6/13/2015

Pengalaman Ujian Keterampilan Seni Rupa SBMPTN

(Peringatan: Gaya bahasa dalam tautan ini menggunakan bahasa prokem dan campuran bahasa Inggris.)

Yak harus mulai dari mana ya...
Oke, lo tau kan kenapa gue jarang nge-post lagi? Ya, karena gue sudah kelas duabelas (dan baru aja lulus! Akhirnyaaa), baru saja selesai ujian SBMPTN. Iya, gue gak dapet FSRD ITB jalur undangan (malah teman gue yang dapet dari rumpun IPA lagi—dan kerennya dia menjadi satu-satunya orang yang dapat undangan masuk ITB sepanjang sejarah sekolah gue). Kali ini, gue akan ikut berkontribusi dalam membantu dedek-dedek yang akan mengikuti ujian masuk FSRD jalur SBMPTN dengan sharing pengalaman gue pas ujian. Disimak ya!

Pertama-tama, gue akan mulai dengan ujian tertulisnya dulu, karena tes masuk FSRD terdiri atas ujian tertulis dan ujian keterampilan seni rupa. Ujian tertulis terdiri atas TKPA (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika Dasar-yang-gak-ada-“dasar-dasarnya”, dan Tes Kemampuan Verbal-Numerikal-Figural) dan TKD Soshum (Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan Sejarah). Gue tes di SMAN 60   Jakarta. TKPA dimulai pukul 10.00 s.d 11.30 sedangkan TKD Soshum dimulai pukul 13.00 s.d 14.00. Oh ya, kita gak boleh pakai jam tangan pas ujian tertulis jadi gak tau kapan selesainya (tiba-tiba udah bel aja). Tipsnya nih ya, jangan sampai biarkan satupun mata pelajaran kosong. Kenapa? Konon katanya dari berita yang beredar di internet, kalau satu aja matpel dikosongin lo otomatis akan dinyatakan tidak lulus SBMPTN. Lebih baik diisi satu atau dua nomor, meskipun poinnya minus, seenggaknya usaha ngitung kancing lo lebih dihargai panitia. Nanti, dua mata pelajaran dengan nilai terendah akan diselisihkan dan hasilnya harus di atas 2,5 (misalnya Matdas lo nilainya -1 dan Ekonomi lo nilainya 4 nah lo masih aman karena nilai lo 3). Kalau lo lulus persyaratan tersebut, nanti disaring lagi sama PTN yang lo pilih sesuai dengan kriteria masing-masing (misalnya lo milih Sastra Inggris UI, berarti Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris lo harus bagus). Kira-kira begitulah.

Hari pertama selesai, hari kedua waktunya ujian keterampilan seni rupa. Lokasinya gue ambil yang di UNJ, karena kalau ngambil di ITB pertama: bukan daerah gue dan kedua: tes diselenggarakan pada hari kerja dan gak mungkin orang tua gue nganterin sampai Bandung. Gue dianter  sama orang tua sampai halte Ragunan untuk naik Transjakarta. Berangkat pukul 06.00 dan sampai di UNJ pukul 08.00, padahal mulai tesnya jam segitu. Panik kan. Mana gak bawa alas gambar A3. Akhirnya gue beli dulu sama yang dijual mahasiswa, harganya Rp 20.000. Ada yang dijual mas-mas bercincin dan berkalung batu akik di parkiran belakang UNJ, harganya jauh lebih mahal yakni Rp 50.000. Setelah beli alas gue langsung lari ke Gedung Raden Ajeng Kartini (padahal di kartu pesertanya alamatnya di gedung E, baru dikasih tau via Twitter @HumasUNJ H-1 gokil.). Setelah ambil kupon yang menentukan ruangan ujian, gue naik ke lantai 5. E e e ternyata mulainya diundur jadi pukul 09.00 bosqu wadoch padahal dah panique nich e ternyata yha yawdah nga papa dech yang penting slamat kan yha. Sambil nunggu, gue hitung kursinya satu ruangan ada 30. Rata-rata per lantai 3 ruangan diisi penuh peserta (bahkan ruangan gue aja sampai 33). Yang dipakai 5 lantai. Jadi, di hari pertama ujian keterampilan kurang lebih ada 450 peserta. Belum hari kedua. Ya Allah teguhkan hatiku...

Baiklah ini dia rangkaian tesnya:
1.       Tes Kemampuan Menggambar Objek alias Still Life
Ada tiga objek di atas meja yang disinari lampu ruangan dari atas. Objeknya terdiri dari kardus yang diselotip berbentuk kubus, bola plastik warna kuning di atas kardus, dan topi anyaman berbentuk kerucut yang disandarkan di samping kardus secara diagonal. Ya, basic banget. Kubus, bola, dan kerucut. Gue yakin udah pada jago sih gambar still life, hehe. Waktu yang diberikan sebanyak 60 menit. Gue sangat menyarankan untuk tengok kanan-kiri saat jari lo mulai pegel mengarsir sebagai patokan waktu. Misalnya teman sebelah lo udah mulai arsir, nah lo harus lebih cepat daripada dia. Gue juga menyarankan untuk memakai jam tangan (pas ujian keterampilan boleh pakai jam), kalau perlu yang ada alarmnya sekalian biar gak keteteran. Oh ya, satu lagi. Jangan arsir gosok. Gue gak tau kenapa gak boleh arsir gosok sih, tapi menurut bimbel gambar Creativeroom (bimbel baik hati yang suka sharing tips dan trik jitu lolos ujian keterampilan seni rupa di media sosial) arsir gosok itu haram. Kata teman gue yang bimbel di Villa Merah juga arsir gosok itu haram dan kertas kita harus bersih (tanpa noda sidik jari atau debu pensil yang gak sengaja bergesekan dengan tangan). Oh ya, jangan kebanyakan menghapus juga karena akan sangat menyita waktu.

2.       Tes Menggambar Ekspresi alias Gambar Suasana
NAH ini dia nih musuh semua orang. Gambar suasana. Time management sangat penting dalam sesi ini karena kita cuma dikasih waktu 90 menit. Ada dua soal, kita disuruh pilih salah satu. Ini dia soalnya:
·         Suasana pusat jual beli batu akik. Di dalamnya ada orang yang sedang tawar-menawar batu akik, penjual yang sedang menata jualannya, pembeli yang sedang pilih-pilih batu akik, dan orang yang sedang jalan sambil liat-liat batu akik. Gue pilih suasana yang ini karena paling familiar dengan gue, hehe. Kebetulan sekolah gue terkenal sama penjual-penjual batu akik yang suka mejeng di pinggir jalan raya. Iya, kalau lo naik taksi terus bilang “Ke SMA 66 ya pak” terus ditanya “Itu di mana ya mbak?” jawabnya “Jalan Bango Tiga pak, Pondok Labu” pasti dia langsung connect “OOOHH itu yang pusat batu itu to’? Yang warga pada nemu batu di rumah kosong?”-_-
·         Suasana taman bermain air (seperti Waterboom). Ada anak yang sedang naik perosotan, ada orang yang sedang berenang, ada orang yang sedang membawa ban untuk naik perosotan. Ya, itu aja yang gue ingat.

3.       Tes Potensi Kreativitas alias Psikotes
Hmm sebenarnya gue gak terlalu ngerti sih ya sistemnya ini gimana. Jadi, kita dikasih tiga soal, masing masing soal terdiri dari tiga panel yang berisi gambar yang sama. Gambarnya cuma tersusun atas titik, garis lurus, dan garis lengkung (beda-beda per soalnya). Perintahnya cuma disuruh melanjutkan gambar tersebut menjadi gambar yang utuh dalam waktu 45 menit. Sebelumnya, Creativeroom pernah share contoh psikotes di Facebook dan pas gue cari di Google namanya apa, ternyata tes itu namanya Wartegg Test. Tes tersebut biasa digunakan untuk tes CPNS. Nah, tentang apa itu Wartegg Test dan bagaimana cara jitu lolos Wartegg Test, silahkan cari di Google sendiri, hehe. Karena tesnya gak jauh beda, komponennya yang gue perhatikan juga dari Wartegg Test yang dikembangkan sedikit. I didn’t know what kind of magic they used, tapi tes tersebut merangsang gue untuk membuat gambar yang saling berhubungan di tiap panelnya. Well, terserah lo seperti apa gaya gambar lo, gak disuruh gambar hal-hal yang berhubungan satu sama lain kok. Bisa jadi gue ngerjainnya salah, hehe. Semoga aja enggak.

Nah, itu dia pengalaman gue dalam ujian SBMPTN demi masuk FSRD ITB dan DKV UNS. Perlu lo ketahui, gue bukan expert loh ya, gue aja pesimis lolos huhu. Tapi kalau memang jalannya sudah begitu ya mau bagaimana lagi. Saran gue bisa jadi benar bisa juga salah. Gue sangat menyarankan lo ikut bimbel gambar, apapun itu. Karena kelihatan banget bedanya mana yang ikut bimbel dan mana yang enggak (seperti gue huehehe), biasanya ngerjain gambar suasananya lebih cepat. Saat menggambar semuanya mengalir begitu aja, tapi tetap harus kontrol jangan sampai keenakan gambar e e e tetiba waktunya habis. Sebelum ujian, banyak-banyaklah berdoa dan minta didoakan orang tua. Jangan sombong, karena terbukti yang sombong bakal kena karma. Perbanyak latihan pakai waktu, perbanyak nonton Youtube tentang teknik gambar yang baik, cari-cari info soal ujian keterampilan dari tahun ke tahun, dan kalau bisa ikut try out yang biasa disenggelarakan bimbel gambar seperti Villa Merah, Bintang Merah, Creativeroom, dan sebagainya. Jangan remehkan ujian tertulis karena ujian tertulis berkontribusi 40% dari keseluruhan penilaian. Terakhir nih, jangan terlalu berharap. Setidaknya, selipkan rasa pasrah dan ikhlas, jaga-jaga kalau (jangan sampai) gak keterima. Tahun gue aja FSRD ITB hanya menyediakan 88 bangku (jalur SBMPTN) dengan peminat tiap tahunnya rata-rata 2000 orang, sedangkan DKV UNS hanya 13 bangku (jalur SBMPTN) dengan peminat tiap tahunnya rata-rata 600 orang. At least, jatuh dari lantai 5 gak lebih sakit daripada jatuh dari lantai 100.

Semangat semuanya, semoga Tuhan menjawab “Ya” atas doa kita.


Doakan aku lolos masuk FSRD ITB atau DKV UNS ya! :D