9/22/2014

Doraemon Dan Labirin Kaleng

Suatu hari aku menonton film Doraemon dan Labirin Kaleng. Duduk melihat gambaran abad 22 versi dunia Doraemon, sungguh lucu. Manusia membuat robot yang bentuknya sedemikian rupa mirip seperti manusia agar dapat berfungsi layaknya manusia, untuk membantu pekerjaan-pekerjaan manusia. Lalu seorang ilmuwan membuat robot yang lebih canggih daripada robot-robot lainnya, robot yang dapat berpikir dan bekerja selayaknya ilmuwan, memiliki nafsu selayaknya manusia yang diciptakan untuk membantu sang ilmuwan bekerja dalam membuat penemuan-penemuan baru, bahkan mungkin robot baru. Robot itu kemudian berubah menjadi jahat karena terlalu sempurna. Ia diciptakan dengan akal, ia ingin menguasai dunia, memperjuangkan kasta robot yang bukan sekedar pembantu manusia. Ia lalu menciptakan teknologi untuk manusia yaitu sebuah alat transportasi yang membuat manusia tak perlu repot-repot berjalan, bernapas, bahkan buang air besar lagi. Manusia menjadi bergantung pada alat tersebut dan membuat mereka lumpuh karena tak pernah lagi menggunakan kakinya. Selagi robot jahat tersebut mulai mencuri kekuasaan-kekuasaan di kota-kota dan negara-negara, para manusia diculik dan dimusnahkan.

Cerita dimulai saat Nobita menemukan koper misterius yang ternyata isinya adalah portal menuju Dunia Kaleng. Melalui portal, Nobita dan Doraemon menjelajah Dunia Kaleng yang indah dan modern, hingga mereka melihat masalah besar yang melanda Dunia Kaleng. Merasa kemanusiaan dalam ancaman, Nobita dan teman-temannya berani berjuang melawan robot ilmuwan jahat tersebut untuk kebenaran.

Sang Pencipta dikhianati oleh ciptaannya sendiri.

Alkisah hiduplah seorang manusia dengan kecerdasan di atas rata-rata. Pada zaman itu ia hidup dalam ketidakadilan dan justifikasi kaum-kaum barbar. Lalu, ia mengaku bahwa ia mendapat pencerahan yang disebut-sebut datang dari atas langit, suatu tempat yang tak bisa orang raih. Ia datang dengan peraturan baru, menyeimbangkan kebenaran dan keburukan, memperbaiki kerusakan yang dibuat oleh manusia pada masa itu. Perjuangan yang ia lakukan sangat berat karena hanya ia dan sahabat-sahabatnya sendiri yang dulu melawan peraturan yang sudah dipercaya oleh orang-orang ratusan tahun lamanya. Kaum minoritas melawan kaum mayoritas. Orang itu bernama Nabi.

Nabi bukan orang biasa, melainkan orang dengan spiritualisme tinggi. Dikatakan dalam cerita bahwa ia dapat berkomunikasi dengan mahluk-mahluk yang tak semua orang dapat lihat, menelaah misteri kematian, bahkan berkomunikasi dengan penciptanya, pencipta umat manusia. Ia berkata manusia diciptakan oleh zat tunggal yang berkuasa atas segala isi dari alam semesta, awal dari segala awal, akhir dari segala akhir, yang paling sempurna dari yang paling sempurna, mahluk adidaya. Ia disebut Tuhan.

Membangunkan orang dengan suara saja tidak cukup. Nabi butuh alat lain untuk menyadarkan orang-orang bahwa apa yang mereka percaya selama ratusan tahun adalah keliru. Ia mendakwahkan firman Tuhan yang akan hanya tertanam pada memori pendengarnya. Akhirnya, muncul dokumentasi dari firman-firman Tuhan berupa bukti fisik agar peraturan Tuhannya dapat hidup hingga puluhan atau ratusan tahun kedepan. Dokumentasi itu disebut Kitab.

Untuk apa aku mematuhi “firman Tuhan”-mu kalau “firman Tuhan”-ku lebih menguntungkan diriku? Untuk apa aku mengikuti peraturan baru bila peraturan lama ini sudah membudaya, mendarah daging dari zaman nenek dari nenekku hidup, yang dipercaya selama ratusan tahun? Bagaimana aku percaya bahwa apa yang kau katakan adalah benar, sedangkan apa yang kupercaya adalah salah?

Turunlah sesuatu yang menjanjikan keuntungan bagi orang-orang yang mengikuti peraturan baru sang Nabi, suatu konsep yang tak pernah terpikirkan oleh manusia manapun. Barang siapa yang meninggalkan ajaran lama (yang merupakan adat buruk) maka akan dijanjikan kehidupan yang tentram dan damai setelah kematian. Namun, bukan hadiah atas perilaku baik yang lebih menarik perhatian melainkan hadiah atas perilaku buruk. “Barang siapa yang menentang ajaran Kami, maka akan menjalankan hidup setelah mati dengan sangat sengsara. Ia akan ditempatkan pada tempat dengan api abadi, di mana manusia sebagai bahan bakarnya. Di sana kalian akan disiksa dengan berbagai jenis siksaan pedih yang kekal”. Pada masa itu manusia percaya adanya kehidupan setelah kematian. Konsep hadiah atas amalan baik dan buruk, serta dunia setelah kematian disebut Surga dan Neraka.

Nabi berhasil menyeimbangkan yang baik dan buruk. Nabi berhasil menyebarkan virus kebaikan, berdasarkan firman Tuhan. Peradaban manusia berubah menjadi damai dan lebih baik dari sebelumnya. Ajaran baru, era baru dimulai saat itu.

Waspadalah terhadap Nabi lain setelah aku.

Beratus tahun berlalu, Nabi sudah lama mati namun ajaran Kitab tak pernah hilang. Sebuah warisan dari seseorang yang pernah memperjuangkan keadilan, sebuah warisan dari seorang pahlawan. Manusia banyak berkembang, manusia banyak berubah, memperbaiki diri dan memperbaiki peradaban untuk kehidupan yang lebih baik. Lalu tiba di suatu titik di mana Kitab mulai dipertanyakan. Seiring waktu berubah, banyak hal yang bertentangan dengan Kitab, banyak penemuan yang tak disebutkan dalam kitab. Manusia kembail hidup dalam tanda tanya seperti anak ayam kehilangan induknya. Lalu, bagaimana mereka kembali hidup pada jalan yang lurus, sedangkan ajaran Kitab kini mulai tak sejalan dengan peradaban? Tiada Nabi lain yang lahir, tiada Nabi lain yang akan menyelamatkan mereka. Apa yang mereka percaya selama ratusan tahun kini tak berguna bagi hidupnya karena peradaban telah bermetamorfosa terlalu jauh dari dasar kebaikan yang dikatakan Kitab. Satu persatu manusia mulai meninggalkan ajaran Kitab. Meski sulit, namun mereka mencoba berdiri di atas kaki sendiri. Tiba masanya manusia hidup dengan pedoman dan prinsip hidup secara individual.

Apakah Kitab yang sudah lama kita percaya itu benar? Apakah Kitab yang ada saat ini asli? Mengapa hidup dapat berubah jauh dengan ajaran Kitab, sedangkan dasar dari kita hidup sendiri adalah Kitab itu sendiri?

Apakah Nabi berkata benar, bahwa peraturan baru yang ia bawa saat itu merupakan firman Tuhan?

Dapatkah Manusia mencari kebenaran dari pikirannya?

Nobita dan Doraemon menelusuri Labirin Kaleng untuk mencari kebenaran.

Orang-orang mulai gelisah, lalu munculah Nabi-Nabi baru yang entah asalnya dari mana, yang berkata bahwa mereka telah berkomunikasi dengan Tuhan, yang berkata bahwa mereka membawa firman Tuhan yang baru untuk hidup lebih baik.

Namun, apakah para manusia memercayai para Nabi itu?

Waspadalah terhadap Nabi...

Tentu tidak.

Manusia muak, manusia tak percaya lagi pada para Nabi. Mereka lebih percaya pada diri mereka sendiri. Beratus tahun lamanya mereka percaya ajaran Kitab, tiba era di mana segalanya menjadi bertentangan dengan “firman Tuhan”, era saat para manusia modern itu hidup. Manusia bersama-sama bersatu, berunding untuk membuat peraturan baru yang tidak berbentuk ajaran, yang dapat diganti seiring perkembangan zaman, berdasarkan dari kesalahan yang telah mereka pelajari. Kini, Kitab hanya buku dongeng bagian dari sejarah.

Jangan sudahi cerita kita dulu, masih ada yang perlu dibahas.

Kalian tahu pareidoila apa ini, kalian bisa menghubungkan cerita ini ke cerita lain, dari titik satu ke titik lainnya. Rasa sakit mulai menjalar di pipi kalian, realita begitu menyakitkan bukan? Aku tak bicara bahwa cerita itu adalah cerita yang kuselewengkan dari realita yang ada. Manusia di era sekarang terbagi atas dua tipe, manusia yang masih percaya dengan Kitab dan manusia yang tidak. Bagi kalian yang masih percaya Kitab, bersyukurlah kalian akan menerima Surga setelah mati nanti. Namun bagi kalian yang sudah tidak percaya Kitab lagi, mari kita sama-sama diskusikan apakah hidup setelah mati itu benar-benar ada?

Bila Kitab memang benar berisikan firman Tuhan, berarti para Manusia tidak percaya pada Tuhan mereka lagi bukan? Zat yang menciptakan Manusia, Alpha dan Omega, yang paling sempurna dari yang paling sempurna, mahluk adidaya?

Sang Pencipta telah dibangkang oleh ciptaannya.

Doraemon Dan Labirin Kaleng.