alarmnya
sekalian biar gak keteteran. Oh ya, satu lagi. Jangan arsir gosok. Gue gak tau
kenapa gak boleh arsir gosok sih, tapi menurut bimbel gambar Creativeroom
(bimbel baik hati yang suka sharing tips dan trik jitu lolos ujian
keterampilan seni rupa di media sosial) arsir gosok itu haram. Kata teman gue
yang bimbel di Villa Merah juga arsir gosok itu haram dan kertas kita harus
bersih (tanpa noda sidik jari atau debu pensil yang gak sengaja bergesekan
dengan tangan). Oh ya, jangan kebanyakan menghapus juga karena akan sangat
menyita waktu.
2.
Tes Menggambar Ekspresi
alias Gambar Suasana
NAH ini dia nih musuh semua orang. Gambar
suasana. Time management sangat penting dalam sesi ini karena kita cuma
dikasih waktu 90 menit. Ada dua soal, kita disuruh pilih salah satu. Ini dia
soalnya:
·
Suasana pusat jual beli
batu akik. Di dalamnya ada orang yang sedang tawar-menawar batu akik, penjual
yang sedang menata jualannya, pembeli yang sedang pilih-pilih batu akik, dan
orang yang sedang jalan sambil liat-liat batu akik. Gue pilih suasana yang ini
karena paling familiar dengan gue, hehe. Kebetulan sekolah gue terkenal sama penjual-penjual
batu akik yang suka mejeng di pinggir jalan raya. Iya, kalau lo naik taksi
terus bilang “Ke SMA 66 ya pak” terus ditanya “Itu di mana ya mbak?” jawabnya
“Jalan Bango Tiga pak, Pondok Labu” pasti dia langsung connect “OOOHH
itu yang pusat batu itu to’? Yang warga pada nemu batu di rumah kosong?”-_-
·
Suasana taman bermain air
(seperti Waterboom). Ada anak yang sedang naik perosotan, ada orang yang sedang
berenang, ada orang yang sedang membawa ban untuk naik perosotan. Ya, itu aja
yang gue ingat.
3.
Tes Potensi Kreativitas
alias Psikotes
Hmm sebenarnya gue gak terlalu ngerti sih ya
sistemnya ini gimana. Jadi, kita dikasih tiga soal, masing masing soal terdiri
dari tiga panel yang berisi gambar yang sama. Gambarnya cuma tersusun atas
titik, garis lurus, dan garis lengkung (beda-beda per soalnya). Perintahnya
cuma disuruh melanjutkan gambar tersebut menjadi gambar yang utuh dalam waktu
45 menit. Sebelumnya, Creativeroom pernah share contoh psikotes di
Facebook dan pas gue cari di Google namanya apa, ternyata tes itu namanya
Wartegg Test. Tes tersebut biasa digunakan untuk tes CPNS. Nah, tentang apa itu Wartegg
Test dan bagaimana cara jitu lolos Wartegg Test, silahkan cari di Google
sendiri, hehe. Karena tesnya gak jauh beda, komponennya yang gue perhatikan juga
dari Wartegg Test yang dikembangkan sedikit. I didn’t know what kind of
magic they used, tapi tes tersebut merangsang gue untuk membuat gambar yang
saling berhubungan di tiap panelnya. Well, terserah lo seperti apa gaya
gambar lo, gak disuruh gambar hal-hal yang berhubungan satu sama lain kok. Bisa
jadi gue ngerjainnya salah, hehe. Semoga aja enggak.
Nah, itu dia pengalaman gue dalam
ujian SBMPTN demi masuk FSRD ITB dan DKV UNS. Perlu lo ketahui, gue bukan expert
loh ya, gue aja pesimis
lolos huhu. Tapi kalau
memang jalannya sudah begitu ya mau bagaimana lagi. Saran gue bisa jadi
benar bisa juga salah. Gue sangat menyarankan lo ikut bimbel gambar, apapun
itu. Karena kelihatan banget bedanya mana yang ikut bimbel dan mana yang enggak
(seperti gue huehehe), biasanya ngerjain gambar suasananya lebih cepat. Saat
menggambar semuanya mengalir begitu aja, tapi tetap harus kontrol jangan sampai
keenakan gambar e e e tetiba waktunya
habis. Sebelum ujian, banyak-banyaklah berdoa dan minta didoakan orang tua.
Jangan sombong, karena terbukti yang sombong bakal kena karma. Perbanyak
latihan pakai waktu, perbanyak nonton Youtube tentang teknik gambar yang baik,
cari-cari info soal ujian keterampilan dari tahun ke tahun, dan kalau bisa ikut
try out yang biasa disenggelarakan bimbel gambar seperti Villa Merah,
Bintang Merah, Creativeroom, dan sebagainya. Jangan remehkan ujian tertulis
karena ujian tertulis berkontribusi 40% dari keseluruhan penilaian. Terakhir
nih, jangan terlalu berharap. Setidaknya, selipkan rasa pasrah dan ikhlas,
jaga-jaga kalau (jangan sampai) gak keterima. Tahun gue aja FSRD ITB hanya
menyediakan 88 bangku (jalur SBMPTN) dengan peminat tiap tahunnya rata-rata
2000 orang, sedangkan DKV UNS hanya 13 bangku (jalur SBMPTN) dengan peminat
tiap tahunnya rata-rata 600 orang. At least, jatuh dari lantai 5 gak
lebih sakit daripada jatuh dari lantai 100.
Semangat semuanya, semoga Tuhan
menjawab “Ya” atas doa kita.
Doakan aku lolos masuk FSRD ITB atau DKV UNS ya! :D